2 - Aku Pasti Mati Disini!

4 5 0
                                    


=====👻👽👻=====

Kalian tahu, di saat-saat pasti mati seperti yang kurasakan saat ini, jika kalian mungkin berkesempatan untuk merasakannya suatu saat nanti, yang pastinya akan terjadi, gambaran-gambaran acak akan muncul dalam benak kalian. Entah kenangan terbaik, kenangan paling menyedihkan, hal yang paling berat untuk kalian tinggalkan, dan hal-hal lain. Tak ada rumus yang tetap untuk hal ini.

Namun yang jelas, yang baru saja kusebutkan adalah apa yang kurasakan sekarang! Ah! Rasa-rasanya aku akan pingsan jika terus-terusan seperti ini! Dan pingsan di saat seperti ini sama dengan mati. Tidak! Aku masih ingin hidup! Pria bajingan tadi harus mendapatkan balasan atas pembunuhan yang dia lakukan. Ya, itu akan menjadi motivasiku untuk melanjutkan hidup ini.

"Ayo Razeena! Gunakan kepala kosongmu itu! Jangan berdiam seperti ini! Jangan!" Kataku sembari memukul-mukul kepalaku sendiri. Aku tidak bisa hanya diam dan mengobrol dengan kalian sekarang! Iya, kan?!

Tiba-tiba saja, aku teringat sebuah adegan ketika pertama kali aku "bermain" dengan energi. Hal ini terjadi saat usiaku sepuluh tahun, lima tahun setelah aku menyadari bahwa aku mampu melihat djin dan kawan-kawannya. Seorang djin yang begitu purba dan berasal dari laut Iriga datang kedalam mimpiku dan mengajarkan cara mengolah energi. Ya, itu dia kuncinya! Mengolah energi yang diberikan kakek tua tadi! Ah, sudah kuduga bahwa aku ini memang cerdas! Baik, aku berhutang pada kalian, akan kuceritakan mengenai djin yang kumaksud ini jika aku berhasil selamat.

Aku pun bersila di dalam sangkar. Sambil meringis menahan sakit dari energi yang semakin dekat itu, aku memejamkan mata, dan memfokuskan perhatian pada energi asing dalam tubuhku. Dengan susah payah, aku menggerakkan energi tersebut agar bersirkulasi dalam tubuhku. Cara kerjanya sama dengan aliran darah. Energi ini harus digerakkan dari sebuah wadah di dadaku, menuju ke seluruh tubuh. Jujur saja, saat sedang melakukan ini, aku tidak yakin mengenai apa yang nantinya dapat kulakukan dengan energi ini. Tapi hey, setidaknya aku sudah mencoba melakukan sesuatu. 

Keraguan ini mulai terbukti. Energi yang seharusnya berhasil kuputar ke seluruh tubuh, malah berputar-putar di kepala, membuatku merasakan mual dan pusing yang begitu sulit dijelaskan. Beberapa detik setelahnya, energi itu menembus sesuatu di dalam sana. Kenapa kubilang menembus? Karena aku bisa merasakan ada sesuatu yang hancur. Aku batuk darah!

Logikaku mengatakan untuk berhenti melakukan ini dan berharap bahwa kasih Ormuzad yang maha agung dapat menolong hambanya dari serangan alien. Tapi, ada sesuatu yang seperti mendorongku untuk tetap melakukan ini. Dengan susah payah, aku kembali pada posisi semula, dan energi tadi seperti menerobos masuk kedalam otakku.

Sentakannya begitu kuat, membuat kepalaku terbentur sangkar bagian belakang. Apa ini? Apa energi ini mencoba membuat wadah di kepalaku? Djin yang mengajarkanku menggunakan energi tak pernah mengatakan bahwa suatu energi dapat memilih sendiri tempat penampungan mereka.

"Ah, sepertinya Apkallu sialan itu berhasil mendahului kita kali ini." Tiba-tiba, aku sudah dikelilingi oleh orang-orang berpakaian aneh. Kurasa, mereka ini yang dimaksudkan oleh pria aneh sebelumnya. Dan intensi mereka, mereka benar-benar ingin membunuhku! Orang ini, dia menggunakan beberapa lencana di dadanya. Apakah dia adalah jendral dari rombongan ini?

"Tidak perlu risau. Anak ini pasti belum mampu berbuat apa-apa." Seorang lainnya berkata. Dia adalah wanita dengan rambut ikal sebahu. Pancaran energinya adalah yang terkuat diantara rombongan tersebut. Dia pasti pemimpin mereka. Dia melirik ke seorang pria dengan tubuh yang sangat tinggi dan kekar, lalu menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Senyum kemenangan tergambar jelas di wajah keriputnya.

Pria kekar itu pun maju, cahaya ungu berpendar terang dari lengannya yang ditutupi baju lengan panjang berwarna metalik, membentuk garis-garis pola yang begitu aneh. Dia memejamkan mata, jelas sekali bahwa dia sedang mengumpulkan energi untuk menghancurkan sangkar beserta aku yang ada di dalamnya!

Dengan refleks, aku menggunakan energi kakek tua tadi untuk membuat pelindung energi berwarna ungu keemasan. Jika kalian terkejut karena aku bisa melakukannya, maka kita merasakan hal yang sama.

Saat si pria kekar menembakkan energi menggunakan kepalan tangan kanannya, hentakan energi tersebut berhasil menghancurkan sangkar, namun tak dapat menembus pelindung yang kubuat. "Sepertinya aku terlalu meremehkan anak ini." Suara pria ini terdengar begitu parau, seperti keluar dari lambungnya. Partikel metalik mengitari lengan kanannya, membantuk sebuah meriam kecil berwarna senada, yang langsung diarahkan padaku!

Aku tahu bahwa meriam aneh yang muncul dari ketiadaan tersebut dapat menembus perisai yang kubuat. Karena itu, aku membuat beberapa lapis lagi dengan kalap. Iya iya, aku tahu jika ini membuat dahi kalian berkerut. Aku pun tak mengerti mengapa aku bisa langsung menguasai energi si kakek! Aku hanya mengikuti instingku untuk bertahan hidup! Sudah, aku tak akan membahas energi si kakek lebih jauh untuk sekarang!

Si pria kekar pun menembakkan energi dengan intensitas yang begitu besar. Saking besarnya, tubuhnya yang pasti sangat berat itu terdorong mundur beberapa langkah. Karena begitu takut, aku memejamkan mataku sangat rapat. Dan aku dapat mendengar suara gemeretak dan suara kaca pecah. Beberapa kali! Penghalang ini mungkin tak akan bertahan!

'Panggil aku! Cepat panggil aku!'

Apalagi itu? Suara aneh yang rasanya begitu kuat menggedor-gedor kepalaku yang masih sakit karena kejadian tadi. Mengatakan hal yang sama berulang-ulang.

'Kau tak punya waktu! Cepat panggil aku!'

Ini, sensasinya hampir sama seperti saat aku, Ramaning, dan Shadubal melakukan telepati. Tapi yang satu ini, dia mengintervensi "jaringan"ku, berusaha masuk dengan paksa. 'Apakah malaikat maut biasa mengajak orang yang akan dicabut nyawanya untuk mengobrol?'

'Tidak ada waktu! Panggil aku!'

'Aku tidak tahu kau siapa! Bagaimana mungkin aku bisa memanggilmu?!'

'Amanigwa! Cepat panggil aku! Kau tidak punya banyak waktu!'

Dengan sangat bodohnya, alih-alih memanggil siapapun yang sedang bertelepati denganku, aku malah membuka mata. Dan ternyata, tembakan energi dari si pria kekar sudah hampir menghancurkan lapisan terakhir pelindungku!

*** 

=====👽👻👽=====

Hikayat Penjelajah AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang