🌼40🌼

736 61 3
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif

.
.
.

Memindai tidak ada selain dirinya didapur, Prakasa meneteskan cairan itu kedalam salad buah. Ia menghela nafas dengan mata terpejam sejenak, mengambil foto dan mengirimkannya kepada Bigboss.

Tak lama notifikasi yang memberitahukan adanya penambahan saldo di rekeningnya membuat Prakasa tersenyum puas. Yah itulah bayaran yang selalu dia dapatkan setiap melakukan perintah apapun dari Bigboss.

Ia kemudian menelepon kurir untuk mengantarkan salad buah ini kesebuah alamat yang dituju.

---

Akhirnya dengan segala bujuk rayu, mereka dapat mengetahui alasan mengapa si bungsu murung selama seminggu terakhir. Hal yang membuat Rayyan sangat marah dan mencari para biadab yang sudah membuli sang adik dan memukuli mereka tanpa ampun. Perkelahian tak dapat terelakkan, sampai Bara dan Fajar datang menyeret Rayyan pulang sebelum adanya korban nyawa.

Hari itu juga Wiradarma menemui orangtua dari anak-anak yang sudah membuli putra bungsunya, membekali mereka dengan sejumlah uang sebagai pengobatan. Para orangtua tersebut tidak menaruh dendam sama sekali, mereka mengakui bahwa yang salah disini adalah anak-anak mereka.

" Kenapa Alan lumpuh Papa? Alan mau bisa jalan kayak dulu lagi. Alan gak mau diejekin cacat lagi. Sakit Papa, dada Alan sakit setiap Alan ingat mereka ngata-ngatain Alan. Alan gak bisa marah karena Alan emang cacat 'kan "

Wiradarma menghela nafas, berusaha untuk tidak menangis mendengar penuturan putra bungsunya.

" Maafkan Papa, Maafkan Papa " lirihnya seraya mendekap Alanka dan mencium ubun-ubunnya.

" Kenapa Papa minta maaf, Papa 'kan gak salah "

Wiradarma tersenyum tipis membubuhkan ciuman di pipi gembil putranya.

" Apaan tuh Bang? " Tanya Rayyan melihat Devin menenteng sebuah kantong plastik hitam.

" Tadi ada kurir, nganterin ini buat Alan. Nih "

" Whoaa salad buah "

Alanka itu fanatik sama salad buah, kalau ngambek cara paling mudah membujuknya cuma pakai tiga hal. Pertama mainan, kedua diperlakukan bak raja seharian, dan ketiga dengan salad buah.

Tanpa menaruh curiga apa-apa, Alanka memakan potongan-potongan buah bersauskan mayones itu sampai habis tak bersisa. Memang sesuka itu dia dengan salad buah, bahkan Alanka pernah menghabiskan satu loyang salad buah seorang diri tanpa berniat membaginya dengan siapa-siapa termasuk Theo yang sudah membelikan.

Lima menit berselang, Alanka mengalami kejang-kejang ditambah mulutnya yang mengeluarkan busa. Hal yang membuat Papa dan Abang-abangnya panik.

" Tuan, mobil sudah siap " lapor salah seorang butler. Segera saja Rayyan membopong Alanka dan berjalan mendahului yang lain.

Mereka menggunakan dua mobil yang berbeda. Mobil pertama diisi oleh Wiradarma, Rayyan, dan Alanka dengan Devin yang menyetir dan sisanya ada di mobil kedua dengan Bara yang mengemudikan mobil.

Wirya's Medical Center dikejutkan akan kedatangan keluarga pemilik sah rumah sakit ini. Setelah Alanka dibaringkan diatas brankar para perawat dengan sigap memasangkan infus dan memakaikan oxygen mask setelah membersihkan wajah dan leher Alanka yang belepotan busa.

Dari kejauhan Dr. Rexy lari tergopoh-gopoh, dia baru saja dari ruang operasi dan scrub suit masih melekat dibadannya.

Mereka menunggu dengan cemas, sekarang apa lagi yang menimpa bungsu kesayangan mereka. Tidak cukupkah dengan semua ini kenapa orang itu sepertinya tidak pernah puas, apakah Alanka harus mati dulu agar dia berhenti

ALANKA|2 { E N D }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang