Sepuluh ; Break The Rules

130 15 0
                                    

Apa yang membuat Gladis iri?

Kehangatan dikeluarganya. Gladis iri melihat mereka yang dekat dengan orang tuanya, sedangkan ia hanya menerima uang tanpa kasih sayang. Bahkan Mamanya hanya akan menemuinya jika ia sedang membuat masalah.

Satu kaleng bir kembali ia buka, ia teguk sekaligus tanpa sisa. Kepalanya pening memikirkan kehidupannya sendiri, ia baru saja mendapat kunjungan dari sang Mama. Katanya, Gladis terlalu merepotkan untuk seorang artis seperti dirinya.

“Ah, anjing!” Gladis melempar kaleng bir asal, suaranya mulai serak dengan mata merah menahan air matanya. Perkataan Mamanya benar-benar melukainya, padahal ini bukan pertama kalinya Kinan Syaqueena melontarkan kata-kata kasar.

“Ngapain lo?”

Gladis terperanjat kaget ketika mendengar suara laki-laki yang tiba-tiba masuk ke aprtemennya. Keningnya lantas mengernyit memikirkan bagaimana caranya Saka bisa masuk.

“Ck, lo ngapalin password gue?”

Saka tersenyum mengejek, kakinya menendag pelan kaleng bir yang berserakan di lantai. Kondisi apartemen dan si pemilik sangat mengenaskan.

“Susah banget keliatannya hidup lo” Saka mengeluarkan rokok disakunya kemudian ia apit di bibinya sembari menghidupkan dengan api. Kebulan asap dari hisapan pertama membuat Gladis mendecih sinis.

“Dasar muka dua” Gladis mencibir lalu ingin kembali meneguk birnya sebelum diambil alih Saka. Laki-laki itu menghabiskan sisa bir dari Gladis dalam sekali tegukan.

“Gue tadinya kesini mau ambil laptop gue yang ketinggalan, tapi kayaknya lo lagi butuh temen”

“Nggak.”

Saka terkekeh tidak memperdulikan penolakan Gladis. Ia berjongkok menatap tepat kedua mata Gladis yang memerah dan sayu. Saka tau Gladis sedang tidak baik-baik saja saat ini.

“Dis,”

“Nggak usah sok kenal lo”

Saka kembali terkekeh, ia memposisikan tubuhnya duduk di sebelah Gladis. Ia kembali menghisap rokoknya untuk yang terakhir sebelum mematikan bara api di ujung rokoknya.

“Gue harus nyebut apa? Tante Kinan atau si artis Kinan?”

To the point lo mau ngomong apaan?” Gladis mendesis sebal, laki-laki di sebelahnya membuat kepala Gladis semakin pusing. Oh, sepertinya ini efek dari alkohol yang ia minum.

“Hidup emang nggak semuanya berjalan sesuai yang kita mau” Saka berdeham, membuka kaleng bir di meja. “Lo boleh marah tapi jangan benci sama Mama lo” katanya kemudian meneguk birnya.

“Kalau lo?”

Saka mengernyit, “Apa?”

“Lo. Hidup lo gimana? Masih bertahan sama hidup monoton lo itu?” Pertanyaan Gladis mengundang tawa Saka, beberapa detik kemudian ia terdiam membiarkan suasana menjadi hening.

Hidup Saka memang monoton, Harsa pun mengatakan hal yang sama seperti Gladis. Bagi Saka sebelumnya itu tidak masalah, sampai satu hal terlintas di pikirannya.

Wanna try?”

“Hm?”

Break the rules”





-





Pukul satu dini hari dan Saka belum juga pulang, ia mengulum bibirnya tampak berpikir dengan segelas kopi di depannya. Rendi membuatkan kopi untuknya setelah ia sampai di rumahnya. Hal pertama ketika ia memilih untuk bermalam di rumah Rendi adalah mendapat tatapan mencurigakan.

Dan Saka sudah siap menjawab semua pertanyaan Rendi.

“Sebelum gue nanya yang bikin lo pusing. Pertama gue mau nanya bokap nyokap lo tau lo disini?” Rendi merebahkan dirinya di kasur dan membiarkan Saka tetap duduk di kursi belajarnya.

“Emang siapa lagi yang dipercaya nyokap gue selain lo sama dua curut yang lain?”

Rendi mengangguk membenarkan. “Oke. Jadi selain acara kabur dari rumah, apa yang buat lo kesini?”

Break the rules”

“Apanya anjrit?” Rendi mengernyit heran, kabur dari rumah saja sudah termasuk melanggar peraturan Saka. Tapi ini memang bukan pertama kali karena ia selalu menjadikan kerja kelompok bersama sebagai alasan menginap di rumah Rendi.

“Gue sama dia”

“Lo kalau nggak jelas mending diam aja su”

Saka tertawa pelan. “Gue sama Gladis main break the rules”

“Bocah. Udah kayak mainan truth or dare aja lo berdua” Rendi mendecih sinis, “Jadi udah sejauh apa kalian?”

“Nggak ada sih, biasa aja menurut gue” Saka mengidikkan kedua bahunya lalu meneguk kopi, lantas ia kembali berkata. “Oh, udah minum bir berdua tadi”

“LO KATANYA NGGAK MAU MABOK ANJING?”

“Kan gue emang nggak mabuk”

Rendi mendegus, “Terus lo mau apa lagi? Ini lo naksir beneran apa cuma penasaran sih?”

“Penasaran soal apa sih Ren? Gue rasa hidup dia juga nggak ada yang menarik”

“Halah bacot lo! Kalau nggak menarik ngapain lo sampai main break the rules segala? Lo mau ngelanggar apaan gue tanya?” Rendi mengatakannya dengan setengah kesabaran yang tersisa.

“Itu yang mau gue tanyain.” Saka berdeham sebelum melanjutkan, “Ren—”

“Kalau lo emang serius, lo harus masuk dulu ke kehidupan tuh cewek” Rendi langsung memotong ucapan Saka. Ia tau betul apa yang sedang Saka bingungkan saat ini, “Dan dia juga harus masuk ke kehidupan lo”

“Tapi Ren ini bahaya nggak menurut lo?”

“Menurut gue aman aja kalau lo pinter” Rendi menarik satu sudut bibirnya, “Dia nggak seribet kehidupan lo. Enjoy aja Sak, nggak akan ada yang tau kalau cara main lo aman”

“Dia suka nongkrong dimana?”

“Siksen”

















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

meaninglessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang