3. His Plan

24.6K 1.3K 6
                                    

Maxime

Pandanganku tidak teralih sedikitpun dari sosok gadis yang tengah menikmati udara malam di balkon rumahnya. Gadis itu tampak sudah lebih baik dari hari-hari sebelumnya, belakangan ini aku sering memperhatikannya melamun. Entah itu di kelas, di rumah maupun saat gadis itu berkumpul dengan temannya.

Kelas? Oke, mungkin terdengar sedikit aneh. Kau lupa aku adalah seorang alpha? Aku memiliki kekuatan berteleportasi, disaat aku ingin memperhatikan gadis itu aku akan berteleportasi dan menyusup di lorong kelas, dari sana aku bisa memperhatikan apapun yang dilakukan oleh gadisku, termasuk.. yah melamun.

Kebiasaan melamunnya ada andil dari perbuatanku. Yah, sudah empat hari berlalu sejak kejadian dimana aku mencium gadis itu secara paksa. Sejak itulah dia suka melamun, entah apa yang dipikirkan gadis itu. Tetapi kebiasaan melamun dan pendiamnya tidak lantas mengurangi pesona gadis itu. Terkadang aku sampai harus menahan diri untuk tidak menghajar teman lelakinya yang memandangi gadisku dengan pandangan memuja karena pesona yang dimiliki gadisku.

Hell no, tidak akan kubiarkan lelaki-lelaki itu merebut gadisku.

Alpha, Luna Tyra datang ingin menemui Alpha mindlink Alexander membuatku tanpa sadar menghela nafas. Aku belum rela meninggalkan Stephie.

Baiklah, aku kesana sekarang balasku lalu berteleportasi menuju kediamanku di pack.

"Ohh my beloved Son!! I really really really miss you, dear!" seru ibu dengan hebohnya saat aku datang. Wajah ibu tampak berseri-seri dan menghampiriku.

"Ibu sepertinya bahagia sekali, ada apa?" Tanyaku lalu duduk di sofa berwarna putih gading. Warna kesukaan mendiang ayahku.

"Kau tahu? Alice sudah menemukan mate nya! Dia mengabariku tadi siang!" Ibu memandangiku dengan binar bahagia di kedua matanya. Aku bisa merasakan kebahagiaan ibu. Alice, akhirnya Alpha Female pack ini menemukan mate nya juga. Kupikir adik perempuanku itu akan sulit menemukan mate dengan perilakunya yang sangat tomboy itu. Tapi ternyata aku salah, bahkan dia sudah menemukannya lebih dulu dariku.

Huh ralat, sebenarnya akupun sudah menemukan mate. Hanya saja masih ada masalah yang perlu kuselesaikan untuk meresmikannya menjadi mate ku.

Mengingat itu suasana hatiku mulai memburuk, kebahagiaan yang tadinya kurasakan karena mendengar berita baik dari Ibu sudah kandas tidak tersisa. Yang ada di kepalaku hanya gadis itu, Stephanie.

"Kau kenapa murung? Ada masalah?" Tanya ibu yang sepertinya menyadari perubahan air mukaku. Aku hanya menggeleng tidak semangat.

"Jangan membohongi ibu! Katakan saja, jangan pernah ada rahasia diantara kita. Kita sudah pernah berjanji seperti itu dulu" desak ibu tidak sabaran. Hah, memang aku tidak akan pernah bisa membohongi wanita yang sudah membawaku ke dunia ini.

"Aku sudah menemukan mate ku, bu..." ucapku pelan.

Mata ibu melebar, "Serius? Siapa namanya? Dimana dia sekarang? Dia murni werewolf atau manusia? Ahh akhirnya putra kesayanganku menemukan matenya!" Ibu tersenyum bahagia.

"Iya aku serius. Namanya Stephanie, dia tinggal di luar teoriti kita. Dia manusia" aku menjawab semua pertanyaan ibu dengan tidak bersemangat.

"Lantas apa yang membuatmu sedih? Dia jelek?" Tanya ibu dengan pandangan tanpa dosa. Aku hanya mendengus, ibu memang tipe wanita yang selalu bicara blak-blakan.

"Enak saja! Tentu saja dia cantik! Bahkan menurutku dia lebih cantik dari ibu. Hal yang membuatku murung adalah...." aku menghela nafas sebentar. "Aku membuat masalah padanya, bu" lanjutku lalu memejamkan mata, kutangkupkan wajahku dalam kedua tangan. Meredam rasa sesak yang tiba-tiba muncul di dada.

Alpha's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang