14. Tak Ada Harga Diri

2.1K 22 0
                                    

Luisa menangis sambil memeluk tubuhnya dengan selimut. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya sehingga ia seperti orang gila yang membutuhkan sentuhan. Jika tidak segera mendapatkan apa yang diteriakkan oleh sel darah dalam badannya, pastilah ia benar-benar menggelepar. Apa yang terjadi padanya pun ia tidak mengerti? Lalu, setelah semuanya terjadi, apa yang harus ia lakukan? Ia sudah tidak ada harga dirinya sebagai istri dan juga wanita. Ia sudah menodai cinta dan janji suci pernikahannya.

Pintu terbuka, Luisa mendapati Levi; pria dewasa yang membantunya membebaskan rasa panas dalam badan. Pria itu bertelanjang dada, hanya menggunakan handuk yang melilit pinggang hingga betisnya. Luisa baru sadar, mereka ada di apartemen pria itu. Levi membawakan nampan berisi teh dan juga seperti piring kecil berisi potongan kue.

"Pak Levi, s-saya." Luisa tergagap.

"Sudah, jangan menyalahkan dirimu. Ini, minum dulu." Levi mengulurkan cangkir teh pada Luisa, tetapi wanita itu enggan. Ia menggeleng tidak mau. Bagaimana ia bisa minum setelah apa yang ia lewati bersama Levi diluar batas kendalinya.
"Mau minum atau kita melakukannya lagi!" Ancaman pura-pura Levi ternyata berhasil. Luisa membuka mulutnya untuk menyesap teh itu perlahan.

"Pintar." Levi mengusap pucuk kepala Luisa, lalu beranjak dari duduknya. Pakaian yang berserakan di atas karpet ia pungut satu per satu, lalu ia bawa ke kamar mandi. Luisa menghela napas, maksud hati ingin memakai pakaian, tetapi apalah daya, pertempurannya di ranjang dengan lelaki yang bukan suaminya membuat Luisa sendiri tidak bisa bergerak, bahkan untuk sekedar turun dari tempat tidur.

"Aw!" Luisa duduk kembali karena merasa perih dan usahanya pasti akan membuatnya semakin kesakitan. Tubuhnya masih terbungkus selimut dan ia tidak bisa melakukan apapun selain menunggu pertolongan dari Levi.

Pintu kamar mandi terbuka. Levi mendapati Luisa tengah duduk dengan wajah yang sembab. Pria itu tahu, bahwa apa yang baru ia lakukan pada Luisa, membuat wanita itu pasti susah berjalan.

"Saya bantu ke kamar mandi ya." Wanita itu menggeleng, tetapi percuma, tubuhnya sudah digendong untuk dibawa ke kamar mandi.

"Saya sudah lihat semuanya dan menikmati semuanya seperti apa yang kamu inginkan, sekarang, ini selimutnya saya ambil ya, karena kalau dibawa masuk ke kamar mandi, nanti basah semua." Levi tertawa saat melihat ekspresi Luisa yang pasrah. Pria itu menarik perlahan bed cover yang menutupi tubuh Luisa, lalu ia menutup pintu, membiarkan Luisa membersihkan diri dengan tenang.

Kini Luisa sudah duduk di meja makan. Ada banyak makanan tersedia di sana dan semua itu dipesan online oleh Levi. Ada kepiting pada hitam, tumis kangkung, udang goreng tepung, tumis tauge, dan juga ada sop iga.

"Makan yang banyak, kalau bisa kamu habiskan, maka habiskan saja." Levi mengambilkan nasi untuk wanita yang membuatnya tergila-gila.

"Ini sudah malam, Pak, suami saya pasti mencari saya. Nanti bagaimana saya harus.... "

"Kamu tidak perlu khawatir, Edmun tidak akan protes. Bisa saja Edmun belum juga pulang, ya kan? Sekarang makan dulu, nanti baru saya antar kamu pulang. Kalau kamu takut nanti Edmun marah jika saya antar, maka kita akan gunakan mobil taksi online saja biar Edmun tidak curiga." Luisa mendesah pasrah.

Di satu sisi ia ingin bertahan untuk tidak makan makanan pemberian Levi, tetapi setelah bercinta amat mengerikan, ia tentu saja amat sangat lapar, hingga perutnya sedari tadi berbunyi nyaring.

"Ya ampun, itu suara perut kamu? Ya sudah, ayo, makan cepat!" Levi tak sabar. Pria yang tadinya duduk di depan  wanita itu, kini berpindah tempat jadi duduk di sampingnya.

"Atau mau saya suapi?" bisik Levi sambil mencium lembut telinga Luisa. Wanita itu bergidik geli.

"S-saya bisa sendiri, Pak. Baik, saya akan makan." Luisa mencoba menelan nasi perlahan-lahan karena ia lapar ditambah semua makanan memang super enak, Luisa bisa menghabiskan semua lauk yang ada di atas meja, berikut dengan nasi putih yang dipesan Levi untuk empat orang dewasa. Luisa bukan hanya lapar, tetapi ia seperti tidak makan lebih dari satu minggu. Bumbu lada hitam yang tersisa di piring ceper; wadah kepiting tadi pun ia jilat sampai licin dan bersih. Levi tertawa, lalu tanpa sepengetahuan Luisa, pria itu memotretnya.

"Pak, apa bisa saya pulang sekarang?" Luisa setengah memohon.

"Tentu saja bisa. Ayo, saya gendong sampai di lobi parkir."

"Gak usah, Pak, saya bisa sendiri." Luisa tentu saja tidak mau sampai Levi menyentuh tubuhnya kembali. Ia berdiri dengan sedikit sempoyongan dan berpegangan pada kursi.

"Kamu harus menurut, kalau tidak, Edmun pasti akan sangat curiga dengan cara jalan kamu. Ayo, gak akan ada yang lihat dan mengetahui kamu dan saya baru saja melewati siang, sore, hingga malam jam sembilan dengan penuh keringat." Levi tersenyum miring. Ia menggendong Luisa keluar dari umur apartemen, lalu masuk ke dalam lift.

Sementara itu, Edmun yang juga baru selesai bercinta dengan Cristy, memutuskan untuk pulang juga. Ini sudah lebih dari satu kali dua puluh empat jam, ia tidak memberikan kabar pada Luisa. Istrinya itu pasti sangat cemas dan khawatir padanya.

"Aku baru saja selesai datang bulan saat kita bercinta kemarin sampai malam ini. Semoga saja ada napas yang hadir di dalam sini." Cristy tersenyum senang, sembari menyesal tehnya hingga tandas. Edmun menunduk, ia tidak tahu harus berkomentar apa atas kesalahan indah yang sudah ia buat bersama Cristy. Ia yakin, Luisa akan mencakarnya atau sekaligus menceraikannya jika wanita itu ia bermalam penuh keringat bersama Cristy.

"Kita tidak akan melakukannya lagi'kan?" tanya Edmun ragu.

"Kata siapa? Justru ini awal saja. Setelah dua malam yang kita lewati bersama, tentu saja aku tidak mau ini selesai, Edmun." Cristy mengeluarkan selembar kertas bentuk persegi panjang, seperti bentuk kertas kwitansi.

"Ini, ambil dulu. Gunakan untuk mengembalikan usaha kamu. Memang ini tidak banyak, tetapi aku rasa cukup untuk buka usaha kecil-kecilan. Aku tahu, kamu tidak akan mendapatkan modal apapun dari mertua karena kamu sendiri sudah utang begitu banyak pada beliau. Saranku, coba mulai usaha atau bisnis yang lain dengan cek dua ratus juta itu. Itu bukan utang, aku berikan ikhlas untuk kamu, Edmun."

"Kalau begitu, cek ini untuk membayar utang mama saja, kenapa harus kamu berikan untukku?" Edmun mendorong kembali cek itu pada Cristy.

"Mama kamu memang utang lima puluh juta, tetapi bunga utang seratus persen dalam waktu dua minggu. Jadi satu bulan, utang mama kamu akan menajdi dua ratus persen, di luar bunga dan biaya akte utang-piutang. Tetap tidak akan cukup."

"Dasar lintah darat! Kamu menjebak ku dan juga mama agar masuk dalam perangkap menjijikkan seperti ini!" Edmun mengepalkan tangan kuat. Cristy bukannya tersinggung, wanita itu malah tertawa lebar sambil menggelengkan kepalanya.

"Lebih menjijikkan mana kamu menjual tubuh Luisa pada pria tua bernama Levi atau aku yang terang-terangan memberikan cek untuk kamu memulai bisnis? Ah, iya, apa aku harus memberitahu Luisa tentang kelakuan suaminya yang lebih bejat dari seorang gigolo?"

"Hentikan, apa yang kamu lakukan Cris?!" Edmun mencoba meraih ponsel Cristy.

Bersambung

Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang