Author back maaf baru up, karena author lagi sibuk kerja hari ini biasanya author mulai tulis cerita dihari libur kerja :v
Jadi maklumin ya kalu kalian nunggu sampai satu minggu :)
Jangan lupa vote dan komen, lopyu boti-boti.
***
"Habis ini temenin gue yuk!" Fadil menatap Jaka dengan tatapan tak percaya, Jaka yang mengetahui tatapan penuh keingitahuannya segera menjawab tatapan itu, "Temenin gue silat."
Silat? Preman gini ikut silat buat apaan?
Mata Fadil langsung membola ketika sebuah pemikiran buruk terlintas di otaknya. "Jangan-jangan lo ikut silat buat menindas orang ya?" tebak Fadil cepat sembari menunjuk muka Jaka dengan jari telunjuk mungilnya itu.
Jaka memundurkan kepalanya beberapa senti menjauhi telunjuk Fadil yang hampir menyentuh hidungnya, lelaki itu menghela nafas panjang berusaha memaklumi tebakan aneh dari pria berbadan mungil yang berdiri dihadapannya. Memangnya mukanya sejahat itu ya? Sampai Fadil mengira Jaka mengikuti kegiatan pencak silat untuk menindas orang lain. Kan, jadi retak dikit hati unyu Jaka walaupun gak ngaruh.
"Tidaklah, gue ikut begituan buat ngisi waktu luang saja," elak Jaka.
Fadil hanya mangut-mangut mempercayai ucapan Jaka walaupun di dalam benaknya masih menyimpan kecurigaan yang hakiki.
"Kirain," balas Fadil singkat.
Jaka mengeryitkan dahinya tak puas, Fadil belum menjawab ajakannya barusan. "Jadi?" pancing Jaka lagi-lagi membuat Fadil bingung.
"Jadi ... apaan?" Jaka menepuk jidatnya sedikit keras hingga menghasilkan suara tamparan yang cukup keras di telinga Fadil.
Fadil masih saja memasang tampang bodoh. "Lo temenin gue silat," ucap Jaka kembali. Fadil berdehem pelan berusaha memikirkan jawaban yang tepat untuk ajakan Jaka.
"Ayolah!" kata Jaka sedikit memaksa.
"Lo nawarin apa maksa sih?" tanya Fadil kesal sembari memasang ekspresi cemberut. Jaka menggaruk kepalanya tak gatal kemudian menjawab, "lebih tepatnya maksa sih."
"Yaudah." Jaka langsung menatap tajam kearah Fadil. Ini Fadil bukan sih? Kok tumben nurut? Biasanya ribut dulu, Jangan-jangan lagi kena rabies nih anak!
Dih, gak gitu juga kali!
Jaka memegang dahi Fadil berusaha memeriksa suhu tubuh lelaki tersebut, Fadil yang merasa keheranan melihat tingkah laku Jaka segera menepis tangan Jaka dengan pelan dari dahinya. "Apaan sih?"
"L--lo lagi gak sakit kan?" Fadil memutar kedua bola matanya malas, kenapa Jaka memberi pertanyaan seperti itu? Kalau Fadil sakit gak mungkin ia akan menemani Jaka cukur rambut barusan. Dasar bodoh!
"Emangnya seandainya gue nolak lo terima kagak?" tanya Fadil bernada datar.
Jaka tersenyum kecut mendengar pertanyaan itu, tentu saja ia tidak menerima penolakan. "Lo diam berarti dugaan gue benar, makanya gue males berdebat ama lo ujung-ujungnya gue dipaksa ikut juga."
Jaka tertawa singkat mendengar ucapan dari Fadil tanpa ia sadari pria beranjak dewasa itu mengacak rambut Fadil dengan gemas.
"Apaan sih, anj*ng!" maki Fadil kasar sembari menepis tangan besar itu dari rambut.
"Kasar amat neng," protes Jaka.
"Serah gue lah!" Hati Jaka berbunga-bunga karena nanti malam ia akan ditemani Fadil berlatih silat. Entah kenapa kesannya kayak cewe lagi nemenin pacarnya latihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
bukan ukeable
RandomCoba kalian Bayangkan, dimana kalian yang ingin sekali menjadi rebutan para gadis di kampus langsung tersadar setelaj tertabrak dengan kenyataan yang dimana kita hanyalah manusia yang memiliki tampang wajah yang biasa aja. Tidak tinggi, berotot, dan...