BAB 25

4.8K 203 18
                                    

Hati - hati typo bertebaran!!

HAPPY READING
.
.
.
.
.

Harlan menatap satu persatu anak buahnya. Ia tersenyum miring kala melihat seorang pria yang begitu bodoh, sangat bodoh!.

Pria yang sudah dengan beraninya mengusik ketenangannya. Ah, jangan lupakan gadisnya. Ya, pria yang dengan berani ingin melukai gadisnya.

Tap... Tap... Tap

Suara sepatu pantofel terdengar memenuhi ruangan dengan cahaya yang begitu minim dan jangan lupakan dengan bau anyir yang begitu menyengat. Tampaklah seorang pria yang tengah terduduk disebuah kursi dengan tangan dan kaki terikat rantai besi.

Melihat dari kondisi pria itu sungguh sangat mengenaskan. Banyak sekali luka cambuk bahkan goresan pisau ditubuh pria itu.

" bagaimana kabarmu tuan Apolo yang terhormat ? " tanya Harlan tersenyum mengejek.

Apolo mendongakkan kepalanya menatap Harlan dengan penuh kebencian serta dendam yang membara.

" arghh " ringis Apolo saat Harlan dengan sengaja menekan salah satu luka pria itu.

" huh ? Apakah sakit ? " tanya Harlan seolah mengejek Apolo.

Harlan menatap anak buahnya, dengan ekor matanya ia memerintahkan anak buahnya untuk terus menyiksa Apolo tanpa harus membuatnya mati.

Mereka pun mengangguk seolah paham akan perintah dari tuannya. Harlan kembali menatap Apolo dengan senyum devilnya.

" selamat bersenang - senang " ucap Harlan dan berjalan pergi dari ruangan itu.

Apolo menatap Harlan yang mulai menjauh, dengan dada yang naik turun serta tanganya yang terkepal.

" aku akan membunuhmu tuan Harlan, akan kupastikan itu! "

Harlan yang mendengar itu hanya menampilkan raut datarnya.

" akan kutunggu " serunya pelan.

...

Nathala tersenyum senang kala melihat Harlan yang berjalan mendekat kearahnya. Pria itu sedikit menampilkan senyumnya dan mengelus lembut surai rambut Nathala.

" sudah kenyang ? " tanya Harlan.

Nathala tersenyum mengangguk " sudah, Harlan tidak makan ? " tanyanya.

Namun tanpa kata pria itu hanya diam dan menarik kursi Nathala. Perlahan Nathala merasa tubuhnya melayang diudara.

Dengan pelan Harlan mulai mendudukan dirinya dikursi yang Nathala tempati. Ia kemudian mendudukan Nathala yang tadinya ia gendong untuk duduk dipangkuannya.

Harlan memeluk tubuh Nathala ia menenggelamkan kepalanya pada bahu gadis itu. Menikmati aroma dari tubuh Nathala. Harlan semakin menduselkan kepalanya kala pria itu merasakan sebuah kenyamanan.

" Harlan ngapain sih?! " ucap Nathala kesal karna pria itu terus mendusel - duselkan kepalanya pada bahu miliknya.

Harlan tak menjawab pertanyaan Nathala perlahan ia menutup matanya. Matanya seolah merasa lelah kala pria itu menduselkan kepalanya pada bahu gadisnya.

You are mine !!  [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang