Part 2

1.5K 132 0
                                        

Haiii~

Mari kita mulai, hope you enjoy, let's go!

._.

***Bubble Gum Boy***

Dua bulan sudah Jaeyun menuntut ilmu di sekolah barunya. Masih bertahan dengan sikap dingin dan tidak peduli dengan apapun dan siapapun.

Kembali berjalan menuju tempat favoritnya disekolah, yaitu bukit. Rutinitasnya adalah ke sana saat jam istirahat. Duduk bersandar pada batang pohon dan memejamkan mata. Menghembuskan nafas dengan perlahan dan mengeluarkan sesuatu yang melingkar dilehernya. Menggenggam erat bandul yang tergantung disana. Tanpa ia sadari ada benda bening yang meluncur begitu saja dari pelupuk matanya.

"Neomu bogoshipo" Gumamnya pelan disela tangisnya.

"Ternyata pemuda dingin sepertimu juga bisa menangis?" Ucap seseorang yang berdiri tepat disamping Jaeyun sambil menyodorkan sebuah sapu tangan kearahnya.

Jaeyun meraih sapu tangan itu dengan ragu. Ia memasukkan kembali kalung tadi berada dalam genggamannya. Menghapus sisa air matanya yang sudah berhenti mengalir.

"Gomawo" Ucapnya pelan sambil mendongak melihat pria yang berdiri disampingnya.

Pria itu tersenyum dan duduk tepat disebelah Jaeyun dengan menekuk kedua lututnya.

"Aku kagum dengan sikap perlawananmu terhadap Eunsoo. Aku sempat berpikir bahwa kau sama saja seperti dia yang angkuh dan sombong. Tapi aku tidak menyangka bahwa kau juga bisa seperti ini, menangis" Pria itu menoleh pada Jaeyun disaat mengucapkan kata terakhirnya.

Jaeyun hanya diam mendengar celoteh pria disebelahnya. Tidak ingin membalas pernyataan yang telah dilontarkannya.

"Kenapa setiap jam istirahat kau selalu kesini? Tidakkah disini terlalu sepi?" Tanya pria itu yang sontak membuat Jaeyun terkejut.

"Bagaimana kau ta-" Jaeyun menggantung kalimatnya.

"Kau siapa?" Lanjutnya sambil mengerutkan kening.

Pria itu tertawa kecil. "Jaeyun-a. Kau sudah dua bulan sekolah disini dan kau tidak mengenalku?"

Jaeyun hanya memiringkan kepalanya bingung. Namun ekspresinya tetap terlihat dingin.

Pria itu kembali tertawa "Aku Lee Heeseung, teman sekelasmu"

"Geuraeyo?" Sahut Jaeyun dengan datar.

"Lalu bagaimana kau bisa tahu aku sering kesini? Kau penguntit?"

"Mwo? Aku hanya tidak sengaja melihatmu berada di sini" Jawab Heeseung sambil membelalakkan matanya.

"Terserah kau saja" Ucap Jaeyun sambil berdiri dan berjalan menjauh.

"Akan ku kembalikan nanti" Lanjutnya mengangkat sapu tangan yang digenggamnya tanpa menoleh kebelakang.

***Bubble Gum Boy***

"Tugas kalian adalah meneliti kehidupan masyarakat didesa. Dan kalian akan mengumpulkannya dalam bentuk laporan. Ssaem akan menentukan anggota dari kelompok kalian masing-masing. Hanya ada dua orang dalam satu kelompok"

Park sonsaengnim membuka sebuah map absen yang telah dibawanya.

"Kelompok pertama Choi jinri dengan Lee Sungyeol. Kelompok kedua Jung Chenle dengan Nam Eunsoo. Kelompok tiga s-"

"Ssaem! Bolehkah aku mendapat teman yang lain?" Belum sempat Park sonsaengnim menyelesaikan kalimatnya, Chenle telah memotongnya.

Chenle melirik kearah Eunsoo yang juga telah menatapnya dengan tatapan sinis.

"Tidak bisa Chenle-ya. Ssaem sudah mengaturnya"

"Tapi ssaem, aku juga tidak ingin satu kelompok dengannya. Bisakah aku satu kelompok bersama Heeseung?" Ucap Eunsoo dengan tatapan memohon.

"Tidak bisa. Belajarlah bekerja sama dengan orang lain. Kau selaku ingin satu kelompok dengan Heeseung, Eunsoo" Jawab Park sonsaengnim dengan sedikit kesal.

"Ssaem lanjutkan. Kelompok ketiga Shim Jaeyun dengan Lee Heeseung"

"Eh? Ssaem" jaeyun mengangkat tangannya.

"Ne Jaeyun-a? Kau juga ingin mendapat teman yang lain?" Tanya Park sonsaengnim seakan bisa membaca pikirannya.

"Ne" Jawab Jaeyun pelan.

"Kau sudah tahu jawabannya bukan?"

Jaeyun hanya menghembuskan nafas dengan berat, melirik kearah Heeseung yang tersenyum kearahnya.

"Kenapa harus dengan penguntit itu?" Gumamnya.

***Bubble Gum Boy***

"Jadi kemana kita akan pergi?" Tanya Heeseung pada Jaeyun yang sibuk dengan buku-bukunya.

"Terserah kau saja"

"Hmm, bagaimana jika kita ke Daegu?"

"Andwe!" Sontak Jaeyun berhenti dari aktivitasnya dan menatap lawan bicaranya itu.

"Wae?" Heeseung terlihat bingung.

"Hanya saja...." Jaeyun menggantung kalimatnya.

"Apa kau tidak merindukan kampung halamanmu?"

Jaeyun memang merindukan desa kelahirannya, terlebih lagi ada seseorang yang begitu dirindukannya disana. Namun ia tidak bisa bertemu dengan orang itu, benar-benar tidak bisa.

"Jaeyun-a?" Heeseung melambaikan tangannya didepan wajah Jaeyun, membuat pemuda itu tersadar dari lamunannya.

"Otte? Lagipula kau pasti punya keluarga disana kan? Kita bisa menginap disana" Lanjut Heeseung.

Jaeyun hanya diam. Masih memikirkan apa ia harus kembali kesana, dan kemungkinan bertemu dengan orang itu tidaklah kecil.

Pemuda itu menghembuskan nafasnya dengan berat.

"Baiklah"

._.

kkeut!

Semoga suka yeoreobun♡

Bubble Gum Boy | HeejakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang