☁️12☁️

1.4K 103 2
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.

Mobil yang ditumpangi Rayyan dan Alanka melaju dengan kecepatan tinggi, menyalip apapun kendaraan didepannya. Rayyan menginjak pedal gas memokuskan pandangan ke depan sambil mengecek apakah mobil misterius itu masih mengejar mereka.

Saat keluar dari area sekolah tadi, Rayyan sudah aneh dengan mobil hitam yang terparkir tak jauh dari gerbang SMA Wirya. Mobil itu bergerak maju dan seperti sengaja menunggunya, awalnya Rayyan tidak menaruh curiga sama sekali sampai akhirnya seseorang berpakaian serba hitam menodongkan pistol dan menembakkan satu peluru yang langsung mengenai kaca belakang mobil dan membuat Alanka menangis ketakutan.

Mungkin kalau dia sendiri, sudah pasti dia akan berhadapan langsung dengan orang yang ingin bermain-main dengannya tapi sekarang dia sedang bersama Alanka dan keamanan adiknya sedang dipertaruhkan jadi pilihan terbaik saat ini adalah kabur.

Alanka masih menangis sambil menutup mata dan telinganya dengan perasaan gelisah dan takut bercampur jadi satu.

" Adek tenang ya, ada Bang Ray disini. Adek bobo aja " Rayyan melirik Alanka yang duduk disampingnya, bersyukur tadi pagi dia tidak jadi membawa motor karena kehabisan oli.

Alanka menggeleng gusar, bulir bening kembali mengalir di pipinya mana bisa dia tidur dalam keadaan mencekam seperti ini, dia cuma mau cepat-cepat sampai rumah.

Begitu mendapati ada jalan pintas, Rayyan langsung membanting stirnya dan membuat mobil langsung berbelok tajam. Alanka berteriak tubuh kecilnya gemetar hebat, menghindari mobil misterius yang terus mengejar mereka hampir saja tertabrak oleh truk tangki meski berbahaya setidaknya Rayyan bisa sedikit bernafas lega saat melihat dari spion bahwa tidak ada lagi mobil lain dibelakang mereka.

Akhirnya dia bisa mengendarai mobil dengan tenang berharap mobil misterius itu tidak lagi mengejar mereka. Ia melirik ke samping mendapati Alanka entah tidur atau pingsan, Dia harus minta Wiradarma untuk menyelidiki mobil tersebut nantinya.

-------

Rupanya kejadian tidak menyenangkan itu juga terjadi di salah satu cafe milik Devin. Seorang pelanggan menemukan bangkai tikus kecil dalam spaghetti pesanannya yang membuat hari itu juga cafe mendapat rating buruk padahal sebelumnya semua orang tau jika tempat kuliner yang dikelola oleh putra tertua Keluarga Anggawirya itu selalu mengutamakan kebersihan dan keamanan serta kenyamanan pelanggan lalu bagaimana bisa hal teledor ini bisa terjadi.

Devin mengusap wajahnya kasar, meminta maaf pada pelanggan yang kecewa dan meminta seluruh karyawannya untuk berkumpul.

" Kenapa ini bisa terjadi? "

Tidak ada yang menyahut, mereka semua menunduk tidak berani mengangkat wajah bahkan hanya untuk sekedar memandang kaki sang pemilik cafe ini.

Devin memicing, dia menghitung jumlah orang yang berdiri dihadapannya sekarang. Ada 8 dan secara keseluruhan karyawannya disini berjumlah 9 orang, tunggu dulu kemana satu?

" Prakasa? " Dia baru ingat jika laki-laki yang baru hari pertamanya berada disini malah tidak ada. Kemana dia dan apakah dia ada hubungannya dengan kejadian ini.

" Katanya sedang kebelet Tuan Devin " sahut salah seorang waitres. Devin mengangguk, dia mendudukkan dirinya di kursi mengusap wajah dan menghembuskan nafas kasar, pikirannya berkecamuk dan hanya satu nama yang terus terpikir olehnya.

ALANKA|2 { E N D }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang