🌼32🌼

825 81 2
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.


Semua dibuat panik sekaligus ketakutan ketika dikabari Alanka mendadak drop. Awalnya memang baik-baik saja, sehingga Dr. Rexy memperkirakan bahwa Alanka akan dipulangkan paling cepat sore ini atau keesokan harinya. Wiradarma pergi sebentar untuk mengambil berkas di ruangannya dan meninggalkan Alanka yang sedang menonton televisi seorang diri tapi sekembalinya ke ruang rawat, betapa terkejutnya ia mendapati Alanka sudah dalam keadaan setengah sadar dengan mulut berbusa tangan bergetar dan sesak nafas. Sontak saja, dalam perasaan risau Wiradarma menekan tombol darurat secara brutal dan datanglah Dr. Rexy serta perawat pendampingnya segera memberi tindakan.

Alanka menatap sekeliling melihat raut cemas yang tampak di wajah mereka. Tidak hanya Papa dan keenam abangnya namun juga Kakek Simon dan Oma Taravina. Ia tersenyum tipis, merasa senang karena orang-orang yang dia sayangi semuanya ada disini.

Sayang sekali, Alice sudah terbang ke California. Karena dia ke Indonesia bukan pada waktu libur jadi hanya tiga hari ia berada di negara penghasil rempah ini, meski masih banyak tempat yang belum sempat ia kunjungi dan makanan yang belum dia coba semuanya, Alice tidak lupa pada kewajiban menuntut ilmu. Itu juga yang membuatnya harus kembali secepat ini.

" Siapa yang melakukan ini? Adek sehat-sehat aja malam tadi pas kita kesini dia masih happy masih ketawa. Kok gini " Rayyan buka suara, memang tadi malam mereka datang kemari karena Wiradarma mengatakan ada hal penting yang harus dibicarakan rupanya saat itu mereka diperkenalkan dengan Kakek Simon.

Oh Wiradarma juga memperkenalkan Ayah kandungnya pada sang ibu mertua.

Wiradarma mengusap kasar wajahnya, sesekali melirik jarum jam yang terasa bergerak makin lambat, Dr. Rexy membawa busa dari mulut Alanka untuk diperiksa di laboratorium dan mengatakan hasilnya akan keluar sekitar dua jam lagi tetapi setelah enam puluh menit berlalu, Dr. Rexy tidak juga memberi laporannya.

" Kenapa sih, Alan terlalu baik apalagi coba? Kok ada yang Setega ini "

" Kan bang, emang punya dendam apa sih kok ya sampai segitunya "

" Kalau sampai gue ketemu orangnya, asli gue cekik lehernya, gue injak dadanya biar aja biar dia tau gimana rasanya sesak nafas kayak Alanka atau kalau perlu gak usah nafas aja sekalian. Geram gue "

Tiga bersaudara itu sibuk berdebat, sudah kepalang marah pada siapapun yang membuat adik mereka seperti itu. Mereka baru terdiam ketika Wiradarma berdehem nyaring dan menatap mereka tajam tanpa senyum diwajahnya. Itu adalah wajah Wiradarma jika sedang marah besar.

Wiradarma tidak akan diam saja apabila anaknya disakiti seperti ini, tidak berkhusus pada Alanka saja juga kepada enam putranya yang lain. Siapapun dia akan Wiradarma pastikan membawa kasus ini ke pengadilan tanpa ada toleransi lagi.

" Papa Alan takut " rintih Alanka dengan mata berkaca-kaca yang siap mengeluarkan tangis kapan saja, Wiradarma memeluk bungsunya walau tak terlalu erat memberikan usapan lembut dipunggung pada Alanka yang setengah duduk membisikkan kata penenang.

Dia tau, Alanka pasti sangat ketakutan tadi. Menyesali kecerobohannya yang sudah meninggalkan si kecil seorang diri meski tak lama.

" Orang itu jahat Papa hiks, Alan takut huwaaaa "
Runtuh sudah pertahanannya, Ival mendekati sang adik menggenggam tangannya begitupun dengan Theo yang memberi pijatan lembut di kaki ramping si bungsu.

ALANKA|2 { E N D }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang