Chapter 7

310 55 31
                                    

Suho membelokkan kemudi mobil yang sedang di kendarainya menuju supermarket terdekat. Ia melirik jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul tiga siang. Ia merasa senang karena bisa pulang lebih awal setelah menyelesaikan dengan cepat pekerjaannya dari biasanya. Ia berjalan masuk ke dalam supermarket seraya membawa troli yang akan di butuhkan untuk membawa barang belanjaannya.

Langkah kaki pertamanya membawanya ke rak yang berisi berbagai minuman. Ia mengambil banyak kotak susu serta yoghurt untuk persediaan beberapa hari ke depan lalu bergerak mencari kebutuhan lain yang akan ia beli. Sejujurnya Seulgi menawarkan jika lebih baik perempuan itu yang membeli kebutuhan bulanan karena memang Seulgi bertanggung jawab atas urusan rumah, tapi tetap saja keras kepala yang di miliki Suho lebih besar hingga membuat Seulgi menyerah lebih cepat. Alasannya hanya karena ia akan lebih banyak mendapatkan ide bekal makan siang untuk Irene agar wanita itu tidak akan bosan dengan makanan yang di buatkannya. Tanpa sadar, ia mendengus geli membayangkan kalau Irene akan mudah gemuk jika ia selalu membuatkan makanan untuk wanita itu.

Suho mengambil dua kotak sereal serta beberapa selai roti untuk di masukkan ke dalam troli belanjaannya. Kini, ia membelokkan arahnya menuju rak sayuran dan buah-buahan yang terlihat segar. Ia mengambil beragam sayuran hijau dan jamur. Tak lupa, ia memasukkan tiga kotak box strawberry dan blueberry premium serta dua box anggur shine muscat.

Ia melihat satu orang pegawai tengah menyajikan makanan yang terlihat menggugah seleranya sembari mempromosikan kemasan tersebut pada setiap konsumen yang berlalu lalang. Ia segera berjalan menghampiri pegawai tersebut. Suho melihat pegawai wanita itu membungkuk singkat dengan senyuman ramahnya.

"Annyeong haseo. Silakan anda mencicipi kue beras pedas ini. Sebuah rasa yang belum anda nikmati di tempat lain." Ujarnya ramah seraya memberikan piring kecil yang berisi tteokbokki.

Suho mengunyah dengan perlahan makanan tersebut hingga rasa pedas dan manis menguar di dalam mulutnya. Ia menganggukkan kepalanya memberikan penilaian merek kemasan makanan tersebut pada pegawai tersebut yang terlihat senang.

"Tolong berikan tiga kemasan." Pintanya.

Suho menaruh kemasan makanan tersebut ke dalam trolinya dan lanjut mendorong trolinya menuju tempat selanjutnya. Ia memandangi setiap rak barang yang di lewatinya, namun tiba-tiba ia menghentikan langkah kakinya ketika melihat rak yang berisi barang-barang perlengkapan ulang tahun. Dengan cepat ia mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya dan segera mencari aplikasi kalender. Jari tangannya bergerak cepat menuju catatan yang sebelumnya sudah di tulis sesuatu disana. Bibir pria itu menyunggingkan senyumannya ketika melihat sebuah tanggal ulang tahun Irene yang sebentar lagi datang. Sepertinya ia harus segera menyiapkan kado ulang tahun untuk wanita itu.

Setelah yakin bahwa dirinya sudah membeli semua kebutuhan yang di butuhkannya, Ia segera menuju ke meja kasir dan memberikan kartu pembayarannya. Menunggu kasir tersebut menyelesaikan semua barang belanjaannya. Suho segera mengambil kantong belanjaan itu lalu membungkuk singkat pada kasir tersebut dan berjalan pergi keluar supermarket bersamaan ponselnya yang bergetar membuatnya harus merogoh saku celananya kembali.

Pria itu berjalan sembari fokus dengan ponsel di tangannya membuka sebuah pesan masuk tersebut. Namun beberapa detik kemudian, seseorang menabrak tubuhnya hingga ponselnya jatuh terpelanting ke bawah serta dua kantong belanjanya jatuh berserakan. Suho yang terkejut lantas segera membereskan barang belanjaannya memasukkan kembali ke dalam kantong coklat kertas tersebut. Sedangkan seorang pria berjas biru itu meringis pelan lalu mengambil ponsel milik Suho yang tergeletak tak jauh darinya.

"Joeseonghamnida. Saya tidak sengaja menabrak, anda." Ucap pria tersebut seraya memberikan ponsel Suho.

Suho segera beranjak dari posisinya dan mengambil ponsel miliknya. Ia menatap wajah pria muda tersebut lalu tersenyum kecil, "Tidak, seharusnya saya yang meminta maaf karena melihat ponsel selagi berjalan." Sahutnya.

MELANCHOLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang