7 - Kau Sedang Cari Mati?!

2 1 0
                                    

=====👽👻👽=====

"Setidaknya, jelaskan kepadaku mengapa aku harus berpartisipasi dalam rotasi yang kalian sebut-sebut itu. Mengapa harus diriku yang bahkan tak pernah mengetahui bahwa ada kehidupan lain diluar Ardhkamil?" Aku kembali menambahkan.

"Kau tidak boleh-" Amanigwa mencoba untuk menyanggahku, tapi Lakh justru menghentikannya.

"Tak mengapa, tuan Amanigwa. Karena kompetitor kami sudah melanggar peraturan bahkan sejak awal rotasi itu ada, kurasa kami pun dapat sedikit melanggar peraturan." Lakh kini mengarahkan pandangannya padaku. "Rotasi dimulai ketika anggota lingkaran dua mencoba untuk menginvasi setiap planet di lingkaran bawah mereka.

"Tujuan mereka hanya satu, untuk mengeksploitasi sumber daya yang dimiliki setiap planet jajahan mereka. Dan penjajahan itu sudah mereka lakukan pada lingkaran tujuh sampai lima belas. Tak terhitung banyaknya planet, galaksi, dan gugusan bintang yang telah mereka jajah. Ketika sebuah planet dirasa tak lagi berguna, mereka akan menghancurkannya, dan mencari planet lain.

"Anggota lingkaran satu tidak mau ambil pusing karena orang-orang dari lingkaran dua pasti tak akan berani menyerang mereka. Namun, selain mereka, semuanya ketakutan. Kami hanya mampu berharap cemas. Sampai akhirnya, bangsa Nawwar dari planet Nora, gugusan Thuyyab lingkaran satu, ikut campur dalam urusan ini. Dan ya, melalui perdebatan dan beberapa ancaman invasi, anggota lingkaran dua sepakat untuk menginvasi planet yang kalah dalam setiap rotasi." Lakh berhenti sejenak dan nampaknya menangkap kecurigaan di raut wajahku.

Jika demikian berarti....

"Bangsa kami telah meninggalkan Ardhkamil setelah sekian lama." Lakh melanjutkan penjelasannya. "Namun, beberapa dari kami yang memilih bertahan masih terus ada, sampai akhirnya dirimu terlahir. Sejak kami meninggalkan kampung halaman kami, kami bertekad untuk tidak membiarkan manusia Ardhkamil terlibat dalam hal-hal antariksa ini. Karena itulah kami menggagas Iraksha , untuk melindungi kampung halaman kami dari tangan-tangan jahil yang tak pernah puas.

"Bahkan, demi membuktikan dedikasi kami pada kampung halaman kami, kami meninggalkan pusaka terbaik yang kami miliki untuk menjaga kalian. Dan kau lah pemilik benda itu. Rotasi-"

Aku sudah tak tahan menahan rasa putus asa pada detik ini. Karena itu, aku memotong kata-katanya. "Jadi, kalian bangsa Lanmarian tak ingin mengotori tangan kalian sendiri dan akhirnya mengorbankan aku?!" Nada suaraku meninggi si setiap kata yang kuucapkan.

"Razeena!" Amanigwa mencoba menghentikan apa yang kukatakan. Tapi Lakh lagi-lagi menghentikannya dengan senyum sok teduh paling tak berdosa!

"Kau tahu Razeena, dalam hal ini, kami bangsa Lanmarian pun tak ingin mengorbankan siapa-siapa. Jika pun bisa memilih, kami akan memilih Lla-Myara untuk diinvasi menggantikan bumi. Namun para penyelenggara tak membiarkan kami melakukannya. Karena itu, kami memilih garis keturunan kami untuk bertindak sebagai perwakilan atas Ardhkamil. Namun, harapan hanyalah harapan karena semua perwakilan kami selalu mati sebelum rotasi dimulai."

***

Kalian tahu, kepalaku rasanya ingin meledak ketika mengingat kembali mengenai apa yang Lakh jelaskan. Berbagai informasi itu membuatku malas untuk menceritakan bagaimana proses sinkronisasi keduaku terjadi. Aku tidak mengatakan bahwa aku berhutang cerita itu pada kalian, tapi mungkin suatu hari nanti aku akan menceritakannya. Jika aku siap.

Oh iya, satu lagi. Jika kalian tidak menemukan apapun di glosarium mengenai bab ini, seharusnya kalian mengerti alasannya.

Ketika proses sinkronisasi selesai, aku langsung meninggalkan planet tersebut dengan jembatan cahaya, tak memberi sepatah kata pada siapapun. Dan sekarang, aku sudah berada di tempat awal mula semua kejadian gila ini terjadi. Tempatku berkemah, langit masih gelap gulita, dan semua bekas pertempuran sudah rapi seperti semula. Hanya ada aku, tendaku, suara jangkrik, dan kepalaku yang dipenuhi kebimbangan.

Apkallu sialan itu! Ini semua berawal darinya. Jika saja dia tak memberikan energi ini, mungkin Ardhkamil akan baik-baik saja!

"Tapi, jika orang-orang tadi tidak membantumu, maka kau sudah menjadi bagian dari kami sekarang."

Aku menatap arwah anak kecil itu dengan tatapan murka. "Aku tidak membiarkanmu mencuri dengar isi kepalaku untuk berkomentar demikian!"

Arwah anak itu terlihat ketakutan. Tidak, aku masih belum mampu membaca energi dari makhluk gaib Ardhkamil. Aku mengatakan dia ketakutan karena dia beranjak mundur beberapa langkah dengan ekspresi ngeri yang sangat nyata. "Maaf nyonya, aku tak bermaksud demikian."

"AKU BELUM MENIKAH!" Aku memelototinya sambil mengalirkan energiku. Tubuh tak kasat mata anak itu terangkat keudara. Dia memegangi lehernya yang tercekik oleh energiku, tubuhnya memberontak ingin melepaskan diri, dan mulutnya tak henti untuk memohon dilepaskan.

"Razeena, hentikan. Apakah kau akan membiarkan emosimu untuk mengambil alih? Kau akan melenyapkan makhluk yang sedang menunggu penghakiman itu." Suara itu terdengar bersamaan dengan sebuah tepukan di bahuku.

"Kau sedang cari mati?!"

***

Hikayat Penjelajah AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang