☁️20☁️

936 64 0
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.

Ekspresi tidak suka ditunjukkan Aldi ketika dirinya diperintahkan untuk pindah duduk karena mulai hari ini yang akan sebangku dengan Alanka adalah si anak baru, Zero. Dia bahkan terang-terangan membuat Zero jengkel dengan menyundul kepalanya hingga terdorong kedepan lalu bersiul ketika Zero menengok kebelakang.

" Masih gue pantau " ucapnya penuh peringatan

Zero hanya mengangkat bahu tak peduli, hanya mendengarkan guru yang sedang menjelaskan sebuah materi sesekali memperhatikan Alanka yang sibuk mencatat. Tugasnya hanya memastikan Alanka aman selama berada disekolah bukan untuk belajar.

" Alanka, lu pokoknya harus hati-hati sama orang ini. Gue ngerasain ada aura jahat yang mencekam " Aldi sengaja memprovokasi, Zero memejamkan mata berusaha menenangkan diri meski ia ingin sekali menarik bibir yang hobi berbicara sembarangan tentang dirinya itu hingga dower.

" Jangan mudah percaya sama orang lain. Dia bisa aja kriminal yang masuk ke kehidupan Lu dan bikin Lu terancam"

Ok sudah cukup!

Zero bukan orang yang mempunyai dinding kesabaran tebal. Ia mendorong meja dan berdiri menarik kerah kemeja putih Aldi.

Hari ini adalah hari Senin jadi semua pelajar SMA WIRYA diwajibkan memakai seragam lengkap.

Perbedaan tinggi yang signifikan tidak membuat Zero kalah, ia dorong tubuh tinggi Aldi hingga menabrak tembok dibelakangnya, sontak saja semua perhatian jadi teralihkan.

" L-lepasin gue. Das-sar mons-ter " Aldi berbicara putus-putus karena lehernya benar-benar tercekik. Sialan Zero padahal lebih kecil darinya, tingginya hanya dua senti melebihi Alanka tapi kekuatannya kenapa malah lebih besar.

Guru yang sedang mengajar lekas menghampiri membujuk agar Zero melepaskan Aldi namun tegurannya dihiraukan.

Begitu juga dengan Galih dan Hansen

" Bang Zero... " Panggil Alanka, dia yang sedari tadi berlindung dibalik punggung tegap Galih mendekati Zero dan tiba-tiba saja memeluknya dari belakang. Zero tersentak begitu juga dengan teman-temannya terutama ketiga sahabatnya yang terkejut.

" Bang Zero datang kesini bukan buat kekacauan. Bang Zero cuma mau jagain Alan 'kan? Didi orang baik, jadi tolong lepasin Didi ya? Alan minta. Didi juga jangan asal tuduh-tuduh Bang Zero "

Perlahan Zero melepaskan cengkeramannya, Aldi yang sudah terlepas segera meraup oksigen serakus-rakusnya. Ia duduk kembali ke bangkunya tak peduli dengan suasana belajar mengajar yang sempat tak kondusif karena ulahnya.

Salah makhluk tinggi itu yang memancing emosinya.

" Alanka "

" Didi? Didi okay? Didi mau ke UKS aja? Biar Alan antar "

Aldi menggeleng, dia tidak selemah itu.

" Jawab jujur sejak kapan kamu kenal orang itu? "

Orang asing mengacu kepada Zero. Anti baginya untuk menyebutkan nama orang yang tidak suka.

" Baru dua hari, kenapa? Didi mau bilang aneh-aneh lagi ya tentang Bang Zero? Jangan! Kalau gitu lagi, kita putus temenannya "

Baru dua hari?

Tapi kenapa Zero harus dipanggil Abang sedangkan dia dan teman-temannya yang lain malah cuma dipanggil nama padahal jelas mereka lebih tua.

" Kenapa Lu manggil gue, Galih, Hansen, sama yang lain cuma pake nama? "

ALANKA|2 { E N D }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang