5 - ASTAGA!

10 4 0
                                    


=====👽👻👽=====

Akhirnya, beberapa menit paling menyulitkan dalam hidupku berhasil kulalui. Kalian bayangkan, sepanjang perjalanan, isi perutku terus-menerus keluar tanpa henti. Tiga kantung besar yang dipenuhi oleh muntahanku! Dan tentu saja, tawa Amanigwa yang sangat mengesalkan turut membuat semuanya semakin buruk. Seharusnya aku tidak naik ke pesawat tembus pandang ini.

Dan sekarang, aku sudah berada di dalam pesawat induk yang dikatakan Amanigwa. Sebelum masuk, aku benar-benar terpukau karena benda ini sangat besar. Kuulangi sekali lagi, SANGAT BESAR. Aku bertanya-tanya, bagaimana mungkin orang-orang di Ardhkamil, para antariksawan itu, tidak pernah mengetahui mengenai benda sangat besar yang mengorbit di pengawasan mereka ini? Atau mungkin, mereka sebenarnya tahu, tapi tidak pernah mengatakannya kepada siapapun?

Interiornya benar-benar megah dan dipenuhi oleh, aku tahu kalian bosan mendengar ini, benda-benda yang tak pernah kulihat sebelumnya. Sebagian besarnya didominasi oleh warna metalik yang membuat mataku sakit. Dan ya, selera orang-orang ini dalam menata barang sepertinya tidak begitu bagus.

Aku mengikuti Amanigwa, berjalan masuk dari sebuah tempat yang sepertinya adalah hanggar, dimana mereka memarkir pesawat berbentuk telur seperti yang kunaiki tadi. Setelahnya, kami melewati beberapa penjaga yang langsung membungkuk ketika kami lewat. Entah mereka membungkuk padaku atau pada Amanigwa. Kami berjalan melewati lorong-lorong lumayan panjang, beberapa pintu otomatis yang langsung terbuka ketika kami berada di depannya, dan akhirnya sampai di sebuah ruangan yang tadi ditunjukkan oleh hologram milik Amanigwa.

Disana, ada seorang wanita dengan perawakan yang sedikit lebih tinggi dariku, mengenakan setelan jas laboratorium berwarna putih, dan menyodorkan segelas minuman kepadaku. Dan ya, dia berbicara dengan bahasa yang tak kumengerti sama sekali.

Aku menatap gelas itu, melihat kearah Amanigwa, dan menatap wanita itu. "Terimakasih." Kataku dengan canggung. Aku mengambil gelas tersebut, yang mana terlihat seperti gelas pada umumnya, dan menatapinya dengan lekat. Apakah aku boleh untuk meminum ini? Si wanita kembali mengatakan sesuatu. Dan aku kembali menatapnya dengan bingung.

"Ah, aku melupakan sesuatu." Kata Amanigwa sembari mengambil gelas yang berada di tanganku, memberikannya pada si wanita, dan meraih lengan kananku. Dia menyentuhnya beberapa kali, dan aku mendengar suara berdenging yang begitu keras di telingaku. Ini sangat kencang sampai-sampai aku meringis sakit dan harus menekan kedua telingaku. Dan ternyata, suara itu tidak menghilang! Untung saja, hal ini tidak berlangsung lama.

"Apakah sekarang kau dapat mengerti apa yang kukatakan?" Tanya si wanita tadi.

"Ya, aku dapat mengerti sekarang."

Wanita itu kembali menyodorkan gelas tadi. "Yang baru saja dilakukan oleh Amanigwa adalah mengaktifkan fitur terjemah otomatis yang ada di gelang pemberian Zakal. Karena itu, kau pasti mendengar suara dengung yang begitu mengganggu, bukan? Tenang saja. Itu adalah hal normal."

Aku kembali menatapi gelas di tanganku. Aku mengerti bahwa yang diisyaratkan wanita ini adalah agar aku minum. Tapi, aku tak yakin apakah aku bisa meminumnya atau tidak.

"Setelah melewati perjalanan antariksamu yang pertama, kau pasti kehilangan sangat banyak cairan tubuh, dan mungkin isi perut. Minuman itu akan membantu memulihkan tenagamu dengan lebih cepat. Tak perlu khawatir jika yang kau takutkan adalah kandungan di dalamnya. Bahan-bahan itu seratus persen ibah." Si wanita itu menjelaskan sambil mengetuk dinding, yang langsung memunculkan sebuah gambar bunga yang terlihat begitu indah, seperti melayang-layang di udara.

Hal ini membuatku benar-benar tercengang. Bukan, bukan mengenai gambar bunga itu. Melainkan istilah yang baru saja diucapkan oleh si wanita. Akan kujelaskan ini pada kalian di glosarium. Aku menatapnya dengan penuh tanda tanya. "Bagaimana kau tahu mengenai istilah ibah?"

Hikayat Penjelajah AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang