"Lo ngapain disini?" tanya Jaka basa-basi, Fadli hanya diam tak memperdulikan keberadaan remaja di sampingnya itu.
Jaka yang merasa diabaikan hanya menghela nafas lelah, sejujurnya dia paling malas membujuk seseorang yang lagi ngambek, boro-boro mau bujuk orang kadang sama pacarnya aja kalau ngambek Jaka buat tak tahu saja, tetapi sekarang ia harus mengubur rasa gengsinya hanya untuk mendapatkan maaf dari Fadil.
"Lo masih marah?"
"Buta mata lo atau lo pura-pura pikun atas kejadian semalam?" jawab Renita sensi dan sarkas.
Perempuan itu merasa ia tak perlu menjaga sikapnya lagi apabila berhadapan dengan Jaka notabene orang yang telah menyakiti hati teman botinya itu. Jaka memincingkan pandangannya tajam, perasaan semakin kesal dan rumit ia bingung harus bagaimana membujuk lelaki itu.
Disisi lain Fadil masih saja mengerjakan tugasnya tanpa memperdulikan keberadaan Jaka walaupun keberadaan lelaki itu membuat Fadil cukup terusik dan terganggu.
Dan benar saja Jaka sekarang duduk di dekat Fadil ikut membantu memetik tangkai sayur untuk dimasak. Fadil melempar pandangannya kearah Jaka dengan tatapan kesal karena merasa terganggu tetapi Jaka hanya diam pura-pura gak tahu atau masa bodo.
"Lo ngapaini disini? Sana ikut kumpul ma temen-temen lo di depan," usir Fadil secara halus.
Jaka menghentikan kegiatannya lalu melempar atensinya kearah Fadil dengan tampang yang ehm .... super duper ngeselin.
"Ngapain lo liatin gue? Mau gue tabok lo pake bayem?" gertak Fadil sambil mengangkat satu ikat bayam di tangannya.
Jaka menundukkan pandangan dan terkekeh pelan melihat tingkah menggemaskan pria di sampingnya sedangkan Fadil mendengus kesal melihat tingkah Jaka yang nyebelin.
Setelah merasa puas tertawa dalam diam Jaka kembali mengerjakan tugasnya yang seharusnya tidak dia kerjakan.
"Lo-"
"Udah, diem gue bantuin biar cepet selesai terus gue mau ajak lo pergi dari sini!" potong Jaka mutlak tak terbantah.
" ... " Fadil hanya diam tak bergeming.
Fadil mulai berfikir, kemana lagi pria itu mengajak dirinya setelah kejadian semalam? Perasaannya mulai tak enak kembali.
Di lain tempat Renita yang menangkap raut wajah Fadil yang terlihat tertekan mulai beramsumsi ada hal yang tak beres lagi akan menimpa sahabatnya itu. Renita harus melakukan sesuatu!
Radja mengusap keningnya yang berkeringat dan tak lupa mengelap badannya dengan kaos yang di kenakan ketika tiba di tempat. Radja tersenyum lega telah menyelesaikan tugasnya untuk memotong kayu bakar.
Tenggorokan terasa kering dan tandus, yang dibutuhkan sekarang adalah mengairi tenggorokannya dengan siraman air rohani.
Radja dengan santai berjalan menghampiri gerombolan ibu-ibu untuk sekedar meminta segelas minuman. Tetapi langkahnya terhenti saat melihat wajah kesal Fadil yang tengah memandang Jaka yang ada di sampingnya.
"Fad," panggil Radja lembut.
"Iya Mas," jawab Fadil tak kalah lembut dan tak lupa ekspresinya yang awalnya berang berubah menjadi friendly.
Jaka yang melihat perubahan ekspresi dari Fadil mulai mencibir kesal. "Lo kok gitu? Giliran si ono yang nyapa seketika berubah menjadi kucing anggora, coba gue? Malah kek kucing garong."
Fadil mendelik kearah Jaka lalu membalas, "Itu karena di tangan lo selalu bawa pancing!"
Jaka, Radja, dan Renita yang kebetulan ikut mendengar pembicaraan ketiganya menatap kearah Fadil bingung. "Pancing?"
KAMU SEDANG MEMBACA
bukan ukeable
RandomCoba kalian Bayangkan, dimana kalian yang ingin sekali menjadi rebutan para gadis di kampus langsung tersadar setelaj tertabrak dengan kenyataan yang dimana kita hanyalah manusia yang memiliki tampang wajah yang biasa aja. Tidak tinggi, berotot, dan...