Part 3

18 2 0
                                    

Jarum jam menunjukan pukul dua belas malam,yang lain sudah terlelap terbawa alam mimpi tapi hanya Tasya saja yang masih terjaga melamun ntah memikirkan apa

Tasya jadi teringat mimpi itu, iya mimpi dia bertemu makhluk yang ia tak percayai, yang ia anggap hanya mitos

Tapi ntah kenapa mimpi itu terlalu jelas jika disebut mimpi

Akupun bergegas menuju lift untuk ke lobi dan pulang,aneh tapi nyata.lift yang aku tumpangi menuju lantai atas tepatnya di rooftop.
Bulu kuduk ku meremang saat suara lift berdetang
pertanda aku sudah sampai di atas

"Sayang tolong aku.."suara itu terdengar lagi,kali ini semakin jelas. Suara pria berat yang sepertinya menahan sakit

Tanpa keinginanku kaki ku melangkah menuju rooftop, secara perlaha aku membuka pintu rooftop dan betapa terkejutnya aku melihat pemandangan yang membuatku hampir mati ditempat

Kedua tanganku refleks membekam mulutku yang bisa saja menjerit sekaligus menangis histeris

karena yang aku temukan di atas rooftop adalah....

Sosok seseorang, bukan lebih tepatnya ialah sesosok makhluk bertubuh tinggi dan tegap yang sedangduduk menahan sakit

Makhluk itu memiliki tanduk di kepalanya dan sayap hitam di belakang punggungnya, dan secara tiba-tiba makhluk itu memuntahkan darah hitam pekat dari mulutnya, sungguh Tasya benar-benar tak percaya apa yang di lihatnya, tapi makhluk itu benar-benar ada jauh di hadapannya

Ya.. Makhluk itu bernama Lucifer, Tasya tau karena makhluk itu sangat mirip sekali dengan makhluk mitos yang sama sekali Tasya tak percayai adanya

"Kemarilah Tasya" Aku bingung harus bagaimana, Makhluk itu memanggilku menyuruhku untuk mendekat, aku sudah gemetar ketakutan.

Ingin aku berbalik dan langsung berlari meninggalkan rooftop tapi entah kenapa kaki malah mendekat ingin menghampiri makhluk itu. Sungguh ini bukan kemauan Tasya, tubuhnya seperti ada yang memerintahnya

"Bagus sayang,mendekatlah kesini"

Ku lihat makhluk itu ia tersenyum menyeringai, seolah memang dialah yang memerintah tubuhku ini

Saat aku sudah di depannya, makhluk itu berdiri sambil menatapku dengan mata merah menyala, tubuhku seketika meremang melihat tatapannya yang tajam yang bisa saja menembus  jantungku itu

Aku memberanikan diri mencoba bertanya kepada makhluk ituu"Siapa kau?"

"Makhluk yang tidak pernah kau percayai adanya"

Balasnya yang masih menatapku, dan lagi dia menyeringai lagi tapi seringai ini lebih menyeramkan dari pada sebelumnya. Aku tidak tau lagi apa yang akan terjadi setelah ini, 'apa aku akan mati?' pikirku

"Kau tidak akan mati, tenang saja aku tidak akan membunuhmu melainkan aku membutuhkanmu"

Apa yang dia maksud? dan bagaimana bisa makhluk itu tau apa yang ia pikirkan

Dia makin mendekat kearahku, aku refleks ingin mundur tapi presetan dengan itu kaki ku menolakku dan akhirnya aku tetap dia di tempatku. Dia menarik pinggangku lalu berbisik di telingaku

"Jangan terkejut seperti itu sayang, aku bukan cuma bisa membaca pikiranmu tapi aku juga bisa memerintah tubuhmu"

Mata ku membesar seketika, jadi inilah alasannya pergerakan tubuhku menolakku, karena makhluk ini. Seketika tubuhku lemas jika saja makhluk itu tidak menahan tubuhku mengkin aku sudah lunglai kebawah

"Apa mau mu?" Aku bertanya dengan mata bergetar hampir ingin menangis, aku memberanikan diri menatap mata yang masih menyala itu "Kumohon lepaskan aku"

Makhluk itu membelai wajahku dengan jemari yang memilik kuku panjang di tangannya, dan jarinya berhenti tepat di bibirku

Dan tanpa izin makhluk itu menciumku, sungguh aku sangat terkejut tapi tetap saja badanku tidak bisa memberontak, yang bisa kulakukan hanya pasrah menerima ciuman yang menjadi lumatan, aku juga mersakan darah makhluk itu di mulutku, rasanya aneh tapi sama sekali tidak amis

Seketika saja tubuhku sangat lemas sepertinya makhluk itu menyedot energiku, mataku mulai berat sebelum aku pingsan aku melihat makhluk itu menyeringai tipis sambil terkekeh dan setelah itu semua menjadi gelap

Tasya menghebuskan nafas pelan, Ia melirik jam menujukan pukul setengah dua. Lebih baik dia tidur sekarang dari pada memikirkan mimpi itu yang tak ada habisnya

Saat Tasya memejamkan matanya ia terkejut karena secara tiba-tiba jendela dikamarnya terbuka sepertinya karena angin, aneh pikirnya padahal dia sudah memastikan jendela sudah ia kunci sebelum tidur. Tapi kenapa jendela itu terbuka ya?

Tasya melirik Nita yang sudah terlelap duluan empat jam lalu, tidak enak menggangu tidur adiknya Tasya pun berniat yang menutup jendela

Angin menyapanya saat ia sudah sampai di jendela, rambut terurainya menari dengan indah saat di terpa angin. Ia melihat ke arah luar, sepi dan damai tidak ada siapa-siapa

Saat Tasya ingin menutup jendela, Tasya merasakan seperti ada yang terbang di atap rumahnya,sekilas ia juga melihat bayangan hitam bersayap. Mungkin itu hanya imajinasinya pikirnya, Tasya pun langsung buru-buru menutup jendela tak lupa menguncinya lalu ia kembali ke kasurnya. Sebelum tidur ia berdoa agar tidak bermimpi aneh seperti sebelumnya,semoga.

.
.
.
.
.
.
.

Seperti biasa di pagi hari kami melakukan rutinitas seperti biasa, tapi kali ini kami tidak memasak karena Cinta melarangnya, ia ingin mentraktir Bunda dan adik-adiknya makan di luar siang nanti

Bunda sempat menolak, bunda menyuruh uangnya biar Cinta simpan saja tapi akhirnya ia setuju oleh bujukan Cinta

dan disini lah akhirnya kami duduk menunggu makanan di siapkan, Hana bayi itu terlihat sangat bersemangat entah kenapa

Melihat semangat Hana, bunda dan kakak nya tersenyum gemas, memang Hana adalah bayi yang sangat aktif,dia selalu terlihat senang

"Maafin bunda ya? saat kalian kecil bunda tidak pernah mengajak kalian makan diluar bahkan jalan-jalan keluar sekalipun

"Bunda kami tidak masalah untuk itu, kami semua sudah bahagia karena cinta yang bunda berikan, itu lebih dari cukup"Kata Septy selaku kakak tertua, ke empat adiknya mengangguk menyetujui

"Lagi pula alasan Cinta mengajak Bunda dan yang lain karena ingin menikmati uang hasil kerja Cinta bun,  Ini pun masih belum bisa membalas bakti Cinta ke bunda"

Bunda tersenyum lembut menatap puterinya satu persatu,rasanya ia ingin menangis melihat mereka yang bunda rawat dari kecil sudah beranjak dewasa sekarang

"Terima kasih anak-anak bunda, bunda benar-benar bangga sama kalian"Tak mau terlarut dalam kesedihan bunda pun mengganti topik lain

"Oh ya, bunda dapat kabar dari teman bunda. Kalau dia sedang cari karyawan untuk menjaga di toko bukunya, Septy? atau Puspa? kamu mau ga bekerja di sana? tapi temen bunda cuma membutuhkan satu karyawan saja?"

Sebenarnya Septy ingin sekali bekerja tapi melihat wajah antusias Puspa sepertinya ia harus menolaknya, karena Septy juga tau pasti anak itu ingin bekerja sama hal dengannya

Septy tersenyum "Biar Puspa saja bunda, kamu mau kan Pus?" mendengar itu Puspa merasa bingung "Bagaimana dengan kakak?"

"Aku ingin membantu bunda saja di rumah, Lagi pula aku ga mau bunda lelah mengurus rumah sendirian"Septy berusaha meyakinkannya dan akhirnya Puspa mengaguk menyetujui, dan itu membuat Septy tersenyum senang

"Baiklah kalau begitu bunda akan mengabari teman bunda, dan kamu Septy.."Septy menoleh saat bunda menyebut namanya

Bunda tersenyum membelai lembut rambut anaknya yang tertua "Kamu sudah hebat menjadi anak bunda terutama untuk adik-adik kamu nak"

Melihat tatapan bunda membuat Septy ingin menangis di tambah lagi dengan tatapan adik-adiknya,sungguh Septy sangat berterima kasih kepada tuhan yang sudah mempertemukan dirinya dengan mereka












Tbc!

Legend of the luciferTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang