Part 7

3 0 0
                                    

"Neng Karyn, kenal sama lelaki tadi?" Tanya mang Joko.

"Gak kenal mang, baru ini ketemu"

"Mas yang tadi ganteng tuh neng, cocok mah kalo berdua sama neng Karyn"

"Ganteng sih ganteng mang, tapi kalo sikapnya gitu. Aduh kasian dong sama Karyn"

"Iya juga sih neng ya, neng kan pecicilan, kalo ketemu mas yang tadi, kasian dong mas nya"

Karyn mendelik kesal, enak aja mang Joko nyebut dia pecicilan.

"Idihhh, seharusnya beruntung dia kalo dapetin saya mang" cibir Karyn

"Emang kenapa neng?"

"Ibaratnya mang ya, dia es saya api. Cair deh tu es nya" kata Karyn tertawa. Mang Joko membalas Karyn dengan tertawa juga. Ia menyodorkan belanjaan Karyn.

"Nih neng belanjaannya"

"Sip mang, makasih ya mang, Karyn pulang dulu, semoga lancar jualannya".

"Iya neng, sering-sering ya belanja sama mamang"

Karyn hanya tersenyum dan menjawab dengan jari jempol yang diarahkan ke mang joko.

🌿

🌿

Setelah pertemuan singkat tadi, lelaki itu sesekali mengulas senyum. Mengingat bagaimana mata gadis itu membelalak kaget saat ia tepat berada dibelakangnya.

Ayres menggelengkan kepalanya berusaha mengenyahkan wajah lucu gadis tadi. Oh tidak, sepertinya ada yang salah pada dirinya.

"Abang kenapa?" Tanya seorang gadis yang berjalan ke arahnya.

"Gak ada" jawabnya singkat.

"Cihh, wajahnya senyam-senyum gak jelas gitu, lagi kasmaran ya?" Goda adiknya.

Lelaki itu memilih untuk mengabaikan adiknya.

"Mau ngapain?"tanya Ayres

"Temenin Puput ke mall, mau cari novel"

"Pacar kamu mana?" Gadis yang di panggil puput itu hanya menatap sebal abangnya.

"Jomblo ya?" Tawa Ayres.

"Tolong sadar diri. Abang sendiri juga jomblo tuh. Oh iya, masih belum move on ya" tawanya meledek.

"Mending gitu, setidaknya proses melupakan. Daripada kamu, maju enggak mundur enggak. Kasian kejebak Friendzone " cibir Ayres.

Gadis itu terdiam. Kemudian senyum tipis hadir diwajahnya melihat abangnya mendahuluinya keluar rumah.

"Nasib-nasib" gumamnya pelan.

🌿

🌿

Kedua saudara itu sedang mencari beberapa buku untuk dibeli. Jika adiknya memilih mencari novel, Ayres hanya melihat-lihat tanpa niat membantu adiknya untuk mencari novel yang di inginkan saudarinya itu.

"Put, Abang ke sana bentar." Tunjuk Ayres ke arah rak buku pendidikan.

"Sip, nanti kalo Puput udah nemu, baru Puput samperin Abang"

Ayres hanya mengangguk mengiyakan. Lelaki itu kemudian pergi ke arah rak buku yang ingin dihampirinya.

Puput sudah menemukan buku yang ia cari, senyum menghiasi wajahnya. Ketika ingin mencari Ayres, gadis itu melihat laki laki yang sangat dikenalnya. Senyumnya semakin lebar. Ia ingin menghampiri lelaki itu.

Namun sebelum ia bergerak pergi, ia terpaku memperhatikan lelaki dan perempuan yang sedang bersenda gurau. Ia menghentikan langkahnya. Senyum yang awalnya menghiasi wajah cantiknya langsung hilang dalam sekejap. Gadis itu terkekeh pelan.

"Sepertinya kisahku lebih parah dibandingkan kisah sahabatku sendiri" tatapannya entah kenapa menjadi sedih.

Terjebak friendzone itu memang tidak enak, apalagi lelaki yang mulai di suka sepertinya sudah memiliki pasangan.

Seharusnya ia tidak bodoh, terbawa perasaan hanya karena perhatian temannya. Lelaki itu perhatian tidak selalu tertuju untuk satu orang. Bisa saja sikap baik dan perhatiannya sama dengan ia memperlakukan orang lain.

Salah ia juga, baru menyadari perasaannya.

Lelaki itu menoleh ke belakang dan terkejut melihat gadis itu. Ia mendekat namun tak tahu harus bagaimana dengan perasaannya sendiri. Apakah ia harus menjelaskan siapa gadis yang bersamanya ini.

Melihat lelaki itu mendekat. Ia memaksakan senyumnya, senyum dipaksa tampak sangat jelas terpatri diwajahnya.

"Eh hai, Rio" sapanya.

"aku bisa jelasin" ucapan Rio membuat ia bingung.

"Mau jelasin apa?
Sepertinya kita bukan berada dihubungan yang harus menjelaskan situasi ini" tawa canggung keluar dari gadis itu.

Lelaki itu membuka mulutnya, tetapi bingung ingin berkata apa
"aku duluan ya, have fun " gadis itu menepuk bahu Rio pelan dan pergi meninggalkan lelaki dan kekasihnya mungkin.

🌿

🌿

"Abang, ayo pulang" ucapnya pada Ayres

"kenapa?" Tanya Ayres pada adiknya. Sebenarnya ia melihat kejadian tadi, sepertinya adiknya menangis.

"Kelilipan ini" tawa paksaan keluar dari mulutnya.

"Ayo pulang, udah nemu bukunya"

Ayres hanya diam dan mengikuti langkah adiknya ke arah kasir dan segera pulang.

Dive Into You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang