Irene menoleh menatap Yerim yang tengah tertidur pulas di sampingnya ketika mobil yang di tumpangi mereka masih berjalan menuju sebuah desa yang menjadi tempat tinggal kakak beradik itu. Sejak beberapa jam lalu acara pernikahan antara dirinya dan suho telah selesai, Ia segera memutuskan untuk pergi ke tempat kelahiran suaminya di banding menerima hadiah pernikahan dari Bae Herin yang sudah memilihkan sebuah negara eropa untuk bulan madu. Tentu saja, Irene menolaknya dengan tegas tanpa memikirkan pendapat Suho yang ia rasa pria itu mungkin akan berpikiran yang sama sepertinya.
"Agassi, sebentar lagi kita akan memasuki kawasan desa Pohang." Ucap Seulgi yang menoleh ke belakang sekedar menatap Irene yang tengah terdiam menatap ke luar jendela kaca mobil.
Irene bisa merasakan perbedaan yang luar biasa ketika sebelumnya kedua matanya hanya bisa memandang gedung bertingkat. Mobil tersebut berjalan membelah padang ilalang yang memenuhi sisi kanan kiri jalanan untuk beberapa puluh menit lalu kini berganti ketika mobil tersebut melewati beberapa gunung yang berjejer di kedua sisi jalanan.
Perjalanannya kali ini merupakan pengalaman kali pertama dirinya pergi ke sebuah desa dengan pemandangan yang cukup asing di matanya. Selama hidupnya kedua bola matanya hanya melihat sebuah tumpukan berbagai dokumen,gedung pencakar langit, dan lalu lintas padat ibukota yang sudah membuatnya sangat muak untuk dilihat.
Pupil matanya melebar ketika ia memfokuskan pandangannya pada sebuah pemandangan yang berganti kembali memperlihatkan pedesaan yang di kelilingi oleh lautan. Ia menyipitkan bola matanya melihat sebuah mercusuar berwarna merah yang dibangun di tepi pantai desa Pohang. Ia menarik tipis sudut bibirnya menikmati pemandangan yang sangat indah dari kaca jendela setelah dua jam lebih duduk dengan tenang di dalam mobilnya.
Mobil tersebut kini berbelok menuju jalanan kecil pedesaan yang terlihat cukup damai pada waktu senja hingga pada akhirnya mobil yang membawanya berhenti tepat di depan sebuah rumah tradisional sederhana yang seakan sudah menantinya untuk bertemu.
"Agassi, Silakan anda masuk terlebih dahulu. Saya akan membangunkan nona Yerim." Ucap Seulgi membuka pintu mobil penumpang.
Irene mengangguk pelan dan berjalan memasuki sebuah pekarangan kecil yang terawat sebelum mencapai daun pintu rumah tersebut. Kedua bola matanya menyapu setiap sudut dalam rumah yang terlihat rapih dan bersih. Ia menatap beberapa benda pajangan antik yang semakin membuat rumah itu berunsur nilai estetika. Ia menatap sebuah vinyl player yang terlihat mencolok di sudut ruangan lalu mengusap pelan permukaan benda antik tersebut yang tidak pernah tergerus oleh zaman.
"Suho oppa sangat menyukainya."
Irene menoleh menatap Yerim yang berjalan mendekatinya dengan senyuman di wajah gadis itu.
"Rasanya seperti turun temurun yang mendarah daging kalau Appa, Kakek, dan Suho oppa, sangat gemar mengoleksi piringan hitam itu." Lanjut Yerim.
Irene tersenyum kecil sembari menatap sebuah rak khusus piringan hitam yang menunjukkan bahwa sang empunya sangat terobsesi dengan benda klasik tersebut.
"Agassi, saya mendapat kabar dari Tuan bahwa dia akan pulang larut malam, jadi anda tidak perlu untuk menunggunya. Dan juga, Tuan sulit menghubungi ponsel anda." Kata Seulgi yang baru saja datang.
Irene mengangguk pelan, "Terima kasih sudah memberitahuku. Sepertinya ponselku mati karena aku tidak mengisi dayanya sejak pagi." Sahutnya seraya mengecek ponselnya yang sudah mati.
"Kalau begitu, saya pamit pulang, Agassi."
Irene meraih lengan perempuan itu yang menatap bingung kepadanya.
"Lebih baik kau menginap disini. Lagi pula kau mendapat libur karena pernikahanku." Pinta Irene.
Yerim menatap Seulgi dengan bola mata yang bersemangat, "Eonni, kau bisa tidur di kamarku. Aku tidak akan keberatan sama sekali. Itu akan menyenangkan."

KAMU SEDANG MEMBACA
MELANCHOLIA
FanfictionCast : Irene, Suho Other Cast : You'll Find It Genre : You'll Find It Length : 12 Chapter END Made In November 2022