Luisa tentu saja merasa tersinggung dengan perkataan mertuanya. Ia dan Edmun menikah bukan baru sebentar, tetapi sudah dua tahun lebih tiga bulan. Banyak suka yang mereka lewati bersama, bahkan saat mereka banjir rejeki dan memutuskan untuk liburan ke Turki, mertuanya pun diajak.
Baru bulan inilah suaminya mengalami kesulitan ekonomi dan mertuanya sudah ingin mencarikan madu untuknya? Luisa mengepalkan tangan dengan kuat. Ia tidak terima jika sampai Edmun benar-benar melakukan apa yang barusan mamanya katakan.
Suaminya juga belum pulang dan tidak tahu ke mana. Ponsel tidak aktif dan pesan WA sejak kemarin hanya ceklis satu saja. Di satu sisi ia khawatir akan keadaan suaminya yang belum pernah seperti ini. Paling tidak, jika pulang larut atau pulang pagi, Edmun selalu memberi kabar.
"Bik, saya keluar dulu ya." Luisa sudah rapi dengan rok pendek, meskipun tidak terlalu tinggi hingga hampir semua kulit pahanya terlihat.
"Mau ke mana, Non?" tanya Bik Noni yang sedang menyapu halaman rumah super besar itu.
"Saya bosan di rumah, mau ke rumah papa atau ya... ke mana sajalah, yang penting gak di rumah." Luisa memakai sandal mahal favoritnya, lalu berjalan keluar pagar. Sudah ada ojek online yang menunggunya. Hari ini, ia akan pergi ke rumah papanya untuk menghilangkan rasa kesal dan juga bosan.Kehadiran Luisa di rumah papanya, ternyata salah, karena papanya tidak di rumah. Baik ART dan penjaga rumah pun tidak ada. Rumah Pak Darmono itu sepi, seperti sudah ditinggal beberapa hari yang lalu. Padahal ia belum lama berkunjung ke rumah papanya.
Luisa mengambil ponsel, lalu menekan kontak papanya.
"Halo, Papa di mana?"
"Halo, Luisa Sayang. Gimana kabar kamu? Urusan Edmun apa sudah selesai?"
"Luisa di depan rumah, Pa, mau masuk, tapi gak ada orang. Papa di kantor? Ke mana bibik dan penjaga rumah?"
"Papa lagi keluar kota untuk empat hari, lalu Bik Nisa dan Pak Yadi ke mana?"
"Nisa lagi sakit thypus, jadi pulang kampung, baru tadi pagi diantar Pak Yadi. Mungkin nanti malam atau besok siang Pak Yadi sudah di rumah lagi. Memangnya ada apa, Luisa? Kamu kekurangan uang ya?"
"Luisa hanya rindu rumah. Ya sudah kalau begitu, nanti pada saat Papa pulang, Papa kabari ya. Hati-hati, Pa, bye!"
Luisa menutup panggilannya. Bukan ia tidak butuh uang, tetapi ia tidak mau papanya beranggapan buruk pada Edmun karena belum bisa menyelesaikan masalah keuangan mereka.
Sekarang ia bingung harus ke mana. Wanita itu mencoba menelepon kembali suaminya, tetapi masih juga tidak tersambung. Akhirnya Luisa memutuskan untuk menghabiskan waktu minum kopi di salah satu kafe favoritnya. Uang yang ia keluarkan memang lebih banyak, tetapi saraf di kepalanya akan benar-benar carut-marut kalau ia tidak segera menenangkan diri.
"Mbak Luisa? Saya Levi, apa masih ingat saya?" Luisa menoleh ke belakang dengan terkejut.
"Eh, i-iya, Pak. Saya masih ingat." Luisa menjawab dengan gugup. Baju kaus putih berkerah yang melekat pada tubuh pria dewasa tampan di depannya ini benar-benar membuatnya terpesona."Mana, Edmun? Apa kamu sendirian?" Levi berpura-pura mencari keberadaan suami Luisa. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari sosok Edmun.
"Mas Edmun sedang ada pekerjaan, Pak.""Oh, begitu, apa boleh saya duduk di sini?" tanya Levi dengan sopan. Tentu saja Luisa mengangguk. Ia merasa perlu teman bicara saat ini, hanya saja ia masih ragu apakah Levi adalah orang yang tepat untuk mendengarkan permasalahannya.
"Kamu hanya pesan kopi biasa ini? Bukannya kamu suka kopi torabika dengan madu?" Luisa terkejut dengan pertanyaan Levi. Darimana pria dewasa ini tahu kesukaannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suamiku
RomanceEdmun tiba-tiba saja meminta istrinya;Luisa agar mau difoto tanpa busana.