Chapter 12 END

537 68 24
                                    

Jisoo mendecak kesal seraya melirik jam di pergelangan tangannya. Rasanya ia ingin memaki orang yang sedang di tunggunya begitu datang di hadapannya nanti. Sudah satu jam lamanya ia menunggu di kafe dan hampir menghabiskan tiga cangkir kopi americano. Ia pun tidak bisa untuk pergi begitu saja ketika dirinya merasa harus ikut membantu meluruskan masalah yang terjadi, tapi itu semua bukan karena salahnya juga. Jisoo mendecak pusing memikirkan hal tersebut.

Bola mata Jisoo menangkap seseorang yang kini berjalan mendekatinya dengan wajah tanpa ekspresinya. Ia mengernyit karena tidak biasanya ia melihat raut wajah yang terlihat sangat asing tersebut. Raut wajah yang biasanya ramah kini telah hilang begitu saja.

"Mwoya?, kau sangat terlambat sampai menyita waktuku sepenuhnya seperti ini?"

Tidak ada jawaban dari pria tersebut yang kini hanya terduduk diam menatap Jisoo yang merasa kikuk. Ia pun berdeham singkat.

"Suho-ssi, kau mendengarkanku?" Tanyanya seraya melambaikan telapak tangan di depan wajah Suho yang bergeming.

Jisoo mendecak kembali, "Aku tidak akan berbasa-basi, aku akan memberitahumu poinnya saja. Tapi, ada satu hal yang membuatku penasaran denganmu. Kenapa kau tidak mendengarkan penjelasan dari Irene?, hah..giliran seperti ini kalian membutuhkanku." Ujarnya diiringi nada rasa percaya diri. 

Suho menghela nafas pelan lalu menggelengkan kepalanya, "Aku hanya ingin mendengarnya darimu."

Jisoo menaikkan bahunya acuh, "Baiklah, poinnya adalah kau hanya salah paham."

Suho mengernyit menuntut penjelasan Jisoo. Ia dengan jelas melihat Irene bertemu pria lain yang sama sekali tidak dikenalinya. Semua itu membuat pupus kejutan kecil yang ia siapkan untuk Irene. Memberikan kalung yang sudah ia siapkan dari jauh-jauh hari.

"Pria itu bernama Park Bogum. Memang mereka memiliki hubungan spesial di masa lalu tapi semua itu hanya terjadi dulu kala sebelum kau datang di kehidupan Irene. Apa kau tidak melihat bahwa sorot mata Irene yang membuktikan bahwa wanita itu benar-benar mencintaimu?" Ungkap Jisoo.

Suho terdiam mengetahui kenyataan bahwa mereka memiliki sebuah hubungan di masa lalu. Walaupun kejadian tersebut sudah lama terjadi, bukankah perasaan itu masih membekas di antara mereka?

"Kenapa kau harus cemburu seperti anak kecil seperti itu?, Irene hanya memiliki perasaan untukmu. Park Bogum hanya masa lalunya. Masa depannya adalah dirimu." Ucap Jisoo.

Jisoo mendengus pelan karena mulutnya berhasil mengeluarkan kata-kata bijaksana. Ia bahkan tidak menyangka kalau dirinya mampu mengatakan hal baik seperti itu, padahal biasanya hanya sumpah serapah yang ia lakukan pada orang lain. Ia menatap wajah Suho yang masih tidak yakin dengan ucapannya membuat Jisoo frustasi.

"Aku mengatakan hal yang sebenarnya. Kau bisa tanyakan lebih banyak akan hal itu pada Irene, karena itu semua privasinya. Aku tidak ingin ikut campur lebih jauh untuk memberitahumu, aku tidak ingin mendengar omelan Irene. Dan juga, kau jangan membuat Irene sedih karena dia sudah melewati banyak kesedihan dalam hidupnya. Kau tak ingin membuat mendiang Bae Herin marah dari alam baka, bukan?"

Jisoo sesaat sadar bahwa dirinya menyebut dengan tidak sopan Neneknya. Ia dengan cepat meminta maaf dalam hatinya pada Bae Herin dan mengutuk mulutnya sendiri. Jisoo menatap Suho yang hanya diam bergeming merunduk. Ia pun tidak bisa melakukan banyak hal, itu semua kembali pada Suho maupun Irene. Ia berharap bahwa penjelasan darinya membuat Suho berpikir lebih jernih dari sebelumnya untuk mengambil sebuah keputusan yang tidak akan merugikan untuk keduanya.

*****

Seulgi menatap cemas Irene yang hanya terdiam menatap lesu makanan yang tidak disentuhnya dari beberapa jam lalu. Ia tidak tahan melihat Irene seperti itu. Bekerja bagai robot tanpa lelah, dan pola makan yang tidak teratur. Ia merasa takut Irene akan mengalami hal buruk seperti di masa lalu jika dia di biarkan dengan seperti itu.

MELANCHOLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang