Di luar toko, Edward memeriksa daftar Eleanor lagi. “di mana tempat untuk membeli tongkat?” tanyanya.
“Mr Ollivanders, tentu saja.” Jawab Kingsley. “pembuat tongkat sihir terbaik di Inggris.”
Toko terakhir kali ini sempit dan kumuh, berbanding terbalik dengan kata ‘terbaik’ yang diucapkan Kingsley sebelumnya. Huruf-huruf emas yangs sudah terkelupas di atas pintunya berbuyi, “Mr Ollivanders. Pembuat Tongkat Sihir Bagus Sejak 382 SM.” Sebatang tongkat tergeletak di atas bantal ungu kusam di etalase berdebu.
Denting bel berbunyi di kedalaman toko ketika mereka melangkah masuk. Tempat itu kecil sekali, kosong, hanya ada satu kursi tinggi kurus. Nebulas dan Kingsley mempersilahkan Edward untuk duduk di kursi itu.
Eleanor merasa aneh, setengah terkelitik senang, seperti memasuki perpustakaan yang peraturannya sangat ketat. Dia menelan banyak pertanyaan baru yang bermunculan di benaknya dan melihat-lihat ribuan kotak pipih yang bertumpukk rapih sampai ke langit-langit. Entah kenapa, bulu tengkuknya berdiri. Debu dan kesunyian di toko ini rasanya mengandung sihir rahasia.
“Selamat sore,” terdengar suara lembut. Elanor terlonjak. Seorang laki-laki tua berdiri di hadapannyanya. Matanya yang lebar dan pucat bercahaya bagai bulan dalam toko yang suram itu.
“Halo,” kata Eleanor salah tingkah.
“Ini pasti pertama kalinya kau ke dunia sihir.” Laki-laki tua itu melihat ke belakang Eleanor di mana Kingsley dan Nebulas berdiri. “Mengantar tamu penting, eh?”
“Tamu kehormatan.” Balas Kingsley.
“Senang bertemu kau lagi, Kingsley. Poplar, dua puluh sembilan setengah senti, cukup padat, inti jantung naga.”
“Tepat sekali, Mr Ollivander.”
“dan Nebulas, si langka Kayu Alder, tiga puluh senti tepat, cukup lentur, bulu ekor Augrey.”
“Ya, benar.” Balas Nebulas.
“Aku harap kau masih menyimpannya, mengingat itu adalah bulu ekor Augrey pertama dan terakhir yang aku produksi.”
“Tentu saja, dan masih berfungsi dengan baik.”
“Oh,” Mr Ollivander terkejut saat melihat Edward yang berdiri diantara Kingsley dan Nebulas. “aku tidak…” dia terloncat dari tempatnya berdiri, kemudian sedikit membungkuk. “Your majesty…”
“Tidak, Mr Ollivander…” Nebulas segera melangkah untuk menyentuh bahu Mr Ollivander, membimbingnya untuk kembali tegak. “Dia bukan Raja Dunia di Muggle. Perkenalkan Perdana Menteri Muggle, Edward Heath.”
Edward maju, menyejajarkan dirinya dengan Mr Ollivander. “Senang mengenal Anda, Sir.” Ia menjulurkan tangannya.
“Oh,” Mr Ollivander menyambut tangan Edward dan menjabatnya. “Suatu kehormatan bagi saya.” Mr Ollivander beralih kepada Eleanor. “Jadi, mari kita cari tahu tongkat yang tepat untuk penyihir cilik kita.” Dia menarik keluar meteran panjang dengan tanda-tanda perak dari dalam kantongnya. “yang mana tangan pemegang tongkatmu?”
“Er—tangan kanan?” Eleanor balik bertanya.
“Julurkan tanganmu. Bagus.” Dia mengukur Eleanor dari bahu ke jari, kemudian pergelangan tangan ke siku, bahu ke lantai, lutut ke ketiak, dan sekeliling kepalanya. Sementara mengukur, dia berkata, “Semua tongkat Ollivander punya intisari kegaiban, Miss Heath. Kami menggunakan rambut unicorn, bulu ekor phoenix, dan nadi jantung naga, walaupun beberapa kasus penyihir membutuhkan diluar dari ketiga itu. Seperti Nebulas yang menggunakan bulu ekor augrey, yang aku bahkan tidak terpikir dapat menjualnya. Tak ada tongkat Ollivander yang sama. Seperti halnya tak ada dua unicorn, naga atau phoenix yang persis sama. Dan kau tentu saja tak akan mendapatkan hasil yang baik dengan tongkat penyihir lain.”
Eleanor menyadari bahwa meteran yang sedang mengukur jarak antara kedua lubang hidungnya, mengukur sendiri. Mr Ollivander berkeliling di depan rak-rak, menurunkan kotak-kotak.
“Sudah cukup,” katanya, dan meteran itu langsung terpuruk menggunuk di lantai. “Baik, Miss Heath, cobalah yang ini. Cemara dan rambut unicorn. Dua puluh empat setengah senti. Cukup padat. Ambil dan cobalah menggoyangkannya.”
Eleanor meraih tongkat itu dan menggoyangkannya sedikit, membuat selusin kotak di belakang Mr Ollivander menyerang Nebulas dan Kingsley. Eleanor segera meletakkan tongkat itu di atas meja dengan hati-hati, “Sorry.”
“Tidak apa, penolakan yang wajar.” Mr Ollivander mengambil tongkat lain, “Ini, Laurel, jantung naga, dua puluh tiga senti, sedikit bengkok.”
Eleanor kembali meraih tongkat selanjutnya, belum sempat ia menggoyangkannya, semburan api keluar di ujung tongkat itu menyebabkan ujung rambut Mr Ollivander terbakar.
“Oh, maafkan aku…” Eleanor segera menyerahkan tongkat itu.
“Tidak apa,” kata Mr Ollivander terlihat tertantang. “sepertinya kau sama sekali tidak cocok dengan jantung naga. Kita cari inti yang cocok.” Mr Ollivander mencari kotak lainnya. “cobalah. Holly, bulu phoenix, dua puluh tujuh setengah senti, bagus dan lentur.”
Entah apa yang Mr Olivander nantikan saat Eleanor mengambil tongkat itu, percikan muncul dari ujung tongkat layaknya kembang api kecil dan terbang tinggi ke atas, menyentuh tumpukan kotak lainnya di puncak rak.
“Oh, jelas tak cocok.” Mr Ollivander merebut kambali tongkat di tangan Eleanor. Belum sempat Mr Ollivander berbalik untuk mengambil tongkat lainnya, salah satu kotak terjatuh dari rak paling atas, tersengat percikan api dari tongkat sebelumnya. Tongkat di dalamnya terlempar hingga mencapai lantai, tak jauh dari kaki Eleanor.
Eleanor mengambil tongkat yang keseluruhannya berwarna coklat tua, mendadak jari-jarinya terasa hangat. Ia mengangkat tongkat itu untuk menyerahkan kepada Mr Ollivander, namun ayunan tongkatnya membuat debu-debu di sekitar toko berkumpul, dari ujung tongkat muncul kembang api kecil yang membuat debu-debu terbakar menjadi nyala api selama beberapa detik kemudian menghilang.
“Oh, luar biasa! Luar biasa!” seru Mr Ollivander. “aku tidak menyangka ada yang cocok dengan tongkat itu.” Eleanor menyerahkan tongkat itu kepada Mr Ollivander untuk diteliti. “aku ingat waktu membuatnya saat masih muda. Ini adalah buah keegoisan masa mudaku. Saat aku terpesona pada kecantikan seorang veela dan mengabadikan rambutnya dalam bentuk tongkat sihir.”
“Sorry?” tanya Eleanor.
“Kayu Elm, dua puluh lima sepertiga senti, rambut veela, bagus dan cukup fleksibel.” Kata Mr Ollivander. “Dari semua hutan tongkat, elm, menurut pengalamanku, menghasilkan kecelakaan paling sedikit, paling sedikit kesalahan, dan memberikan mantera dan kutukan paling elegan. Ini adalah tongat sihir hebat yang mampu melakukan sihir tingkat tinggi di tangan kanan. Ada keyakinan tak berdasar bahwa hanya darah murni yang bisa menghasilkan sihir dari tongkat elm, tidak diragukan lagi dimulai oleh beberapa pemilik tongkat elm yang ingin membuktikan kredensial darahnya sendiri karena aku tahu pasangan sempurna tongkat elm adalah kelahiran Muggle.”
“Jadi, apa tongkat ini cocok?” tanya Eleanor.
“Tongkat sihir yang memilih penyihir.” Mr Ollivander mengingatkan. “Tongkat Veela cukup temperamental dan diangap terlalu fluktuatif untuk digunakan sebagai inti tongkat sihir di banyak kalangan. Namun beberapa penyihir, terutama dengan darah Veela, cukup baik dalam menggunakan inti rambut Veela.”
“Tapi, dia seorang kelahiran Muggle.” Sambar Kingsley yang ikut tertarik ke dalam percakapan.
“itu dia!” sahur Mr Ollivander. “Ini kasus baru yang menarik untukku.” Gumamnya sambil meletakkan tongkat Eleanor ke dalam kotaknya dan membungkusnya dengan kertas cokelat.
“Berapa harga tongkat itu?” tanya Edward yang telah maju satu langkah setelah menyaksikan semua keanehan di depannya.
“sepuluh Galleon, lima Sickle.”
Edward menyerahkan sepuluh koin emas dan lima koin perak. Mr Ollivander membungkuk, mengantar mereka meninggalkan tokonya.
“Apa itu darah murni?” tanya Eleanor pada Kingsley.
“Keturunan asli penyihir.” Jawab Kingsley.
“apa itu Veela?” tanya Eleanor lagi.“Kau akan menemukan jawabannya di sekolah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SIRIUS: A Story Behind The Brightest Star
Fantasy☆☆☆☆☆☆☆☆☆ This is just fan-fiction. Half of the casts belong to JK Rowling, another half belongs to my lovely readers, and Eleanor Heath belongs to me. Everything in this story, never happens in real world. We, you and I, are just muggles, honestly.