Sudah seminggu ini aku berkutat di depan laptop. Akhirnya, hari ini tiba. Revisi terakhirku di-acc dosen pembimbing dan aku dinyatakan boleh sidang outline atau biasa disebut sempro.
Aku senang bukan main. Setidaknya selangkah lagi aku bisa lulus dengan gelar S.Ikom.
Jadwal semproku dimulai jam 3 sore. Namun, pagi ini aku memutuskan untuk belajar, memahami proposalku agar saat ditanya aku tidak gelagapan.
Layar di depanku menyala, menampilkan salah satu akun yang membahas tuntas skripsi, khususnya pada saat sempro. Di sana terdapat kiat-kiat menjawab pertanyaan penguji dengan lugas. Aku mencoba memahaminya dengan menulis pertanyaan-pertanyaan yang sekiranya akan diajukan.
"Ya Allah mudahkanlah. Apa pun pertanyaan dari penguji nanti, Mudah-mudahan aku bisa menjawabnya dengan baik, ya Rabb," ucapku.
Lisanku tak henti-hentinya mengucap 'hasbunaallah wa ni'mal wakil, ni'mal mawla wa ni'mannasir'. Doa tersebut juga dapat menenangkan hatiku bahwa sesulit apa pun, Allah lah yang selalu ada untuk hamba-Nya, menjadi penolong dan pelindungnya.
Kulirik jam yang bertengger di dinding kamarku. Sudah hampir 2 jam aku duduk di meja belajar rasanya penat sekali. Aku butuh istirahat sejenak. Kalau tidak, bisa-bisa otakku pecah.
"Rebahan dulu deh. Kalau dipaksain belajar juga enggak baik."
**
"Baik, Rumaisha Ghani. Hari ini insyaallah akan diadakan sidang outline. Silakan Pak Yusuf untuk memulai sidang, " ucap sekretaris sidang yang bertugas saat ini.
"Terima kasih, Mbak. Baik, di dalam sidang outline sore ini terdapat 3 sesi. Yang pertama Rumaisha akan mempresentasikan proposalnya, kedua sesi tanya jawab dengan penguji, dan terakhir kesimpulan beserta masukan dari penguji. Apakah sudah siap, Rumaisha?" Tanya Pak Yusuf.
Aku mengangguk. "Insyaallah, siap, Pak."
Lalu, aku dipersilakan membuka presentasiku. Sekujur tubuhku mendadak tegang. Tidak-tidak, aku harus rileks supaya pikiranku tidak blank.
Selanjutnya aku mulai presentasi.
Seminar proposal dilaksanakan kurang lebih satu jam. Aku lega sekali karena hanya ada sedikit revisi dan input dari pengujiku.
Paling tidak, langkahku tinggal sedikit lagi. Aku harus melanjutkan penelitian sebelum sidang akhir. Tapi, aku mau istirahat dulu dari per-skripsian!
Begitu sidang ditutup, aku berjingkat senang. Hatiku lega karena tadi aku berhasil menjawab pertanyaan dengan baik dan bijak, sehingga aku tidak memalukan Pak Yusuf selaku dosen pembimbingku.
Kuraih ponsel dan mengetik pesan untuk Husna.
Husna, alhamdulillah aku udah selesai sidang.
Tak sampai lima menit, Husna membalas pesanku.
Alhamdulillah, selamat ya, Sha.
Makasi, Na.
Sebelum kamu minta, nih aku kirimin foto aku ya. Jangan lupa update story, hehe.Waduh. Siap shayy.
Lalu, aku mengirimkan fotoku bersama laptop yang menampilkan judul dari penelitianku.
Tak hanya Husna, aku juga memberikan kabar bahagia ini di grup sahabat-sahabatku, sekaligus mengirimkan fotoku. Tak lama, notifikasi Instagramku penuh mention dari mereka.
**
Satu minggu setelah sidang, aku masih saja bersantai-santai. Pikirku, aku butuk merilekskan diri sejenak. Meskipun pekerjaan kantor juga menumpuk, sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Impian
SpiritualSebagai perempuan, tentu menginginkan laki-laki yang baik untuk menjadi imam rumah tangga. Begitupun denganku. Impianku adalah menikah dengan seorang perwira tentara dan menjadi pendampingnya seumur hidup. Namun, takdir tak berpihak padaku. Mimpiku...