Part 1 - Berbi Mungil

39.5K 438 9
                                    

Gerimis, hot moccacinno, laptop dan tempat duduk yang pas menghadap jendela.

Aku selalu suka suasana seperti saat ini.

Kini aku tengah mengerjakan bab awal skripsiku di sebuah kafe bernama 'Rose Cafe', kafe favoritku yang memiliki suasana tenang dan tempat menjernihkan pikiran.

Di meja hadapanku tersedia secangkir kopi dan cheese cake kesukaanku. Dua hidangan yang selalu kupesan ketika datang kemari.

Hal seperti ini sudah menjadi kegiatanku belakangan ini, membuatku menghabiskan waktu berjam-jam di kafe ini, menikmati suasana yang pas dan untuk melancarkan ideku.

Aku sangat beruntung  mengenal salah satu pegawai di kafe ini. Mbak Dian namanya, dia adalah pelayan yang menjadi kenalanku sejak pertama aku datang ke kafe ini. Mbak Dian juga yang terkadang menemaniku mengobrol ketika aku selesai berkutat dengan laptopku, namun masih bersantai di kafe ini.

Selesai mengetik, kututup laptopku lalu memasukkannya ke dalam tas.

Tring-ting

Kulihat dari arah pintu masuk Mbak Dian berjalan sambil mengibas-ngibaskan seragamnya yang sedikit basah terkena gerimis. Kemudian dia menoleh kearahku.

"Han, belum pulang?"

Aku tersenyum. "Belum mbak, lagi nunggu gerimisnya reda. Soalnya aku gak bawa payung, ketinggalan."

"Iya nih mbak juga lupa gak bawa payung, jadi kebasahan gini deh." Kata Mbak Dian sambil terus mengusap seragamnya yang agak basah.

"Emang mbak darimana?"

"Mbak abis dari toko bunga seberang jalan. Manajer tadi minta ke aku untuk pesan bunga mawar disana. Katanya spesial hari Jumat nanti, pelanggan yang datang akan diberi bunga mawar putih."

Ku angkat alisku penasaran. "Memang buat apa mbak? Kok tumben?"

"Pemilik kafe ini lusa akan ngerayain anyversary pernikahan. Ya sebagai bentuk perayaannya mereka ingin bagi-bagi bunga mawar putih Han, untuk berbagi kebahagiaan sama pelanggan juga katanya Han." Jelas mbak Dian sambil tersenyum. "Ya, udah ya Han, mbak tinggal dulu kebelakang." Ijinnya sebelum melangkah menuju dapur.

"Oke mbak." Balasku tersenyum.

Aku menghembuskan napas kecil. Lalu kuhirup bau tanah basah bercampur aroma kopi rasa mocca dihadapanku.

Gerimis masih membasahi kaca jendela, mungkin sebentar lagi gerimisnya reda.

Tring-ting-ting

Lonceng pintu masuk kafe berbunyi lagi. Ku lihat seorang lelaki masuk dengan membawa bola basket ditangannya. Aku menatapnya sedikit heran, sepertinya laki-laki itu baru saja selesai berlatih basket, terlihat dia masih memakai jarcy tanpa lengan berwarna biru-putih dengan handband merah yang melingkar dilengan kirinya.

Gerimis begini masih sempat bermain basket?

Tapi bajunya tidak basah. Mungkin dia berlatih di lapangan indoor? Kemudian datang kemari memakai jas hujan?

Kemudian laki-laki itu menoleh kearahku. Aku seperti kerpergok sedang mengamatinya. Langsung kualihkan pandanganku kearah jendela lagi.

Kuhela nafas panjang. Gerimisnya tidak kunjung reda. Padahal sudah tiga jam lebih aku disini. Aku juga telah menghabiskan dua cangkir kopi dan satu piring kecil cheese cake.

Ku rogoh saku celanaku mengambil ponsel. Kubuka kuncinya ternyata ada dua panggilan tak terjawab dan lima pesan. Ah pasti mama atau papa. Benar, dua panggilan dari mama. Lalu kubuka pesan yang masuk.

Kisah Romantis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang