12. Time is A Perfect Healer

5.6K 308 33
                                    

First of all, aku mintaaaa maaaaaf banget karena super duper ngaret ngelanjutinnya. Kendalaku banyak banget dan yah makin naik kelas makin banyak tugasnya kan :( maaf banget ya tapi aku tidak ada niatan sama sekali untuk closed down cerita ini kok. No way.

Kuy kuy baca :3

--

Stephanie

Ini sudah pukul lima pagi dan aku tidak mengantuk sedikitpun. Kamar ini begitu hampa. Mungkin satu-satunya tanda kehidupan hanyalah suara dengkuran Dean yang terdengar semakin keras setiap jamnya. Aku tidak ambil pusing, aku tipe orang yang bisa tidur dengan situasi seperti apapun. Tetapi anehnya kali ini aku tidak bisa, aku merasa seperti ada yang kurang.

Aku menekan bel untuk memanggil perawat karena cairan infusku akan habis. Tangan kiriku agak membengkak karena jarang kugerakkan. Entahlah, aku terlalu takut untuk menggerakkannya. Fakta bahwa ada jarum yang menancap di ujung selang itu membuatku terus menerus berpikir kalau aku bergerak, jarum itu bisa saja lepas dan akhirnya tanganku mengucurkan darah. Lalu kulitku akan ditancapkan jarum lagi, uh tidak mau.

"Luna," Suara seorang perawat mengalihkan perhatianku. Aku hanya tersenyum kecil.

"Apakah Luna merasa lebih baik?" Tanyanya lembut, ia mengelus lenganku dan memeriksa denyut nadiku.

"Much better. Cairan infusnya hampir habis" Ujarku sambil menunjuk kantung yang tergantung di sampingku. Ia mengangguk dan menggantinya dengan yang baru.

"Apakah luka di punggung Luna masih terasa sangat sakit? Jika iya, aku akan membawakan penghilang rasa sakit"

Aku menggeleng pelan. Punggungku memang masih sakit, tapi kupikir aku sudah terlalu banyak meminum obat hari ini. "Tidak, aku baik-baik saja."

"Baiklah, panggil aku lagi jika Luna butuh sesuatu," Si perawat cantik membereskan barangnya lalu beranjak keluar. Tetapi baru beberapa langkah, ia menoleh ke arahku lagi. Tersenyum sangat manis.

Yang entah kenapa mengingatkanku akan seringaian jahat Maxime.

"Selamat ulang tahun yang ke tujuh belas, Luna"

Eh?

Dan dia benar-benar pergi setelah mengatakan itu.

Sekarang hari ulang tahunku?

"Mmhh siapa yang masuk tadi, Luna? Maaf aku tertidur. Aku mengantuk sekali,"

Aku tersenyum jahil melihat wajah mengantuknya yang entah kenapa terlihat lucu. Ia menguap lebar tanpa menutup mulutnya dan mengusak rambutnya yang sudah berantakan, berikut menyingkap setengah kaosnya untuk menggaruk perutnya. Anak ini, mungkin satu-satunya yang berani bersikap seperti itu di hadapanku selama aku masuk ke dunia werewolf. Sisanya? Bersikap sangat hormat dan membuatku tidak nyaman.

"Akan kulaporkan kau pada Alexander karena kau malah tidur disaat kau ditugaskan untuk menjagaku semalam suntuk,"

Sontak tubuh anak itu menegang, ia langsung lari ke dekat ranjangku dan berlutut di lantai. Mengatakan maaf berkali-kali dan membenturkan dahinya ke lantai kamar yang dingin. Aku tak tahu harus tertawa atau merasa bersalah melihat reaksi berlebihan Dean. Dia benar-benar lucu!

Alpha's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang