"Ngapain kamu di sini?" tanya Karyn sedikit kesal. Ini orang yang sama yang sudah ia tabrak kemarin. Ia masih mengingat masalah sendalnya waktu itu.
Lelaki itu hanya mengangkat sebelah alisnya dan berjalan meninggalkan Karyn yang masih berdiam di tengah pintu. Seorang perempuan yang masih menggunakan celemek keluar dari dapur karena mendengar suara keributan.
"Ada apa Bar?" Lelaki yang bernama Barra itu hanya mengendikkan bahunya tanpa niat menjawab.
Ia hanya menghela napas pelan, sudah terbiasa dengan sikap Barra yang seperti itu. Sepupunya itu memang tidak banyak bicara.
"Eh, Karyn ternyata, ada apa?" Tanya Nita sambil melepas celemek yang melekat ditubuhnya.
"Loh, kak Nita. Kakak kapan pulang ke sini? Bukannya masih pergi liburan ya?"
"Kemarin sampai ryn, kerjaan kakak sudah mulai menumpuk soalnya. Kemarin aja, sebelum cuti ada beberapa kerjaan yang belum selesai."
"Oh gitu" Karyn mengangguk paham.
"Ayo, masuk dulu" ajak Nita.
" Iya kak" Karyn menatap sekeliling ruangan yang tampak sepi.
"Tante Ina kemana kak?"
"Mama keluar tadi, pergi belanja katanya"
"Oh iya, hampir lupa. Ini titipan mama, kue untuk Tante Ina"
"Oh, kue brownies itu ya. Ih kakak suka banget tau" riang Nita.
"Makasih ya ryn"
"Iya kak sama-sama. Ya udah, Karyn pulang dulu ya kak. Takutnya senja keburu tergantikan dengan gelapnya malam"
"Bisa aja kamu." Tawa Nita.
"Kak Nita, Barra keluar dulu, mau kedepan" ucap lelaki itu berlalu menuju pintu keluar rumah.
"Eh ini sekalian bareng Karyn aja, dia juga mau pulang" jawab Nita.
Karyn langsung kaget, ia menjerit dalam hati, "Eh gak usah kak, Karyn pulang sendiri aja, tadi kesini juga sendiri kok, sekalian jalan santai sore-sore gini"
"Eh gapapa, udah terlalu sore ini. Takut kamu kenapa-kenapa di jalan. Dah sana.. pergi sama Barra ya" usir Nita.
"Sepupu kakak enggak gigit kok, kalo gigit kasih tau kakak aja". Lanjut Nita.
Nita mendekat ke arah Karyn, membisikan sesuatu hingga membuat mata gadis itu melotot kaget
"sekalian pdkt" Nita mengedipkan sebelah matanya menggoda Karyn.
Sedangkan orang yang dibicarakan hanya diam menunggu kapan selesainya pembicaraan dua perempuan itu.
"ya udah. Karyn pulang ya kak" pamit Karyn.
"Hati-hati ya ryn" Karyn hanya mengangguk sekilas.
🌱
🌱
Barra berjalan santai tanpa berniat menunggu Karyn yang ketinggalan jauh darinya. Namun, detik berikutnya ia berhenti sejenak dan berbalik ke belakang. Ia melihat gadis itu yang berjalan dengan menunduk serta mulut yang menggerutu.
"Lamban" cibir Barra.
"Apa!!!" galak Karyn.
"Lo lamban" ulang Barra
"Kaki kamu aja tuh yang kepanjangan, mangkanya jalan cepet banget, gak tau apa aku udah berusaha ngejar" kesal Karyn.
Barra tak berniat untuk menjawab
"Jalan"
"Apa yang jalan?" Beo Karyn.
"Duluan"
" Ya Tuhan mulut tu digunakan untuk berbicara. Kamu kalo ngomong jangan irit-irit dong. Gak ngerti. Sumpah"
Barra menghela nafas pelan. Lama-lama kesabaran yang ia punya bisa cepat habis jika berhadapan dengan gadis ini.
"Kamu jalan duluan"
Karyn hanya bersedekap
"Oh bilang dong dari tadi""Kenapa enggak jalan?" Heran Barra.
"Kamu aja sana"
"Kenapa?" Tanya Barra.
Karyn menahan tawa melihat ekspresi lelaki itu, "Aku udah sampai, itu rumahku. Sekalian ya, ucapan terima kasih" ucap Karyn tersenyum manis, menginjak kaki pemuda itu sedikit kuat.
Barra hanya memejamkan matanya menahan sakit.
Karyn langsung kabur ketika melihat Barra yang sepertinya akan meledak karena marah.
"Rasain..." ledek Karyn dari jauh.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dive Into You (On Going)
General FictionIbarat rasa yang tak mudah diungkapkan Akankah lebih baik terjatuh ke dalam kepura-puraan Tapi, apakah bisa dipertahankan? Untuk memperjuangkan kepastian saja, malah terjebak ke dalam labirin berilusi cinta. Dan berakhir dilema terhadap dua pilihan...