"Ma, lagi nonton apa?"
Aku menghampiri Mama dan duduk di sebelahnya. Mamaku hanya melirik sekilas dan kembali fokus menonton layar televisi.
"Itu, film Ketika Cinta Bertasbih."
Aku ber-oh-ria. Lalu, aku sibuk dengan ponselku, membuka youtube dan mencari video yel-yel tentara.
Bukan baretnya bukan karena lorengnya bukan brivetnya bukan karena sangkurnya.
Bibirku ikut bergerak melantunkan lirik yel-yel tersebut. Sedang asyik bernyanyi, tiba-tiba Mamaku menepuk pahaku pelan.
"Apa, sih, Ma."
"Kamu tuh demen banget nontonin tentara."
"Biarin kek, seru tahu, Ma." Aku kembali fokus pada ponselku. Lalu, aku teringat sesuatu.
"Ma, gimana menurut Mama?" Tanyaku sembari melihatkan layar ponselku pada Mama.
"Apanya?"
"Orangnya. Ganteng, kan?"
Mama diam. "Biasa aja. Emang dia siapa?"
"Jodoh aku." Aku terkikik mendengar kehaluanku. "Do'ain aja, Ma, dia jadi jodohku."
"Agamanya baik enggak?"
"Kayaknya, sih, baik. Soalnya sering update reminder gitu."
"Kamu enggak bisa dong menilai orang dari postingannya. Kadang apa yang terlihat, enggak seperti faktanya," tutur Mama. "Emangnya kamu udah pernah ketemu dia?"
Aku menggeleng lemah. Kenyataannya, aku hanya pengagumnya dari media sosial.
"Terus gimana caranya bisa dekat dan ngarep dia jadi jodohmu?"
"Ya jalur langit lah," kataku disertai cengiran lebar.
"Emangnya kamu mau banget nikah sama tentara?"
Aku mengangguk menimpali.
"Siap ditinggal-tinggal? Siap menerima risiko jadi istri tentara?"
"Siap lah. Kan, emang mau jadi ibu PIA Ardhya Garini."
"Tapi Mama enggak setuju, Sha. Mama khawatir kalau kamu nikah sama tentara. Nanti pas lagi hamil ditinggal, mau lahiran enggak ditemani. Itu enggak enak loh, Sha."
Aku diam. Memang, sih, cuma aku tetap ingin menikah dengan tentara, khususnya TNI Angkatan Udara.
"Mama berdoanya supaya kamu dapat jodoh yang baik. Kalau bisa sama yang agamanya bagus, Habib gitu biar bisa mengangkat derajat keluarga, bisa bimbing kamu."
Aku mengeluh dalam hati. Apa yang Mama harapkan sangat sulit untuk diwujudkan. Pasalnya, dari yang kutahu, rata-rata para Habib menikah dengan Syarifah yang masih sekufu dan juga keturunan Rasulullah SAW. Sementara aku ini siapa? Aku tidak pantas karena aku tidak semulia itu.
"Do'ain aja, Ma."
**
Hari ini aku janjian dengan Husna untuk meminta menemaniku belanja. Karena lokasi rumah kami cukup jauh, kami sepakat bertemu di mal langsung setelah aku pulang kerja.
Ya, selain sebagai mahasiswi tingkat akhir, aku juga bekerja sebagai account executive di salah satu agensi untuk mengisi waktu luang dan menambah pengalaman.
Setelah meeting bersama klienku dari pemilik akun YouTube, aku mengemaskan barang-barangku. Mejaku cukup berantakan dengan banyak kertas berhamburan.
"Ya Allah, alhamdulillah hari ini capek," gumamku dengan tangan yang masih merapikan kertas-kertas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Impian
SpiritualSebagai perempuan, tentu menginginkan laki-laki yang baik untuk menjadi imam rumah tangga. Begitupun denganku. Impianku adalah menikah dengan seorang perwira tentara dan menjadi pendampingnya seumur hidup. Namun, takdir tak berpihak padaku. Mimpiku...