Sungai Temu Rindu (part 4)

5 0 0
                                    

Ahmad mencium tangan Nur yang berada di genggamannya.  "Aku sangat mencintaimu dan kamu tau itu. kita sudah menjalani hubungan ini lama, aku tau tentang kamu dan kamu tau tentang aku.  Tapi..." Ahmad berhenti sejenak untuk menarik nafas.  " Aku tidak mau membuat kamu nanti sensara bersamaku. Aku ini hanya beban untuk mu Nur. Lihatlah kondisiku sekarang! Aku berbeda dengan dulu." Ahmad berkata lirih dengan mata yang sudah memerah berkaca-kaca.

"Apa yang berbeda Mad? Kamu tetap menjadi Ahmad seperti yang aku kenal dulu. tidak ada yang berbeda sedikitpun." Nada bicara Nur meninggi, dia tidak bisa menyembunyikan amarahnya.

"Aku buta Nur, Aku buta." Mad menunjukkan jari telunjuk ke matanya dengan nada bicara yang semakin tinggi juga.

"Aku sekarang  kemana-mana harus dituntun dan tidak bisa melihat indahnya dunia lagi. Dari kecil aku selalu tidak bahagia Nur, tapi aku berhasil menyembunyikan ketidakbahagiaanku itu. Aku selalu berpura-pura dengan semua ini."

Ahmad menarik nafas panjang,  lalu membuangnya dengan cepat.

"Namun, sekarang aku tidak bisa menyembunyikan segala kesedihan dan ketidakbahagiaanku. Aku sekarang semakin lemah. Jalan hidupku terlalu sulit hingga aku tidak bisa lagi untuk berpura-pura baik-baik saja."

Mata Ahmad semakin memerah dan berkaca-kaca. Tubuhnya menjadi kaku menahan emosinya.

"Aku saja tidak bisa membuat diriku bahagia Nur, apa lagi jika nanti kita bersama, aku  tidak akan bisa memberikan kebahagiaan untuk mu Nur, orang yang aku sayangi sepenuh hatiku. Aku justru akan menjadi beban berat untukmu." Ahmad menggenggam tangan Nur dengan sangat kuat, matanya mendung, menahan hujan turun.

"Aku tidak perlu bahagia, aku hanya perlu hidup bersamamu selamanya. Apa kamu selama ini tidak mencintaiku? Kenapa kamu selalu diam dan beralasan yang aku sendiri tidak paham. Seakan-akan kamu ingin kehilanganku. Lalu apa yang kita jalin selama ini Mad?" ucap Nur dengan tangis yang  terisak.

"AKu mencintai dan menyayangimu sepenuh hatiku, aku selalu diam karena tidak ada kata yang bisa terucap untuk mengatakan rasa cintaku ke kamu Nur. Selama ini aku selalu berusaha menjaga hubungan ini. Meskipun aku tau orang tuamu tidak merestui hubungan ini. Tanpa kamu sadari, sebenarnya aku selalu berusaha memantaskan diri dan membuktikan bahwa aku bisa membuat kamu bahagia bersamaku kepada orang tuamu. Agar ornag tuamu tidak mamandang remeh diriku dan merestui hubungan ini."

Air mata yang sedari tadi dibendung oleh Ahmad, akhirnya menetes berlahan meratapi kisah hubungannya yang semakin kacau dan diujung tanduk, yang kemungkinan besar sudah tidak bisa terselamatkan lagi. Ahmad sangat mencintai Nur, tapi disatu sisi dia tidak mau bersifat egois untuk tetap mempertahankan hubungannya. Dia tidak mau membuat Nur menderita ketika memilih bersamanya.

"lalu sekarang bagaimana? Apa Aku harus menerima lamaran dari pria yang aku tidak kenal itu? Apa hubungan lama yang kita jalin ini harus berakhir begini saja? Aku semakin gila dengan semua ini Mad. Semuanya semakin semu dan tidak bertuju." Nur berdiri dari kursi, menanyakan kejelasan kepada Ahmad.

"Jika itu pilihan yang terbaik untukmu...." Ahmad menunduk, mengepalkan kedua telapak tangan di atas pahanya

Heningggg sejenakk

"LAKUKANLAH." Suara Mad bergetar dengan hebat, air matanya meluncur dengan brutal dari mata merahnya.  Sebelumnya tidak pernah terbayang dalam benaknya jika harus mengatakan itu kepada Nur setelah perjalanan panjang dan membahagiakan yang diilalui bersama. Kebahagiaan yang telah dia persiapkan dengan matang untuk hubunganya, kini berganti kesedihan yang mendalam  menghancurkan  hati yang tidak tau permasalahnnya.

"APAAA????" Nur memegangi kepalanya, mendongak keatas, beberapa kali menggeleng-gelengkan kepalanya. Seakan tidak percaya dengan apa yang telah diucapkan oleh Mad. "Lalu kenapa selama ini Kamu selalu menyuruhku untuk menunggu Mad? KENAPA?" Nur membentak dihadapan Ahmad dengan tangis yang semakin derass.

"Maaf Nur," Ucap Ahmad lirih dengan tangis yang meletes di pipi dan tangan yang menggepal kuat berusaha menguatkan diri.

Heninggg.

Nur terdiam berusaha menguatkan diri. Dia semakin hancur ketika melihat wajah Ahmad yang juga menangis meretapi ini semua. Dia berpikir untuk sejenak, berusaha menemukan keputusan apa yang akan dia pilih untuk dikatakan kepada Ahmad.

"Baik akan aku turuti semua permintaanmu." Nur menarik nafas, " Aku akan pergi, SELAMAT TINGGAL Mad."

Nur melangkah keluar dari rumah Ahmad. Namun, sebelum Nur keluar dari pintu, Ahmad memanggilnya. Nur pun menghentikan langkahnya.

"Nur, pergilah yang jauh dan jangan pernah ketemui aku lagi. Kejarlah kebahagianmu yang tidak kamu dapat dari diriku. Semoga kamu bahagia Nur." Ahmad berkata dengan suara bergetar.

Setelah ucapan dari Ahmad itu, suara langkah kaki Nur pun terdengar kembali yang semakin lama tak terdengar oleh telinga Ahmad, menandakan Nur telah pergi dari hidup Ahmad untuk selamanya.

Ahmad tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia menangis terisak, menyalahkan dirinya sendiri dengan apa yang telah terjadi. dia melempar segala benda yang ada meja depannya dengan brutal untuk melampiaskan segala amarah yang ada pada dirinya. Hingga akhirnya dia terjatuh di lantai, Vas bunga yang ia lemparkan langsung pecah seketika. Dia menangis beraung dengan kencang, mengacak-acak rambutnya dan bahkan menampar dirinya sendiri karena telah mengakibatkan ini semua terjadi.

Me and MyselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang