【𝙄𝙄𝙄. 𝘿𝙤𝙚 𝙀𝙮𝙚𝙨】
Gelora tau mengikuti kemauan Kajes yang sedang galau itu ga bagus. Contohnya sekarang, ketika dia lagi capek karena pulang kerja udah jam setengah 5 sore, dan dia masih harus jalan dari parkiran Malioboro ke titik nol kilometer cuma buat ngintilin Kajes yang lagi sambat tentang pahitnya kisah percintaannya yang lagi lagi harus kandas.
Gadis dengan jeans hitam itu sebenernya sudah cukup bosan dengan menjejali nasihat dengan berbagai bahasa kepada cewek asli Surabaya itu. Tapi Kajes tetaplah Kajes, begitu lepas dari pandangan Gelora, cewek itu tau tau sudah mengenalkan seseorang lagi padanya.
Gadanta emang, sia sia dia ngomong sampe berbusa kemaren.
Mereka duduk di salah satu bangku yang disediakan oleh dinas. Langit Jogja itu cantiknya beda, Gelora nggak tau ada jampi jampi apa yang dituang di kota mungil itu, tapi yang dia tau, senja di langit Jogja itu selalu layak dipuja.
Matahari menelusup kembali ke peraduan, dibarengi dengan lampu jalan khas kota gudheg itu menyala membelah jalanan yang semula redup. Walau capek, sebenarnya Gelora nggak menyesal ada di sini.
Dulu di tempat ini, pertama kali mereka bertemu. Merubah kata teman menjadi pacar. Hahaha, sungguh, Gelora nggak tau kenapa dulu dia bisa jatuh hati pada laki laki Jakarta itu.
Mata bulat yang punya dua kepribadian, bau parfum yang punya vibes hujan di hutan, dan hujan itu sendiri. Mereka memulai kisahnya pada pertengahan tahun 2018, kelas XI SMA, awal Gelora mengenalnya. Nggak secara langsung sih, tapi karena organisasi yang menaunginya.
.
.
."DIRGHA BANTUIN NGANGKAT MIMBAR DONG!" Abimanyu, si tiang listrik— penghargaan atas tingginya yang ga normal, berteriak lantang saat melihat seorang pemuda dengan jaket berbahan denim tersampir sekenanya di pundak kanannya.
"Sibuk!" Pungkasnya tak berperasaan.
Gelora yang saat itu sedang panas panasan karena membantu membereskan sisa acara hari ini ikut ikutan mendongak ke arah pemilik nama dengan arti 'panjang' itu.
Tak disangka, pandangan mereka bertemu. Tapi hanya sesaat, Dirgha langsung memutusnya saat itu juga. Ga mau ambil pusing, Gelora juga langsung melanjutkan aktivitasnya. Dengan ngos ngosan dia mengangkati satu persatu kardus berisi buku milik adik kelasnya yang merupakan buku MOS tersebut.
Tapi di saat akan menaruh kardus ke-5 nya, Gelora menemukan eksistensi seorang Dirgha tengah melihatnya— atau lebih bisa disebut mengamatinya dari pinggir lapangan. Ya karena acaranya berada di lapangan upacara, dan dia harus memindahkan tumpukan kertas itu ke teras ruang OSIS.
Sebenarnya Gelora ga mau berbesar kepala, tapi dengan posisinya yang berada sendirian di sana karena yang lain sudah menyelesaikan tugas masing masing, dan otomatis dia menjadi objek satu satunya yang bergerak kesana kemari di tengah lapangan yang luas itu.
"Kenapa ya, Kak?" Ia memberanikan diri untuk bertanya.
Pemuda itu memutus tatapan yang sedari tadi seperti enggan berpindah dari gadis itu dan membuang muka sambil menanya,"Nama?"
"Gelora, Kak."
Dirgha mengusap hidungnya lalu beranjak dari sana tanpa melihat Gelora lagi. Namun satu yang menarik, "Pulang bareng gue ya!"
-
Usai jam sekolah, tangan Gelora mulai bergerak menjejalkan kembali buku buku cetak dan satu buku tulisa yang ia gunakan untuk belajar sebelumnya. Tentang ucapan Dirgha tadi, Gelora rasa itu cuma keisengan seorang kakak kelas semata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejarah Mantan
FanfictionGelora Bhanureksa, bukan cewek spesial yang dilimpahi segala kesempurnaan, dia cuma mahasiswa semester 5 yang pusing dikejar tugas plus pekerja paruh waktu yang sering telat masuk kerja. Dan ketika jagat raya mempertemukannya kembali dengan sosok ma...