pembacor

333 32 8
                                    







HAPPY READING














Alvaro mendongak, menatap tajam Arga yang berdiri dengan telunjuk tepat di depan wajahnya, rahangnya mengeras ia paling benci ada orang yang meletakkan telunjuknya seperti itu. Wajah nya sudah terpancarkan kilatan emosi yang siap meledak.

BUGH!

tonjokan pada wajahnya Semakin membuat pemuda itu emosi, ada apa dengan Arga kenapa cowok itu tiba-tiba datang menonjoknya.

"Lo! Ap-"

BUGH!

Perkataan Alvaro di hentikan dengan tonjokan Arga lagi, "Lo apain Vanka, bangsad!"

"Apa maksud, Lo, hah!" Tanya Alvaro tak kalah ngegas

Jawaban dari Alvaro membuat Arga terkekeh sinis. "Gue udah pernah peringatin, sekalipun Lo adalah teman gue, gue gak akan lepasin Lo begitu aja kalo Lo nyakitin Vanka!"

Alvaro menghela nafas panjang "gue gak pernah nyakitin dia"

Arga mengepalkan tangannya kencang. "Gak pernah Lo bilang, tiap hari Lo nyakitin perasaan dia dengan bermesraan dengan Lala di depan matanya sendiri, tapi itu masih gue terima dan sekarang lu senang-senang disini sedangkan Vanka dari tadi siang nunggu Lo di roftoop sekolah."

Perkataan Arga mampu membuat Alvaro menegang, tapi tak berselang lama dari itu ia bisa kembali menetralkan wajahnya.

"Itu hukuman buat dia karna sudah nampar Lala, lagian gue gak pernah nyuruh dia buat nungguin gue, dia aja yang terlalu bodoh! Dia-"

BRAK!

Arga menggebrak meja dengan kuat "Bagaimanapun dia tunangan Lo, sedangkan Lala cuman pacar. Dia tulus ngelakuin semua itu karena dia cinta sama cowok brengsek kayak lo!" Nafas Arga memburu mengatakan semua itu

Alvaro tertawa sumbang, ia beranjak dari duduknya sehingga membuat mereka sama-sama berdiri "Itu juga balasan buat dia yang pergi tanpa pamit" mendengar perkataan Alvaro membuat Arga terkekeh sinis

"Tanpa pamit Lo bilang, Lo lupa, waktu itu Lo memilih nemenin Lala daripada Vanka, dan sekarang Lo nyalahin seolah-olah cuma Vanka yang bersalah."

"Arga dengerin gue dan inget baik-baik, gue sama Vanka sudah memutuskan hubungan, jadi masalah Vanka gak ada sangkut pautnya lagi sama gue!"

"Lo yang denger gue bego! Bisa gak sih Lo menghargai dia sedikit aja?" Mata Arga memerah, ia tak ingin Alvaro menyakiti adiknya lebih jauh lagi

Arga bersimpuh di hadapan Alvaro, ia merepalkan tangannya memohon. "Gue tau, Lo gak suka sama Vanka, tapi gue mohon sebesar-besarnya sama Lo, jangan pernah jebak dia dalam kegelapan, apa Lo lupa kalo Vanka hampir mati karena takut pada kegelapan"

Tidak ada suara keras lagi yang Arga berikan yang tersirat hanya suara lemah yang kedua kali Alvaro dengar dari Arga, yang pertama waktu Vanka hampir kehilangan nyawa, waktu kecil Vanka pernah di culik oleh rekan bisnis Erlang dan alan, dia memukuli Vanka kecil di gudang yang tidak ada cahaya sama sekali, setelah ditemukan Vanka sudah tergeletak tak berdaya.

Vanka di nyatakan koma selama satu bulan, semua orang terpukul termasuk Arga tapi yang paling terpuruk adalah Alvaro.

Arga menepuk pundak Alvaro, menyadarkan pemuda itu yang tengah melamun, "sorry, gue udah nonjok Lo dari tadi, gue cuma terpukul saat denger trauma Vanka kambuh lagi apalagi tubuh dia yang penuh luka karna di buly"

"Gue ngerasa gagal jadi Abang yang baik buat adiknya, yang paling bikin gue emosi, pas denger Vanka menahan luka lebamnya selama tujuh jam di roftoop karena nungguin Lo, tapi seharusnya gue bisa ngendaliin emosi karena disini bukan Lo yang salah." Arga menghela nafas panjang "gue pamit dulu." Alvaro masih diam membisu.

fictional girl [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang