Okey! Mohon untuk penuhin vote ataupun komen ya, kalau komen duluan penuh ya gak papa nanti aku up juga, kalau vote juga duluan penuh ya gak papa.
200 vote dan 75 komen kuy.
HAPPY READING
Evar kacau, semalaman menangis di kamar apartemennya karena putus dari Syatara, dan juga karena kesalahannya sendiri.
Dia benar-benar tertekan, tapi Evar tetap berangkat ke sekolah walau keadaannya kacau begini.Di sepanjang koridor sekolah pun, banyak yang menatapnya dengan tatapan sinis serta jijik, dan tak lupa tatapan mencemoh lainnya
"Ada apa ini."
Evar mendengar jelas bisikan-bisikan penuh nada kebencian itu.
"Gila, gue gak nyangka Ketos nyewa jalang di hotel."
"Parah sih, Syatara yang begituan aja dikhianati apalagi gue, duh parah."
"Tau nih, kasihan Syatara ya."
"Kan dari awal tuh, Syatara cocoknya sama Deon, daripada sama Evar."
"Gue doain mereka putus!"
"Ketos kita ternyata hobi ke hotel, ckck."
Evar mengepalkan kedua tangannya, jadi semalam ada yang mengikutinya dan membeberkan kejadian itu.
Sampai di dekat mading, Evar melihat Syatara dikerubungi banyak siswa dan siswi, dia sedang mencabut foto-foto Evar saat memasuki hotel dengan seorang wanita.
Syatara tak menjawab pertanyaan dari teman-temannya, dia sibuk mencabuti foto dan merobeknya sampai jadi bagian terkecil.
"Syatara."
Semua menatap kearah Evar yang sudah berlinangan air mata, Syatara sendiri hanya tersenyum sebagai balasan.
"Ini editan, semalam Evar bersamaku, dia tak ke hotel." ujar Syatara tenang.
Kerumunan tadi langsung ber oh ria kemudian mengangguk, nah mana mungkin Evar berkhianat sementara dia punya Syatara yang begitu menawan.
"Kan, gak mungkin Evar kek gitu, pasti itu editan beneran."
"Huh baguslah kalau cuma editan."
Syatara mengangguk, dia berjalan kearah Evar lalu menarik tangan lelaki itu menuju taman belakang, yah setidaknya Syatara tak akan membuat Evar dibully karena foto itu.
Sebisa mungkin Syatara memastikan jika kehidupan sekolah Evar baik-baik saja setelah mereka putus.
Lagipula, Syatara akan pergi dari sini.
"Tara..maaf..hiks.."
"Sudahlah, nanti saja dibahas."
Mereka sampai di taman belakang, Syatara memastikan disini sepi dan tak ada orang jadi aman.
Perlaha Syatara melepaskan genggaman tangannya dari Evar, membuat Evar merasakan kehilangan yang pasti.
Syatara merogoh saku seragam atasnya dan mengeluarkan sesuatu.
Sebuah kalung, dengan bandulnya berbentuk huruf E yang dihiasi permata asli.
"Selamat ulang tahun, ini hadiah dariku."
Hati Evar mencelos, Syatara masih baik setelah apa yang Evar lakukan.
"Tara..maafkan aku..hiks..aku jahat aku minta maaf.."
Syatara menggeleng "Sebenarnya aku juga salah, karena aku mencari apa yang tidak ada padamu diluar, jadi tak heran kenapa kamu juga melakukan hal yang sama. Intinya kita berdua salah, tapi Evar, aku benci pengkhianatan jadi sudah bagusnya kita putus."
Evar menggeleng ribut, dia menahan tangan Syatara dan menangis pilu, dia tak mau berakhir seperti ini.
"Tara aku mohon..hiks..beri aku kesempatan lagi.."
"Aku akan pergi Evar."
Deg!
Evar membeku, setelah putus darinya, Syatara mau pergi meninggalkannya?
Apa hukumannya harus sampai seperti ini?
"Aku akan pergi dari Indonesia, untuk saat ini, lebih baik lupakan saja kejadian yang pernah kita berdua lakukan, anggap itu hanya mimpi, mulai sekarang kita gak lebih dari orang asing."
Lagi dan lagi hati Evar tercabik mendengar perkataan Syatara.
Dia tak bereaksi apapun selain menangis pilu dikaki Syatara, dia menyesal melakukan hal semalam, jika saja dia bisa menunggu sedikit lebih lama untuk kepulangan Syatara, pasti tak akan begini.
"Maaf Tara maaf..hiks..maafin aku..maaf..hiks..maaf Taraaaaa!"
Syatara menggeleng, dia ikut berlutut kemudian memakaikan Evar kalung hadiahnya tadi.
Lalu mengecup singkat dahi Evar.
"Sudah yah, aku pergi untuk berobat, untuk mengurangi ketergantunganku pada susu..jadi itu alasan kenapa aku pergi Evar."
Evar menggeleng kuat, dia memeluk Syatara seolah tak akan melepaskan gadis ini lagi.
Dia gak mau ditinggal lagi, terlebih setelah masalah itu.
"Aku bakal cari cara Tara..hiks..aku bakal bikin dada aku keluar susu lagi yang penting kamu gak pergiii! Aku mohon..jangan tinggalin aku..hiks.."
Syatara terdiam, dia teringat pada Pill yang mommy nya miliki di rumah, tapi dia tak mau ketergantungan pada susu Evar.
Dia mau Evar normal dan menjalankah harinya tapi takut ketahuan orang lain perihal kekurangannya, dia tak mau egois.
"Gak perlu, itu hidup kamu, jangan kembali ke masa buruk kamu, setelah ini hiduplah dengan baik, oke? Aku pamit."
Syatara melepaskan pelukan Evar kemudian berjalan pergi, seharusnya Syatara yang berobat.
Agar dia tak ketergantungan lagi pada susu murni manusia, agar dia bisa menjalin kasih dengan benar tanpa harus kebingungan dengan susu.
Sementara Evar, menjerit tak karuan setelah ditinggal Syatara.
Selesai sudah, untuk apa dia hidup kalau sudah begini.
🍼Bersambung🍼
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boy Who Can Lactating [End]
Teen Fiction"Lo bisa keluarin air susu kan, Evar?" Terkejut? Sudah pasti, bagaimana gadis itu bisa tau kalau dia memiliki air susu!? "H-hah? Kok lo bisa tau!?" "Iya, kemarin gue lihat lo nangis di gudang karena nenen lo nyeri dan keluarin susu." Gawat! Ini Raha...