Seorang pria turun dari mobil BMW hitam di parkiran Lapas Bastoys, dengan mengenakan jas dan celana abu-abu, kemeja putih, dan dasi merah marun. Ia menunjukkan kartu nama dan berbicara sedikit dengan salah seorang petugas. Lalu petugas memeriksa barang bawaannya sebelum menyerahkan kartu bertuliskan Visitor kepadanya, dan membuka pintu besi utama Lapas.
Pria itu lalu diantarkan petugas lapas lainnya menyusuri beberapa koridor, hingga akhirnya tiba di sebuah ruangan dengan tulisan "Kepala Lapas Bastoys" di atas pintunya.
"Selamat pagi, saya John Oktaveri, pengacara dari Rama Faisal," ujar pria tersebut kepada seorang lelaki bertubuh gemuk pendek, berkumis, dan berseragam biru langit di depannya. Nampak sebuah papan nama di atas meja yang bertuliskan 'J.A Pangaribuan S.H,'
"Ya, jadi bagaimana urusannya?" sang Kepala Lapas menatap lekat kepada pengacara itu, dan ia langsung memahami arah pembicaraan itu.
"Mister Punk tenang saja, tentu kami sudah menyiapkan dana terkait sel khusus itu. Tentunya dengan nominal yang telah disepakati," John mengambil sebuah amplop coklat dan menyerahkan kepada Kepala Lapas yang disapa dengan Mister Punk.
Mr Punk memperhatikan amplop coklat itu, dan mengernyitkan alisnya. Ia merasa tidak yakin amplop setipis itu berisikan uang dengan jumlah yang banyak.
"Anda yakin di dalam amplop ini senilai dengan nominal yang telah disepakati?" ia mengambil amplop itu dan mengacungkannya.
"Tentu saja. Tapi itu bukan dengan kurs disini"
Mr Punk membuka amplop coklat itu dan hanya ada lima lembar uang dengan nominal 10.000. Lalu ia menyerahkan uang tersebut kepada salah satu asistennya dan berbisik untuk mengecek nilai kursnya. Hanya sekitar 3 menit, asistennya kembali dan menyerahkan sebuah kertas yang membuat mata Mr Punk terbelalak.
"Baik, fasilitas sel khusus akan segera kami siapkan. Pekan depan tuan Rama akan bisa menempatinya," ia berdiri, lalu bersalaman dengan John sambil tersenyum.
"Ah, sama-sama. Sebelum pamit, izinkan saya menemui tuan Rama terlebih dahulu"
"Tentu, biarkan asisten saya yang mengawal anda"
John kemudian diantar keluar dari ruangan itu dan kembali menelusuri koridor-koridor dalam bangunan tersebut. Sang asisten Kepala Lapas lalu mempersilahkan dirinya memasuki ruang besuk, kemudian nampak berbincang dengan petugas lainnya.
*****
Duk... Duk...!!!
Pintu besi sel Rama diketuk, ia membuka jendela kecil yang berada di pintu itu.
"Kunjungan kuasa hukum!" terdengar suara seorang petugas lalu kunci pintu sel dibuka.
Rama digiring oleh petugas tersebut untuk menemui kuasa hukumnya, John yang saat ini mengurusi segala keperluan dirinya di dalam Lapas. Sebelumnya ia telah berjanji akan tetap membuat Rama nyaman meskipun berada di balik jeruji besi.
Ruangan besuk ini memiliki sebanyak delapan sekat seperti halnya loket pembayaran karcis kereta, empat sebelah kiri dan empat lagi di sebelah kanan. Mereka akan berkomunikasi melalui telepon yang terpisah dengan sebuah kaca.
"Katakan bahwa kamu berhasil," Rama langsung membuka pembicaraan, ia sudah muak berada di sel meskipun baru sepekan.
"Tentu, saya sudah atur dengan pihak Lapas. Pekan depan anda akan dipindahkan ke sel khusus," ujar John dengan mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
City Of The Damned (Nightlife Part II)
AcciónSequel dari novel sebelumnya berjudul 'Nightlife', kelanjutan dari petualangan sang wartawan Andre Adisatya yang berhasil membongkar sindikat perdagangan wanita. Disarankan untuk membaca terlebih dahulu novel pertamanya agar tidak terjadi gagal paha...