Chapter 1

1.1K 67 26
                                    

Seorang wanita muda menyimak dengan tenang seseorang yang tengah mempresentasikan materi yang sedang mereka bahas dalam rapat yang hampir memakan waktu tiga jam lamanya. Ini bukanlah pertama kalinya ia menghadiri rapat dengan beberapa investor penting dan para pegawai lainnya. Sejak remaja ia sudah di persiapkan oleh keluarganya untuk posisi jabatan penting yang memang sudah sepantasnya diberikan padanya karena sebuah kemampuan luar biasa yang patut di puja oleh banyaknya orang karena prestasinya.

"Bagaimana pendapatmu, Irene-ssi?"

Sebuah pertanyaan dari seorang pria yang merupakan salah satu investor di perusahaannya menunggunya untuk memberikan jawaban. Beberapa detik kemudian wanita bernama lengkap Bae Irene itu mengangguk perlahan.

"Aku menyetujuinya. Membangun sebuah gedung hotel dalam beberapa tempat  dengan bersamaan memang sangat sulit untuk mengontrolnya, jadi kita akan membangunnya secara bertahap sesuai prosedur. Sesuai dengan kesepakatan kita bahwa tahun ini pembangunan gedung akan segera dilaksanakan."

Beberapa investor saling bertukar pandang lalu menganggukkan kepalanya dan memberikan sebuah dokumen kepada Irene.

"Anda bisa langsung menandatanganinya, Agassi." Bisik seorang wanita yang merupakan sekretarisnya lalu memberikan sebuah pena padanya.

Irene membaca sekilas setiap kata yang tertulis di dokumen tersebut lalu segera menggoreskan tanda tangannya di lembaran kertas putih tersebut dan memberikannya pada Seulgi.

Irene menjabat tangannya kepada investor tersebut, "Terimakasih. Kita bisa bertemu kembali di agenda selanjutnya." Ucapnya. Ia melirik seulgi seraya mengangguk samar sebagai tanda agar sekretarisnya mengantar kepergian para investor tersebut.

"Kami pergi dahulu, Presdir Bae." Pamit pria tersebut yang diiringi anggukan oleh Irene.

"Ne, sampai jumpa."

Selepas kepergian Seulgi dengan beberapa Investor membuat Irene menoleh menatap datar para pegawainnya yang masih senantiasa menunggunya.

"Rapat hari ini selesai. Kalian sudah bekerja keras. Terimakasih." Ungkapnya singkat diiringi dengan senyuman dari pegawainya sembari membungkuk singkat.

Irene bergegas pergi dari ruangan tersebut menuju ruangan kerja pribadinya. Hanya anggukan samar yang ia berikan ketika beberapa pegawai hotel melewatinya.

Ia menghela nafas pelan sembari menyenderkan tubuhnya di kursi kerja lalu memejamkan mata untuk mengistirahatkan roda pikirannya yang sudah seharian ini berputar.

Beberapa saat setelahnya pintu ruangannya terbuka membuat Irene terbiasa mengetahui siapa yang tengah datang berjalan mendekatinya dengan suara langkah kaki yang terdengar nyaring di ruangan tersebut.

"Dimana dia?" Tanyanya dingin pada Seulgi.

"Wakil Direktur sedang berada di pulau jeju sedang  menemani temannya." Sahut Seulgi seraya meringis pelan menatap Irene yang masih tenang dengan posisi yang sama.

"Dia selalu menyepelekan posisinya." gumam Irene dengan nada dingin.

Seulgi sangat paham setiap nada suara yang wanita itu keluarkan ketika mereka sudah berteman sejak sepuluh tahun lalu. Bahkan sekarang pun rasanya Seulgi menyesal memberitahu hal tersebut pada Irene yang terlihat marah di balik wajah datarnya. Dibalik sifat dingin nan acuhnya Irene adalah sosok yang loyalitas pada pekerjaannya. Wanita itu ingin hasil yang terbaik.

"Aku akan pulang sendiri. Kau harus istirahat karena sejak kemarin menemaniku lembur kerja."

Seulgi tidak punya pilihan lain selain menyetujui perintah Irene. Ia membungkuk singkat pada Irene yang pergi meninggalkan ruangannya. Ia menghela nafasnya ketika Irene lebih memilih untuk pulang sendiri karena ia tahu wanita itu ingin melakukan sebuah aktivitas yang membuatnya merasa iba.

MELANCHOLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang