00.00

313 17 0
                                    

Assalamulaikum, selamat datang dilapak akuu. Semoga suka dengan ceritanya.

🦢Happy reading🦢

■■■■■

Luka mengelus perutnya yang mengembang sempurna dengan perlahan.

Bukan!

Bukan bayi yang ada diperut Luka, namun hanya Martabak manis, batagor, seblak, cireng, cimol, Hamburger, Pizza, Pempek, jasuke, sate lontong, es cincau, es kelapa muda, boba, es coklat dan air putih sebagai penutup yang saat ini bersarang diperut Luka.

Hari siang yang panas ini, entah badai dari mana sahabat yang mendapati julukan pelit setengah mati itu meneraktir Luka sepuasnya dibazar sekolah anak SMA.

Harga disana yang sangat terjangkau apalagi diskon yang separuh harga, Luka tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk memoroti Sania-sahabatnya dengan membeli berbagai makanan hingga totalnya mencapai ratusan ribu bahkan hampir mengenai angka satu jutaan.

Sebenarnya harga normalnya tidak hampir segitu, namun Luka saja yang disebut maniak makanan, Luka menambah porsi makanan kaki lima menjadi dua kali lipat. Membuat harganya berkali lipat sesuai dengan makanan yang dipesan.

Luka terseyum puas dengan makanan yang dia makan, kemudian dia terkekeh melihat Sania yang sedang merengutkan mukanya menatap nanar dompet yang hanya tersisa 20 ribu setelah Luka memorotinya.

Sania mendegus keras, tangganya meletakan dompetnya pada saku celana jeans yang kini dia pakai, lalu menatap Luka tajam.

"Lo ya! Gue neraktir lo bukannya bersyukur. Malah lo seenaknya bikin uang gue ludes, Luka!"

Luka menujukan cengiranya yang membuat Sania kepalang kesal "Ya gimana lagi San, gue kan memanfaatkan kesempatan yang ngak datang kedua kalinya"

Sania menyorokan kepala Luka "Manfaatin kesempatan...manfaatin kesempatan. Yang ada gue jadi, kere gara-gara lo"

Luka mengedehikan bahu acuh, Dia sibuk mengelus-elus perutnya yang terasa ingin meletus akibat kebanyaakan asupan.

"Nyesel gue neraktir lo"

"Yak'elah San, sekali-kali napa"

Sania mendegus yang membuat mereka berdebat siapa yang akan meneraktir Luka lagi? Pertanyaan macam apa itu jika mereka hanya berdua bersahabat.

Hingga detingan yang berasal dari handphone Sania membuat mereka berhenti berdebat. Sania segera menerima pangilanya setelah mengetahui siapa yang menelefon dirinya.

"Halo ma?"

Luka hanya diam memperhatikan Sania yang sedang bertelefonan dengan mamanya. Rasa iri terus saja mengeruak didiri Luka setiap melihat kedekatan anak dan ibunya.

Luka memang punya keluarga yang menyayangi dirinya namun tidak dengan mendapatkan kasih sayang seorang ibu.

Sendari kecil Luka terus menyalahkan dirinya sendiri akibat kematian ibunya yang berjuang melahirkan dirinya.

Dengan pengetahuan kecilnya yang hanya mendegar dari sanak suadara, Luka sendari kecil terus saja memberontak mengiginkan bertemu ibunya dengan terus berteriak bahwa ibunya tidak meningalkanya.

Namun kenyatanya tidak selalu sesuai dengan pandangan dan permikiran seorang Luka pandardiga.

Lamuan Luka bubar saat Sania memangilnya dengan lembut, Luka menatap mata Sania yang disana ada tatapan yang mungkin Luka tak sukai?

Sania yang tahu pikiran Luka, mengelus lengan Luka pelan. Sania sahabat Luka semenjak kecil jadi dia tau baik buruknya yang dialami oleh Luka.

"Mama masak banyak hari ini spesial buat Lo, mau kesana?" Tanya Sania sembari menatap Luka yang berusaha menerbitkan senyumanya meskipun tipis.

"AYOO, GASS LAH" seru Luka melupakan rasa sendih yang tadi menyerangnya.

Sania terseyum tipis, Dia dan Luka itu seolah kakak dan adik.

Luka beranjak dari duduknya lalu berlalu meningalkan Sania yang sedang mengambil tas selempangnya.

---

Luka merebahkan dirinya pada penyanga kasur, Dia hari ini benar-benar puas memakan segalanya. Setelah makan yang dimasak oleh mama Sania sembari mengobrol, Luka izin untuk kekamarnya yang ada di rumah Sania.

Luka kembali mengelus perutnya yang benar-benar penuh dengan makanan maupun minuman.

"Gila, puas banget gue hari ini" Luka terkekeh dengan memegang perut yang awalnya kecil menjadi bucit karena makanan.

"LUKA SAYANG, JANGAN TIDUR DULU,  KAMU HABIS MAKAN BANYAK, NANTI PERUT KAMU KENAPA-NAPA KALO LANGSUNG TIDUR!"

"IYA TAN, INI ENGAK TIDUR KOK"

"JANGAN NGEYEL!, AWAS AJA KALO TANTE MAMA MASUK KAMU TIDUR. TANTE MAMA CUBIT KAMU!"

Luka menjawab dengan lirihan, matanya mulai memberat dan meredup dengan samaanya elusan diperut yang terasa penuh itu memelan.

Setelah beberapa menit kemudian, Luka tertidur pulas dengan perut yang masih penuh melupakan larangan Mama Sania tentang bahayanya tidur sehabis makan banyak.

■■■



Transmigrasi LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang