Kembali ke Realita

67 7 0
                                    

Happy Reading




Aku tersentak dari lamunanku saat aku merasakan Handphone ku bergetar terdengar nada dering But if I let you go-nya Westlife. Aku melihat layar Handphone terdapat nama pak Dante aku mengerenyit heran. Kenapa Bos besarku tiba-tiba menelpon?

"Hallo, iya pak? Apa ke-Bali? Lusa? aduh kok dadakan begini sih pak tapi kan ini Masih suasana lebaran pak. iya, iya baik Pak." klik telpon kumatikan.

"Kenapa yuk?" entah sejak kapan Mamak berdiri di sampingku.

"Riani harus berangkat hari ini ke Jakarta Mak. Besok mau langsung berangkat ke Bali." aku langsung mondar-mandir mengemasi barang-barangku. Sementara Mamak memandangku dengan bingung.

"Bukanya libur seminggu?"

"Iyaa, kemarin sih gitu. Awalnya sih sebulan sehabis lebaran Riani memang akan dikirim ke Bali. untuk bikin projek pertama Riani setelah enam bulan training. Ternyata ke Balinya di majukan supaya lebih terlaksana lebih cepat." Aku Masih tetap membereskan barang-barangku mengecek sana-sini.

"Kan Mamak sudah bilang, Sebaiknya kamu tinggal di kampung. Menikah, hidup damai di sini. Supaya kamu nggak disetir sama perusahaan" Aku mendengus sebal. Kata-kata itu lagi.

Mamak Masih saja membahas Masalah itu. aku mengacuhkannya. Dan lebih memilih diam sambil sibuk menegecek barang-barangku.

Aku berangkat malam itu juga. Selepas isya beruntung salah satu Wak-ku yang pulang kampung bersedia mengantarku dengan mobilnya. Walaupun hanya mengantarku ke Kabupaten. Perjalanan ke-kabupaten memakan waktu dua sampai tiga jam. Di karenakan banyak jalanan yang rusak, serta sempit. Masih terdapat hutan belantara. Aku agak takut juga walaupun ramai orang di dalam mobil ini karena Mamak dan adik-adikku mengantarku. Tapi kata Mamak Masih terdapat begal di daerahku yang terpencil sehingga aku agak was-was.

***

"Babe, elo belum tidur? Gue minta tolong donk transferin duit tiga juta, iya. Gue lagi di jalan pulang ke Jakarta sekarang. Please yah sekarang. Ntar sampe Jakarta gue ganti okay. Atm Card Gue ketinggalan. Gue Whatsapp nomor rekeningnya. Gue tunggu ya bye." Aku tersenyum canggung kearah Ko Lian.

Ini semua karena ketololanku meninggalkan Atm Card ku di apartemen. Dan lebih tololnya lagi aku baru menyadari saat aku ingin membayar Travel untuk berangkat ke-Palembang. Aku terpaksa menelpon sahabatku, Cinta. meminjam uangnya. Aku bisa saja menjual cincin pemberian Harry. Cincin yang dia paketkan ke Jakarta seminggu setelah kepulanganku dari Banjarmasin dua tahun yang lalu. aku membawanya pulang kampung. Karena ingin memberikanya lagi kepada Harry secara langsung. Tapi saat bertemu dia tadi sore aku mendadak pikun.

Ko Lian menolak cincinku yang ingin aku jual. Dia bilang dia tidak bisa membeli cincin itu karena hargannya sangat mahal. Dan lagi jika di jual lagi belum tentu orang mau membeli. Karena di daerahku Masih banyak ibu-ibu yang menganut kepercayaan "lebih baik kelihatan emas yang penting murah" Aku sudah menawar dengan harga tiga juta saja cukup. Tapi dia menolak. Muslim keturunan ini mengatakan bahwa dia tidak ingin curang dalam berdagang. dia ingin memberikan harga yang pantas.

"Hallo.. iya udah Masuk thank ya babe." Aku menutup telepon cinta dan mengikuti Ko Lian ke atm 24 jam. Untung di kabupaten ini sudah agak maju. Aku berterima kasih kepada Ko Lian dan berniat memberinya uang tapi dia menolak dan mengatakan bahwa aku lebih butuh. Dia menasehatiku agar lebih teliti lagi membuatku menunduk malu.

"Lama banget yuk?" tegur Mamak saat akau muncul di hadapan mereka. Aku memang tidak bilang bahwa atm card ku ketinggalan. Dengan alasan mules, Aku kabur ke toko Ko Lian.

"Sakit perut Mak," Aku tersenyum kecut

"Travelnya sudah mau berangkat dari tadi nungguin kamu." Mamak Masih terlihat sebal dengan kepulanganku yang mendadak ke Jakarta ini. Aku diam saja menaiki travel.

Aku merebahkan kepalaku yang terasa berat sejak pertemuanku dengan Harry tadi. Aku bersyukur Pak Dante memintaku ke Jakarta mendadak. Ini berarti aku bisa kabur dari Mamak yang terus-terusan memaksaku menikah. Dan lebih utama aku bisa kabur dari Harry. Kabur dari senyuman maut nya yang begitu memabukkan.

STUPID.

Ngapain juga aku memujinya tengah malam begini. Aku berdecak sebal. Bahkan sudah dua tahun ini aku belum bisa melupakanya. Selama dua tahun ini bukan berarti aku tidak berpacaran dengan siapapun. Hanya saja aku tidak ingin menyakiti siapapun. Aku tidak ingin menjadikan seseorang menjadi tumbal pelampiasanku. Aku tidak ingin menjalin hubungan dengan orang yang tidak aku cintai.

Lebih tepatnya.

Aku lebih suka menjalin sebuah pertemanan. Karena bagiku itu lebih simple. Tidak ada cemburu. Tidak ada cinta. Tidak ada saling atur-mengatur. Dan aku lebih suka hubungan yang seperti itu. Aku mencoba untuk tidur. Dari kabupaten Lahat menuju Palembang itu memakan waktu lima jam. Berarti jam lima subuh aku sudah sampai di bandara Sultan Mahmud Badarudin. Kepala ku sudah sangat berat.

Meant To BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang