7. Confused

23.3K 1.2K 32
                                    

Hamparan rumput itu tidak lagi hijau, angin tak lagi membawa ketenangan. Suara tangisan gadis kecil menggema, seolah menunjukkan pada dunia bagaimana terlukanya hati dan pikirannya yang masih murni dan suci. Gadis kecil itu berlari ke dekat perapian rumahnya, mata bulatnya semakin membulat melihat keadaan di dalam sana. Menyedihkan, mengerikan.


"Ibuu!" Teriak gadis kecil itu lalu mengguncang tubuh bersimbah darah ibunya yang tergeletak tidak berdaya di dekat perapian. Mata sang ibu terbuka, seulas senyum yang terkesan dipaksakan mengukir wajah cantiknya dibawah sinar temaram.


"Maafkan ibu, nak. Ibu harus pergi, kau harus tau. Ibu menyayangimu" ucap wanita itu, tak lama matanya terpejam rapat, menutup kisah hidupnya yang berakhir mengenaskan.


Chrissy, gadis kecil itu menangis meraung-raung meratapi nasib keluarganya yang menyedihkan. Kini tinggal ia seorang diri, ayah dan kakaknya juga gugur saat berperang melawan musuh di perbatasan.


Puas menangis, Chrissy melangkah keluar rumah masih dengan air mata yang mengalir. Mata jernihnya bergerak liar, menyapu pemandangan yang tidak biasa di hadapannya. Jika dahulu wilayah ini dipenuhi rumput dan bunga yang menyegarkan dan ranum, kini wilayah ini telah tergenang darah. Bahkan noda darah kini mulai merembes menodai sepatu putihnya yang mungil.


"Ugh ada gadis kecil yang sedang bersedih disini, ada apa gerangan?" Suara serak dan berat itu membuat Chrissy memejamkan matanya, menahan emosi yang meledak-ledak. Dia tahu siapa pemilik suara ini. Seseorang yang telah menghancurkan orang-orang paling berharga di hidupnya.


"Alpha kami, tidak akan membiarkanmu hidup bebas, baj*ngan!" Seru gadis kecil itu, matanya tidak lagi sejernih laut biru, melainkan sekelam langit malam.


Troy tertawa sinis mendengar seruan gadis kecil itu,"Hahahahaha gadis malang, tidak ada lagi yang bisa menolongmu. Alpha dan lunamu sudah menjadi bagian dari tumpukan mayat tak berguna!"


Chrissy termangu, kata-kata Troy sangat sulit dipercaya. Kini dirinya sedang dalam bahaya besar.

"Dan sekarang, giliranmu untuk menyusul mereka!" Troy menggendong gadis kecil itu, mendekapnya erat, tidak peduli Chrissy yang meronta-ronta sambil menangis. Bahkan Chrissy mencakar-cakar punggungnya.


Kuku di jemari Troy menajam, lalu menusukkannya ke punggung gadis kecil itu, menanamkannya sedalam mungkin hingga menembus jantung Chrissy. Chrissy meraung kesakitan, darah mengucur deras dari punggungnya.

Sebelum menutup mata, Chrissy tersenyum lemah lalu berucap, "Kau tidak akan pernah berhasil, dengan caramu yang seperti ini"


Troy menggeram, ia menurunkan kukunya hingga tubuh Chrissy terbelah menjadi dua bagian. Lalu melemparkan tubuh tak bernyawa itu ke tanah dengan asal.


"Omong kosong!" Teriak Troy frustasi.

-

"Apa yang ingin kau katakan?" Tanya Stephanie saat dirinya dan Maxime sudah duduk di pinggir tempat tidur. Tangan Maxime masih setia menggenggam erat tangan gadisnya, seolah sekali saja ia melepaskannya, gadisnya akan dibawa terbang oleh angin. Entah, setiap berdekatan dengan gadisnya, naluri selalu memaksanya untuk bersikap posesif.

Alpha's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang