─ 𝐕𝐀𝐌𝐏𝐈𝐑𝐄! (Bagian. 2) ─
.
.
.
Jeon Jungkook terbangun dari tidurnya. Matanya terjaga secara tiba-tiba karena mimpi yang beberapa hari ini selalu menghantuinya.
Matanya bergulir ke jam weker yang ada di nakas sebelah tempat tidurnya, dan menghela napas saat mendapati angka yang menunjukkan pukul 05.30.
Ini bukanlah jam bangunnya, namun sejak kejadian beberapa hari yang lalu dimana pasukannya menangkap makhluk buruan mereka, mimpi aneh selalu datang dan mengganggu tidurnya. Bahkan beberapa kali dia selalu tersentak di tengah malam, namun dia kembali tertidur. Walau pada akhirnya dia akan selalu terbangun lagi sebelum jam 6 pagi.
Tapi, sejak hari itu juga, dia belum pernah melihat vampir itu lagi. Teman-temannya membawa makhluk itu, sementara dirinya yang adalah Wakil Pemimpin pergi bersama sang Ketua menggunakan mobil terpisah.
Masih dalam posisinya, matanya menerawang menatap langit-langit kamar. Entah apa yang dipikirkannya, namun dia berusaha menggali ingatannya Mengenai mimpi-mimpi aneh itu.
Darah.
Kabut.
Gelap.
Bulan merah.
Dan teriakan melengking yang tiba-tiba berdenging di pikirannya membuatnya kembali tersentak, terduduk di tempat tidurnya dengan wajah terkejut.
Napasnya memburu. Menghela napas dan tangannya terangkat memijat keningnya.
.
.
.
"Yo, selamat pagi, Jung."
"Hm, pagi."
Park Jimin yang menyapa sang sahabat pun mengernyit saat mendapati balasan yang singkat. Biasanya lebih panjang dari itu, namun melihat wajah sahabatnya terlihat suram, membuatnya lebih penasaran.
Sementara Jungkook masih berdiri di sebelah Jimin, dia memandang pintu yang tertutup tak jauh disana. Ruangan pemimpinnya.
"Hei, Jung?"
"Ah, ya?"
"Kau melamun? Aku bertanya padamu, kau tidak apa? Kau terlihat tak begitu bersemangat. Ada yang terjadi?"
Jungkook menggeleng pelan mendapati pertanyaan bertubi-tubi itu, "Tidak, aku tidak apa-apa. Hanya saja, dimana Ketua? Ruangannya terlihat gelap, tak seperti biasanya."
"Ketua? Oh, dia pergi ke Laboratorium Pusat, katanya dia ingin memeriksa vampir yang kita tangkap kemarin."
Jungkook menoleh ke arah Jimin, "Memeriksa?"
Jimin balas mengangguk, "Iya, aku tidak tahu dia memeriksa apa, tapi aku tidak mau mencari tahu lebih jauh karena begitu perjanjian yang ada."
Anggota tidak diperkenankan mencari tahu dan ikut campur lebih jauh setelah penangkapan, semuanya telah diserahkan oleh Pusat dan ditindak lanjuti oleh mereka.
Begitu isi surat perjanjian bergabung ke Pasukan ini. Atau Jungkook sekarang menyebutnya sebagai,
Pemburu Vampir.
Di dalam hatinya Jungkook menamakan aliansi yang menaunginya ini dengan sebutan itu. Meskipun orang di luar sana menyebut mereka sebagai Pasukan, namun yang ada di hatinya hanyalah Pembantai.
Terkadang dia sedikit tidak nyaman dengan pekerjaannya ini. Sedikit sadis, atau terlalu? Entahlah, dia rasa ini salah. Karena setiap vampir yang mereka tangkap, kabarnya tidak pernah lagi terdengar.
Dan sejak dia diangkat menjadi Wakil Pemimpin, dia sebenarnya belum ada waktu ikut dengan Pemimpinnya untuk memeriksa makhluk yang mereka tangkap, Jungkook terlalu sibuk dengan kewajibannya menggantikan Pemimpin untuk membawa pasukan memburu, atau dia sibuk dengan berkas yang menumpuk di kantornya.
Sekarang Jungkook penasaran. Kenapa ada Laboratorium Pusat? Apa yang mereka lakukan disana? Dan kenapa semua vampir itu tidak terdengar lagi setelah dibawa kesana?
Jimin yang melihat teman akrabnya melamun lagi pun mengangkat bahu, hendak kembali ke tempat duduknya namun urung karena Jungkook yang berbicara padanya.
"Park."
Jimin kembali berbalik, "Ya?"
Jungkook mengangkat pandangan, menatap Jimin dengan wajah minim ekspresi, "Apa kau tahu dimana Laboratorium Pusat?"
.
.
.
Jungkook memandang nanar pemandangan di depannya.
Kaki dan tangan pucat itu diborgol rantai, lantai dingin menjadi alasnya duduk meringkuk di pojok ruangan serba putih itu. Ruangan yang cukup luas, dengan lampu terang menyala, juga kaca besar yang berupa papan tulis putih jika dilihat dari dalan ruangan sana.
Bisa pemuda Jeon lihat makhluk itu menggertakkan giginya, namun matanya terpejam. Dia kedinginan, pikir pemuda Jeon, dan Jungkook mengutuk siapapun yang memberikan sehelai baju putih tipis itu kepadanya.
Tega. Jungkook bahkan bisa lebih dari mengerti ruangan apa itu. Ada beberapa bercak darah di lantai, bahkan ranjang putih di sudut sana terlihat bernoda darah di beberapa bagian walau tak banyak. Jungkook lebih dari tahu.
Giginya bergemelatuk kecil. Geram. Menyesal karena tak dari dulu ikut datang ke tempat ini setelah pengangkatannya menjadi Wakil Ketua Pasukan, sehingga dia bisa lebih awal tahu tentang tempat mengerikan ini.
Ini bukan laboratorium yang penuh dengan obat-obatan, melainkan tempat percobaan.
Sialan. Kotor sekali.
Matanya kembali beralih pada mahkluk tak jauh di depannya. Sendu, merasa bersalah telah membiarkan makhluk itu tertangkap. Keadaannya jauh lebih buruk dari ketika Jungkook pertama kali melihatnya, saat itu belum ada darah yang mengotori wajahnya. Tapi lihatlah sekarang.
Jungkook terdiam, tangannya mengepal. Dan tepukan di bahunya membuatnya menoleh, mendapati sang Ketua juga tengah menatap makhluk yang ada di dalam sana.
"Kau berhasil, Jeon. Kata mereka, 'dia' adalah vampir dari keturunan atas, salah satu dari yang terkuat dan terkuasa."
Pria yang lebih tua 5 tahun dari Jeon Jungkook itu menatap pemuda Jeon, sudut bibirnya terangkat kecil namun berarti kejam dan licik, Jungkook baru tahu kalau sang Ketua memiliki ekspresi seperti itu. "Begitu tubuhnya dibongkar, manusia akan lebih unggul."
Jungkook masih tetap diam setelah pria itu berlalu pergi, mata tajamnya yang semula menatap ubin terangkat naik. Matanya melebar mendapati mata merah sayu yang menatapnya kosong, bibir pucat itu mengucap tanpa suara, lalu tak lama netranya kembali tertutup.
Tolong aku.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐀𝐄𝐓𝐈𝐂𝐂-𝐒𝐇𝐎𝐎𝐓 | 𝐊𝐎𝐎𝐊𝐕
Short StoryCerita oneshoot-twoshoot-threeshoot KookV dengan berbagai genre. Per-chapter akan pendek, sedang, atau panjang, sepanjang jalan kenangan kita. | KookV |