3. Obat Tidur?

6.5K 47 1
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, tetapi Edmun belum juga bisa tidur. Ia bergerak gelisah di samping sang Istri yang sudah terlelap. Pakaian yang dikenakan Luisa pun malam ini tertutup. Piyama berlengan panjang dan juga celana panjang. Sepertinya Luisa sudah mawas diri dari suaminya sendiri.

Tidak biasanya ia tidur dengan piyama panjang, karena ia suka tidur dengan pakaian seksi sambil dipeluk suaminya. Namun, malam ini Luisa tidur memunggungi Edmun, karena wanita itu masih kesal bercampur takut.

Ting!

Sebuah pesan dari bos besar, ia buka dengan hati was-was.

'Jika secara langsung kamu tidak bisa mendapatkan foto Luisa, kamu bisa menggunakan obat tidur. Ia akan sangat lelap untuk beberapa jam. Itu lebih mudah tanpa ia ketahui. Aku tunggu paling lambat besok malam. '

'Baik, Pak, segera saya lakukan seperti arahan Bapak.'
Send

Setelah mendapatkan saran ide dari bosnya, barulah Edmun bisa tidur. Ya, ia tidak mungkin mengambil foto naked istrinya secara terang-terangan, harus diam-diam. Jika tidak cepat, maka bunga utangnya pada pria dewasa itu semakin bertambah banyak.

Keesokan paginya, Luisa bangun terlambat dan ia tidak menemukan di mana suaminya. Di kamar mandi dan di semua ruangan yang ada di rumah, Luisa tidak menemukan suaminya. Ponsel Edmun pun tidak bisa ia hubungi.

"Nyonya sudah bangun," sapa Bik Noni yang baru kembali dari halaman belakang, sambil membawa keranjang cucian.

"Bik, suami saya ke mana ya? Apa Bibik lihat kapan suami saya pergi?" tanya Luisa sembari meneguk air putih dingin langsung dari botol yang ada di dalam kulkas.

"Jam delapan tadi, Nyonya. Ini sudah jam sepuluh, apa Nyonya mau sarapan?"

"Oh, sudah pergi sejak pagi. Ya sudah, saya mau mandi dulu saja, nanti baru makan. Kamu masak apa?"

"Baru ada nasi goreng, Nyonya. Saya belum belanja karena stok bahan makanan sudah habis semua." Bik Noni menunjukkan freezer yang kosong. Begitu juga dengan tempat penyimpanan sayur pada Luisa.

"Oh, ya sudah, saya sarapan nasi goreng saja sama buatkan susu coklat. Saya ambil uang di kamar untuk Bik Noni belanja." Luisa berjalan masuk ke kamar. Ia membuka tas untuk mengambil beberapa lembar uang merah. Memang sudah menjadi rutinitas Bik Noni berbelanja kebutuhan memasak seminggu sekali di pasar.

"Eh, kenapa tinggal satu lembar?" Luisa mendadak pucat. Ke mana uang lima juta yang baru ia tarik dari ATM yang ada di bandara kemarin. Ia sangat jelas mengingat besaran uang itu belum sama sekali ia pakai karena saat membayar taksi menggunakan saldo aplikasinya.

Pasti Mas Edmun yang mengambil uangnya dari dalam dompet. Batin Luisa kesal. Ia berjalan mengambil ponsel yang ada di atas meja rias. Ia mencoba menghubungi suaminya, tetapi tidak juga tersambung.

Kring! Kring!

Ponselnya berdering keras, tetapi bukan Edmun yang meneleponnya, melainkan ibu mertua.

"Halo, Ma."

"Halo, Luisa. Kenapa ponsel Edmun tidak bisa dihubungi sejak subuh. Mama ada perlu sekali."

"Gak tahu, Ma. Mas Edmun pergi dari pagi kata Bik Noni. Saya bangun, Mas Edmun sudah tidak ada di kamar."
"Ya ampun, kamu baru bangun jam segini?"

"Eh, iya, Ma. Maaf, semalaman saya gak bisa tidur. Jadinya kesiangan."

"Alasan terus deh kamu, Luisa. Sudah, pokoknya kalau Edmun memberi kabar, segera suruh telepon Mama. Penting sekali ini. Mm... atau kamu punya lima puluh juta gak? Mama pinjam dulu untuk nalangin arisan ibu-ibu yang sudah dapat arisan, tapi kabur."

"Hah? Lima puluh juta, gak ada, Ma. Mas Edmun juga lagi sepi kerjaan kayaknya, tapi nanti saya sampaikan ya, Ma."

Tanpa basa-basi lagi panggilan itu terputus begitu saja. Luisa terduduk sambil menghela napas. Kenapa dua hari ini sangat aneh sekali?

Luisa keluar dari kamar setelah ia selesai mandi. Uang merah yang tersisa satu lembar itu ia berikan pada Bik Noni. Tentu saja ART-nya bingung dengan uang yang sekarang ada di tangannya.

"Nyonya, mau beli apa dengan uang segini? Ini untuk belanja berapa hari?" tanya Bik Noni.

"Untuk hari ini saja, Bik. Saya sedang ingin makan ikan. Masak ikan gurame asam manis saja." Bik Noni pun mengangguk paham.

"Uang saya dipakai Mas Edmun dan saya belum sempat ambil uang lagi," kata Luisa beralasan.

"Baik, Nyonya, gak papa, tapi hari ini saya jadi gajian kan? Kemarin kata Nyonya, menunggu Nyonya pulang dari Singapura," ujar Bik Noni dengan senyum semringah. Luisa memijat keningnya. Uang lima juta yang ia tarik dari rekeningnya kemarin sebesar empat juta untuk membayar gaji Bik Noni, tetapi uangnya sudah tidak ada di dompet.

Bersambung

Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang