Seungwan bukan tipe yang suka mengerjakan tugas dengan kelompok. Baginya menyendiri sambil mendengarkan musik dari Mozart akan membuat pekerjaannya lebih cepat selesai. Namun sebenarnya, dia juga menghindari orang-orang yang selalu mengganggunya.
Rutinitasnya menyendiri di pojokan perpustakaan kampus untuk mengerjakan tugas akhir-akhir ini sedikit berubah. Well, Seungwan tidak lagi sendiri. Seungwan juga tidak mengerti kenapa wanita bernama Joohyun ini selalu memilih tempat di depannya.
"Hhhh. Pengen cepet lulus!" Kata Joohyun sambil meregangkan tangannya.
Seungwan yang melihat itu hanya tersenyum kecil lalu membenarkan kacamata yang dia pakai dan kembali fokus ke laptop di depannya.
"Kamu gak pusing apa buat laporan praktikum sebanyak itu? Aku yang liat aja pusing."
Seungwan mengangkat bahunya, "Aku juga pengen cepet lulus."
Joohyun tertawa mendengar jawaban Seungwan. "Kamu emang mau jadi dokter atau karena orang tua?"
"Udah cita-cita aku dari dulu."
"Dulu pas aku kecil juga pengen jadi dokter, tapi makin dewasa aku sadar aku gak sanggup liat darah yang banyak."
Seungwan menaikkan alisnya tertarik mendengar cerita Joohyun. "Kenapa tiba-tiba ambil bisnis?"
"Aku kepengennya ambil musik tapi orang tuaku ngelarang. Daripada mereka ngelarang aku manggung selamanya, lebih baik aku lakuin aja permintaan mereka."
"Kamu punya band atau gimana?"
Joohyun menatapnya lalu tertawa, "Kamu benar-benar tidak tau siapa aku, ya? Kapan-kapan aku undang kalau aku manggung."
Seungwan kemudian mengalihkan perhatiannya ke laptop depannya. Dia mengakui dirinya memang kurang update terhadap sosial media. Musik yang didengarnya saja musik-musik semacam Mozart. Tugas kuliah dan menjadi salah satu pejabat organisasi fakultas cukup membuatnya kehilangan waktu bersenang-senang.
"Kamu dengar lagu apa?" Tanya Joohyun yang kini entah sejak kapan sudah duduk di sampingnya.
Seungwan melepas earphone sebelah kirinya dan menyodorkannya ke Joohyun. "Kamu bakalan tidur dengar ini."
Joohyun menatapnya sambil tersenyum geli ketika memasang earphone di telinganya. "Pantesan kamu gak tau aku. Selera kamu unik."
Tidak ada nada menjelekkan dari kalimat Joohyun. Hal itu membuat Seungwan juga tersenyum lalu kembali fokus mengerjakan tugasnya.
Tidak lama dia merasakan bahu kirinya menjadi berat karena Joohyun tertidur sambil tidak sengaja menjatuhkan kepalanya di bahu Seungwan. Seungwan yang tidak enak hati membangunkan Joohyun terpaksa mengerjakan tugas dengan bahu yang kram sore hari itu.
💙
"Minggu lalu aku lupa untuk minta maaf dan terima kasih ke kamu."
"Hah? Buat apa?"
"Udah pake bahu kamu buat tidur."
Seungwan mendengar itu hanya tertawa. Joohyun memperhatikan Seungwan yang hari ini sangat cantik menurutnya. Kemeja biru, rambut yang diikat dan kacamata yang dipakainya membuatnya sangat menarik bagi Joohyun.
"Aku baru sadar aku belum punya nomor kamu."
Seungwan menaikkan alisnya lalu memberikan Joohyun handphone miliknya. "Ini save aja nomor kamu."
Joohyun tertawa kecil, "Asal kamu tau aja, orang-orang bakal membayar lebih untuk dapetin nomor aku."
"Kamu emang segitu terkenalnya?"
"Kamu gak pernah mau cari tau tentang aku?"
"Ngapain?" Tanya Seungwan dengan wajah bingungnya.
Joohyun hanya tertawa mendengar itu. "Ini aku misscall ya nomorku, biar aku tau juga nomor kamu."
Joohyun kembali memperhatikan Seungwan yang sekarang sudah kembali fokus dengan tugasnya itu. "Minggu besok aku bakal manggung di festival. Kamu...mau gak dateng nonton aku?" Entah kenapa Joohyun tiba-tiba gugup. Dia banyak berinteraksi dengan wanita lain tapi wanita yang baru dia kenal tidak lama ini entah kenapa sudah membuatnya gugup.
Seungwan menatap Joohyun yang terlihat antusias lalu mengingat dia sudah berjanji untuk membantu bisnis resto kecil milik Ibu. Seungwan juga mengingat dirinya tidak mau terlihat oleh orang-orang yang entah kenapa selalu saja mengganggunya.
"Maaf, aku gak bisa."
💖
KAMU SEDANG MEMBACA
everybody's watching her but she's looking at you
FanfictionCollege AU, kinda? Musician x Doctor.