IV. Lowkey

136 23 5
                                    

【𝙄𝙑. 𝙇𝙤𝙬𝙠𝙚𝙮】

Gelora berjingkat jingkat memasuki rumah, suasana rumah yang gelap gulita membuatnya harus ekstra hati hati agar tidak menyenggol perabotan yang ada— atau ibunya akan bangun dan itu merupakan sebuah awal dari bencana.

Pukul sepuluh kurang seperempat, ia baru sampai di rumah. Seharian ini ia keluar dengan Jaegar, menghabiskan waktu dengan jalan jalan. Destinasi mereka kali ini adalah Kaliurang. Wisata alam yang selalu membuat mereka betah berlama lama duduk bersampingan di bawah warung kopi untuk berbincang.

Hawa dingin yang terlupakan karena suasana yang hangat. Biasanya Jaegar akan langsung mengantarnya pulang, tapi yang tadi ini benar benar di luar kehendak.

Ketika tiba tiba ban motor Jaegar bocor dan mereka harus menunggu jemputan mobil pick up karena, hey! Jam 7 malem, dan di atas sana, siapa yang tahan berlama lama di luar rumah dengan suhu yang bisa dibilang sangat rendah untuk ukuran di Jogja.

Dan sialnya lagi, ketika jemputan itu datang, hanya satu orang yang bisa ikut mobil. Gelora memilih naik gojek untuk pulang. Mau tidak mau mereka harus bersabar dan menunggu lagi.

Baru saat notasi jam tangan di pergelangan Gelora menunjukkan pukul 9 lewat 25, si penarik ojek datang. Susah sekali mencari driver yang mau naik sampai ke Kaliurang plis.

"Sayang hati hati ya." Perempuan itu mengucapkan salam perpisahan yang manis ketika mereka harus berpisah di sekitar Jalan Kaliurang km 10. Kebetulan di sana ada bengkel yang masih buka.

Jaegar mengangguk lalu melambaikan tangan singkat ke arah Gelora yang kembali melaju di belakang sang bapak gojek.

Gelora menjatuhkan diri di kasurnya, ia menatapi langit langit kamarnya yang hampa. Pikirannya melilit, sudah cukup lama. 3 bulan terhitung sejak Jaegar mengutarakan perasaan padanya.

Awalnya Gelora sampat tidak percaya. Dia menganggap Jaegar cuma bercanda. Apalagi posisinya mereka sedang istirahat setelah apel penutupan penerimaan anggota baru OSIS.

Tapi ketika pada esok harinya Jaegar menghampiri Gelora ke kelasnya dan mengajaknya ke kantin, Gelora akhirnya luluh dan menerima pernyataan cintanya.

Lagian siapa sih yang tidak mau jadi pacar Jaegar? Sudah bagus rupa, bagus otak, wangi, tinggi, keluarganya juga tersohor di Jogja. Papa Jaegar bekerja sebagai DPRD Yogyakarta. Kurang apa?

Dia masih tenggelam dalam lamunan sampai pada suatu ketika..

Drrrt ting!

Ponselnya menyeletuk.

From : +62822xxxxxxx
P, sv

Dahinya mengerut, siapa nih? Tidak ada nama, tidak ada profil dan info.

Udah kaya cewe lagi galau wkwkw

Dengan agak malas Gelora membuka Whatsappnya dan membalas pesan dari nomor tidak dikenal itu.

Iyaa
Maaf ini siapa ya?
Dapet no aku darimana?

Niatnya sehabis membalas, Gelora ingin segera membersihkan muka dan pergi tidur, tapi dia urungkan karena pesannya langsung centang biru. Njir, ini dia ditungguin di roomchatnya?


Tak berselang sedetik, tulisan online-nya berubah menjadi mengetik. Gelora cepat cepat menekan tombol kembali.

+62822xxxxxxx

Dirgha

Oke, sekarang Gelora sedikit resah. Bagaimana bisa Dirgha mendapat nomornya? Dia tidak—

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sejarah MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang