Yerim melipat dengan rapih satu pakaian terakhir untuk di taruh ke dalam koper yang terletak di atas ranjang. Ia menutup koper tersebut lalu memindahkannya ke samping dua koper lain yang memang sebelumnya sudah selesai di kemas. Gadis itu menghela nafas pelan sembari duduk di atas ranjang menatap koper yang sudah siap di bawanya pergi.
Pintu kamar terbuka menampilkan sosok Suho dengan senyuman yang terpancar di wajahnya mendekati Yerim yang terlihat tidak bersemangat. Pria itu duduk disamping Yerim lalu mengikuti tatapan gadis itu ke arah beberapa koper di depannya.
"Kau sudah selesai mengemas semua barangmu?" Tanya Suho.
"Ne." Jawab Yerim singkat.
"Tidak ada barang yang ketinggalan untuk masuk ke dalam koper?" Tanyanya lagi.
"Ne."
Suho mengernyit heran menatap wajah lesu Yerim. Kali ini gadis itu benar-benar tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya. Ia menghela nafasnya pelan mencoba mengerti perasaan adiknya yang terlihat tidak baik-baik saja.
"Kau baik-baik saja, Yerimie?"
Yerim mengangguk pelan lalu memberikan senyuman hambar pada Suho, "Aku hanya merasa gelisah, Oppa." Gumamnya.
Suho menatap Yerim seraya meraih telapak tangan gadis itu lalu memegangnya dengan lembut. Menyalurkan perasaan sayangnya pada gadis itu.
"Itu adalah perasaan normal yang di alami setiap orang. Bukan hanya dirimu. Tapi, kau harus ingat bahwa setelah ini kau akan sehat layaknya semua orang. Operasimu akan berhasil, Yerim-ah. Seperti dalam sekejap saja. Kau akan memiliki kehidupan yang kau inginkan dan bisa melakukan apapun yang kau mau."
Yerim terdiam seraya meraba letak organ hati di dalam tubuhnya, "Oppa, aku ingin hidup." Ucapnya.
Suho memeluk Yerim ke dalam dekapannya seraya tersenyum kecil. Entah mengapa terlihat lucu ketika adiknya mengatakan hal yang tidak akan mungkin terjadi. Ia meyakininya setinggi langit bumi.
"Kau akan melupakan perasaan itu ketika sudah sampai Kanada. Kau akan melihat tempat bagus yang belum pernah di kunjungi sebelumnya. Hanya sebentar saja Yerim. Operasi hatimu di Kanada akan berjalan lancar. Semua akan baik-baik saja." Ucap Suho dengan lembut.
Yerim melepaskan pelukannya seraya menatap Suho, "Oppa, apa kau dan eonni akan mengunjungiku kesana?" Tanya Yerim.
Suho menganggukkan kepalanya bersemangat, "Tentu saja, Aku dan Irene akan mengunjungimu ke Kanada kalau pekerjaan kita sudah selesai. Tapi, untuk hari ini Irene tidak bisa ikut mengantarmu, karena sedang sibuk bekerja. Tidak apa-apa, kan?"
Yerim terdiam sejenak. Sejujurnya ia merasa sedih jika tidak bisa melihat wajah Irene sebelum dirinya pergi untuk satu tahun lamanya berada di Kanada. Ia tersenyum kecil meyakini bahwa Suho memegang janjinya untuk membawa Irene bersamanya untuk mengunjungi Yerim.
"Baiklah. Oppa aku memiliki satu permintaan."
"Apa itu?"
Yerim meraih telapak tangan Suho seraya menatapnya dengan penuh harapan, "Oppa, kau harus berjanji padaku bahwa kau dan Irene eonni harus hidup bahagia. Aku ingin Oppa bersama Irene eonni selamanya. Menjaga dan melindunginya. Aku ingin melihat Irene eonni bahagia." Ucapnya.
Suho menatap lembut Yerim yang terlihat sangat menyayangi Irene. Ia mengangguk pasti bahwa dirinya akan melakukan hal tersebut bahkan jika seseorang tidak memintanya. Ia kembali memeluk Yerim dengan erat. Betapa luar biasanya Irene bisa mampu meluluhkan hati adiknya untuk segera di operasi. Ia meyakini bahwa dirinya tidak salah dalam mengambil keputusan baik untuk menikah dengan Irene.
![](https://img.wattpad.com/cover/321777488-288-k76642.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MELANCHOLIA
FanfictionCast : Irene, Suho Other Cast : You'll Find It Genre : You'll Find It Length : 12 Chapter END Made In November 2022