°
°
°
°
°
°
°
°
KA
F
K
A
03
——————————————————
Tokk..tokk...tokk..
"Kaf. Ayo makan dulu nak! Sejak kemarin kamu belum makan." Agra membujuk Kafka berulang kali namun Kafka sama sekali tidak meresponnya.
Prannnggg....
Agra terkejut saat pintu kamar yang terkunci dari dalam itu dilempar dengan sesuatu yang terdengar pecah dilantai. Sepertinya itu bentuk amarah dan protes Kafka terhadap kematian Adnan. Agra tahu Kafka menyalahkan dirinya atas penyebab kematian Adnan.
Agra menggigit kukunya, ia bingung harus berbuat apa. Putranya itu tidak makan dan minum selama 3 hari. Tak ada pilihan lain selain mendobrak pintu kamar tersebut.
"Kaf. Kafka bangun! Kamu kenapa nak? Bangun Kaf!" Tubuh Agra gemetar saat melihat tubuh Kafka yang pucat, lemas dan tak sadarkan diri.
Dengan tergesa-gesa ia mengendong Kafka untuk dilarikan kerumah sakit. Kafka segera mendapat penanganan UGD. Disela-sela kesadarannya yang menurun, ia bisa melihat raut ketakutan dan kekhawatiran diwajah Agra. Dan hal itu sangat membuatnya puas meskipun sepenuhnya belum mengobati rasa luka hatinya.
"Nak Kafka. Apa kamu bisa mendengar suara dokter?" tanya dokter Sean yang ingin melihat respon dari Kafka. Namun anak itu sama sekali tak bergeming. Pandangan matanya lurus kedepan dengan wajah pucat dan bibir pecah-pecah.
Melihat tidak ada respon dari pasien, dokter muda itu menggelengkan kepala dan segera menemui keluarga pasien.
"Mari ikut keruangan saya Pak! Ada hal yang harus saya bicarakan." ujar Dokter Sean. Agra mengangguk dan mengekor dibelakang dokter.
"Silahkan duduk!" Agra menjatuhkan bokongnya dikursi yang sudah disediakan.
"Bagaimana keadaan anak saya dok? apa dia baik-baik saja."
"Anak anda mengalami dehidrasi akut dan juga kekurangan asupan nutrisi. Namun hal itu bisa diatasi dengan memberikan cairan infus dan asupan nutris. Tapi ada hal yang lebih serius dari itu Pak."
Rentetan kalimat terakhir yang dilontarkan oleh dokter Sean membuat Agra penasaran." Ada apa Dok?" tanyanya.
"Apa sebelum dibawa kerumah sakit, Kafka pernah mengalami hal yang menakutkan atau hal yang mengganggu pikirannya? Maksudku, hal yang membuat hatinya tertekan?" tanya Dokter Sean.
Agra terdiam. Dia mengerti arah pembicaraan dokter.
"Kafka sudah siuman, tapi dia menolak respon saat saya mengajaknya berbicara. Anak itu seolah terjebak dengan dunianya sendiri. Tatapan kosong tak bernyawa. Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Dokter Sean lebih dalam.
Agra tidak bisa lagi menahan kesedihannya, pria paru baya itupun menangis didepan dokter Sean.
"Dia mengalami trauma atas meninggalnya anak sulung saya dok. Dia memang sangat dekat dengan kakaknya. Namun anak sulung saya meninggal bunuh diri empat hari yang lalu." jawab Agra sembari terisak.
Dokter Sean manggut-manggut. Kini dia mengerti kenapa pasien satu ini bisa demikian.
"Setelah keadaannya lumayan pulih, sebaiknya anda membawa Kafka ke psikiater pak. Disana ia bisa mendapatkan terapi yang sesuai."
"Apa itu artinya dokter mengklaim anak saya terkena gangguan jiwa atau cacat mental?" tanya Agra yang sedikit tersinggung.
"Maaf pak. Saya belum bisa memastikan hal itu. Itulah sebabnya kita membutuhkan psikiater untuk membantu Kafka keluar dari dunianya itu. Tapi ini hanya sekedar saran, semuanya tetap anda lah yang memutuskannya." jelas Dokter Sean.
"Baiklah dok. Terimakasih kalau begitu. Apa saya sudah bisa menjenguk anak saya dok?"
"Silahkan. Ajaklah Kafka bicara secara intens. Agar dia segera merespon saat seseorang mengajaknya berbicara."
Agra pun keluar dari ruangan dokter Sean lalu masuk ke dalam ruangan tempat putranya dirawat.
"Kaf. Kamu sudah siuman nak? Ayah tahu kamu sangat membenci Ayah. Ayah juga sedih atas apa yang terjadi. Ayah memang terlalu keras dengan kalian, tapi bukan berarti Ayah tidak menyayangi kalian."
Agra mengehmbuskan napas perlahan."Andai kamu tahu tidak muda menjadi Ayah sekaligus ibu buat kalian berdua. Bahkan sampai detik ini Ayah belum menikah lagi, karena takut kalian tidak menyukai hal itu. Ayah benar-benar minta maaf, Ayah mohon kembali lah. Hikss..."
Pria paruh baya itu terisak. Sementara tanpa sepengetahuannya Kafka mengepalkan tangannya namun dengan mata yang masih menatap lurus kedepan.
••••••••••
Setelah dirawat selama 3 hari dirumah sakit, Kafka diperbolehkan pulang. Namun hal itu kembali terulang, ia mengurung diri dalam kamar dan tidak makan maupun minum. Hingga dirinya dilarikan kerumah sakit yang sama, dan itu benar-benar membuat Agra stres.
"Maaf pak. Apa saran saya tempo hari sudah anda lakukan?" tanya Dokter Sean sekedar mengingatkan.
"Belum dok."
"Maaf pak tanpa maksud merendahkan, saya rasa Kafka memang perlu berkonsultasi dengan psikiater. Mungkin hipnoterapi salah satu terapi yang terbaik untuknya. Itu mampu membuat dia bisa mengungkapkan semua isi hatinya. Dia bisa keluar dari keterpurukkan dan tekanan batin yang dia rasakan selama ini."
Agra manggut-manggut. Tidak ada salahnya juga jika mengikuti saran dari dokter Sean. Mungkin dengan itu Kafka bisa kembali membaik seperti sedia kala.
°
°
°
°
°
Minggu, 25 September 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
K A F K A
Random^Tentang penyakit mental yang dialami Kafka Abian Vares^ ••••••••••••• "Dengan berat hati saya harus mengatakan kalau Kafka mengalami gangguan kejiwaan. Dia tidak bisa berada satu atap dengan anda, karena dialam bawah sadarnya sudah terdoktrin bahw...