Keempat

246 12 1
                                    

Sinar mentari menembus ventilasi kamarku sehingga aku pun tak bisa mengelak bahwa sekarang sudah pagi. Aku langsung bangun karena-kata mamaku, nenek tak suka melihat orang yang malas bangun pagi-nanti dia bisa marah. Ternyata Abi sudah bangun sebelumku karena kulihat tempat tidurnya sudah kosong. Aku berdoa pagi lalu keluar untuk sarapan.

"Bebas ya kamu dari olahraga. Tadi semua olahraga lho, nenek juga, kamu doang nggak. Enaknya begitu bangun langsung sarapan"tukas mama.

"Gapapalah, ayo makan Rio"balas nenek.

Yeay, bebas, batinku.

"Iya, nek"

Kami pun menyantap nasi goreng dibalut telur dadar dan kerupuk Bangka yang lumayan lezat buatan mama dan tanteku.

Waktu pun semakin cepat berlalu. Dan zona inilah yang membuatku takut. Zona waktu yang aku tak tahu harus diapakan. Kalau aku hanya mondar-mandir, nonton TV dengan channel yang terus diganti-kemungkinan besar mama akan menyuruhku belajar dengan buku yang sudah kubawa. Kuharap itu tidak terjadi.

Aku pun berusaha sesibuk mungkin. Tak lama mama pun memanggilku.

"Ya ma"refleks aku langsung menghentikan kesibukan palsuku.

Semoga tidak terjadi, aku meringis dalam batinku.

"Dari pada kamu gak jelas kayak gitu mendingan kamu belajar deh, kamu bawa kan bukunya? Udah ayo kamu kan udah mau masuk SMP, ayo"[kalimat yang menyakitkan].

"Tapi ma"

"Gapapalah Rina, sekali-sekali, biar dia merasakan libur, kamu nih"[kalimat yang menyenangkan]

Semoga nenek terus berkata "gapapalah"biar aku bebas.

"Tapi ma..."ucapan mama terpotong.

"Rina, kalau kamu gitu terus, dia bisa stres lho"

Betul itu ma, aku memang sudah stres, batinku.

--

a/n : catatan hati seorang Rio, semoga gak ngebosenin ya. Keep vomments



SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang