PART 3

83 17 3
                                    

Vote! Biar otor semakin semangat untuk buat dosa hiks :)



Fadil mengerjapkan kedua matanya mengantuk, ia menatap sekeliling melihat para penumpang mulai bangkit dari kursinya masing-masing dan keluar dari bus satu persatu tinggal menyisakan dirinya seorang.

Oh iya, jangan lupa Renita yang masih setia mengorok penuh nikmat.

Fadil mengoyangkan bahunya sedikit kencang membuat Renita yang masih terlelap merasa terganggu. "Eungh, udah sampai ya?" tanya Renita sesekali menguap.

Fadil hanya berdehem pelan kemudian bangkit dari kursinya dan melangkah keluar dari bus, tak lupa disusul oleh Renita.

"Wow, primitif sekali," ujar Renita pelan sembari menatap sekeliling lingkungan berbeda dengan Fadil yang terlihat lebih cuek.

"Mas sama Mbak ini anak didiknya Bu Anggraini ya?" tanya seorang bapak-bapak kepada Fadil dan Renita secara tiba-tiba membuat kedua orang itu langsung mengalihkan atensinya kearah sumber suara.

Fadil tersenyum ramah sembari menganggukkan kepala. "Iya Pak, yang diucapkan Bapak itu benar apa adanya."

Pria paruh bayah itu tersenyum tipis dan tanpa banyak basa-basi mempersilahkan Fadil dan Renita mengikutinya masuk kedalam desa dan mereka pun berjalan masuk kedalam desa itu.

Fadil melihat sekeliling desa yang tampak asri dan alami. Ia berfikir tempat seperti itu akan cocok digunakan untuk refreshing.

"Pak, katanya disini ada mahasiswa dari universitas yang sama dengan kita apakah itu benar?" tanya Renita.

"Iya itu benar mereka lagi menyelenggarakan penyuluhan kesehatan di balai desa nanti magrib mereka balik." jawab Bapak itu tertawa renyah.

"Haduh, bapak lupa memperkenalkan diri, nama saya Pak Supratno, selaku Kepala Desa sini." lanjutnya.

"Salam kenal Pak, nama saya Renita sedangkan teman saya namanya Fadil," balas Renita memperkenalkan diri dan disambut hangat oleh Pak Supratno alias Pak Kades.

Fadil dan Renita terus berjalan beriringan mengikuti kemana arah pria paruh bayah itu melangkah. Fadil sedikit terkejut saat matanya tanpa sengaja melihat beberapa lelaki yang terlihat berkumpul disatu tempat dimana mereka asyik menendang bola kesana kemari dengan telanjang dada.

Tidak sampai situ saja bahkan mereka terlihat hanya mengenakan celana pendek yang terkesan tipis hingga disaat badan mereka berkeringat daerah selangkangannya mulai tercetak suatu tonjolan.

Ingat Fadil bukan gay jadi dia hanya memandang perkumpulan itu dengan tatapan biasa saja, yang ada dibenaknya ia mulai berfikir kenapa mereka tidak memakai celana dalam? Tidak punya kah?

Fadil memindahkan pandangannya kearah badan para pemain yang berotot.

'Anak sini badannya ternyata bagus juga ya, emangnya disini ada gym kah?' pikir Fadil sejenak yang masih setia menatap kumpulan lelaki desa itu.

Fadil menoleh kearah samping ternyata bukan cuma dia saja yang dibuat terkaget-kaget ternyata Renita pun mengalami hal yang sama cuma bedanya Renita menatap kumpulan itu dengan pandangan yang ....

You know lah.

"Pak Supratno, main bola skuy!" panggil salah satu dari kumpulan.

"Iya, nanti saya nyusul soalnya mau nganterin dua anak kota ini kerumah dulu," balas Pak Supratno sambil melempar pandangan kearah Fadil dan Renita.

Saat Pak Supratno mengatakan hal itu secara otomatis para kumpulan pria itu mengalihkan atensinya kearah kedua sahabat itu membuat Fadil dan Renita sedikit tak nyaman karena tampak mereka melihat keduanya dari bawah keatas seakan-akan tengah menilai penampilan kedua siswa itu.

bukan ukeableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang