Chapter 6

16 0 0
                                    

Andre merasa kepalanya kini mempunyai bobot bertambah. Apa yang disampaikan Nizar Zahir terkait dugaan adanya perlakuan istimewa yang diterima Rama dalam tahanan mengganggu pikirannya, persoalan kaburnya Dhany Wahab sebagai Manager Pemberitaan, keuangan perusahaan yang collapse, hingga intimidasi dari orang tak dikenal pada pagi ini semakin menambah pikirannya.

Andre membelokkan motornya menuju sebuah minimarket untuk membeli cemilan dan kopi, sambil menganalisis langkah selanjutnya yang akan ia lakukan. Setelah mendapatkan pesanannya, ia memilih mencari tempat di area outdoor, sambil memperhatikan beberapa anak muda lainnya yang sedang bercengkrama.

Pandangan Andre tiba-tiba tertarik menuju ke salah seorang pelanggan yang sedang duduk menyendiri. Pemuda itu mengenakan pakaian sweater abu-abu bertudung sehingga wajahnya tidak terlalu jelas, celana jeans, serta tampak sangat serius di depan laptopnya. Entah kenapa, Andre memilih untuk duduk di depan pemuda itu.

"Sibuk tugas kuliah?" sapa Andre, namun pemuda itu tak menggubrisnya dan tetap menatap lurus ke laptop.

"Mengabaikan orang itu tidak sopan," kata Andre sedikit dongkol.

"Mencampuri urusan orang lain juga tidak sopan," pemuda itu membalas perkataan Andre yang membuatnya naik pitam. Ia menutup layar laptop sehingga pemuda itu mendongakkan kepalanya, kini wajah pemuda itu terlihat jelas dengan kumis tipis dan agak sedikit brewokan.

"Mau lo apa?" hardik pemuda itu.

"Kenalan," sahut Andre asal. Entah kenapa kata itu langsung terlontar dari mulutnya. Ia memprediksi pemuda di hadapannya bukan orang sembarangan dan usianya jauh lebih muda dari dirinya.

"Gue udah kenal lo, Andre Adisatya, reporter BNTV," ucapan pemuda itu seperti menampar pipi Andre, namun ia berusaha mengalihkan keterkejutannya dengan gaya narsis.

"Oh, ternyata gue udah jadi artis."

"Lebih tepatnya orang dungu yang terkenal" lagi-lagi ucapan pemuda ini bikin darah Andre bergejolak, ia mengepalkan tangan ingin sekali meninju wajah pemuda tersebut.

Pemuda itu lalu membalikkan layar laptopnya dan memperlihatkan sebuah situs yang berisi data tentang perusahaan Batavia News TV. Dalam situs tersebut terpampang data dirinya secara jelas. Setelah itu, ia menunjukkan beberapa situs lainnya berisikan kasus human trafficking yang pernah melibatkannya.

Andre cuma tersenyum simpul, "Di era digital seperti sekarang, mudah sekali ya mengetahui informasi?"

"Ya, dan elo nggak memanfaatkannya dengan baik," pemuda itu mengembalikan posisi laptop ke hadapannya dan kembali sibuk dengan pekerjaannya.

Tampaknya dia bukan orang yang mudah untuk didekati!, batin Andre. Ia pun berlalu mencari tempat lain dan tidak lagi mengganggu pemuda itu.

Waktu di ponselnya menunjukkan pukul 16.20, belum ada pesan dari Dini untuk menjemputnya. Pikiran Andre kembali melayang memikirkan tentang kemungkinan besar pembayaran gaji yang diangsur. Mau tak mau, ia harus lebih hemat dalam pengeluaran. Selain itu, rencananya untuk membawa hubungan dengan Dini ke jenjang yang lebih serius berpotensi gagal.

"Well, did you regret what you've done?" teguran seseorang membuyarkan lamunan Andre. Pemuda yang tadi diganggunya kini muncul di hadapannya lagi dengan senyum sinis.

"Sahabat lo mati, tempat lo kerja mau bangkrut, bahkan cewek yang sekarang ada di tempat lo itu akibat gaya lo yang sok pahlawan kan?"

Bangsat, tahu darimana dia semuanya tentang gue? umpat Andre dalam hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

City Of The Damned (Nightlife Part II) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang