Part 4 - Mengimbangi

14.1K 235 3
                                    

Kurebahkan tubuhku ke tempat tidur bersprei merahku.

Ku hela nafas berat.

Davin Permana Putra. Kamu itu siapa sih? Kenapa tiba-tiba masuk kedalam hidupku?

Drrrttt drrrttt

Drrrttt drrrttt drrrttt

Kuraih ponsel disaku celanaku.

Mendadak senyum kecil muncul disudut bibirku. Anak ini? Apa dia tahu kalau aku sedang memikirkannya? Eh? Memikirkan Davin?

From : Badut Ancol

Berbi mungil, kamu kuliah dimana?

Selalu saja, tidak ada basa-basi pada rasa penasarannya terhadapku.

Langsung saja kumainkan jari-jariku untuk membalas pesannya.

Di restoran tadi ketika aku menemaninya makan. Davin bersihkeras meminta nomor ponselku. Dengan terpaksa kuberi setelah acara berdebat dan aku kalah, dia langsung memberi nama Berbi Mungil pada kontak ponselnya. Tak mau kalah, aku simpan nomor Davin dengan kuberi nama Badut Ancol.

Saat bersama Davin rasanya aku perlu mengimbangi sisi kekanak-kanakannya dan banyak mengalah atas kemuannya. Entahlah, rasanya akupun tidak begitu keberatan atas segala kemauanya. Selagi itu masih wajar. Meskipun kami baru kenal?

Aku tidak lagi mempermaslahkan kekesalanku kemarin padanya. Tentang anggapannya terhadapku yang memanggilku Berbi Mungil. Jika dia bersikap kekanak-kanakan setidaknya aku harus menjadi sisi perempuan dewasa. Apa aku terlihat seperti seorang perempuan yang rela mengimbangi sikap kekasihnya yang manja dan kekanakan? Ya, rasanya begitu. Kehadiran Davin benar-benar mempengaruhiku. Terlebih lagi hari ini, setelah beberapa jam kami menghabiskan waktu bersama.

Apa benar pilihanku dengan mengijinkannya masuk ke dalam hidupku?

***

"Kak, kemarin pulang dari supermarket dianterin siapa sih?" Tanya Mama tiba-tiba ketika kami semua berada di ruang keluarga sambil menonton teve.

Aku agak terkejut dengan pertanyaan Mama, "Temen Hana Ma, kebetulan kita ketemu disana pas Hana ngambil bahan-bahan kue."

"Kemarin Mama lihat kakak gak ngijinin ya waktu temen kakak mau mampir? Mama lihat loh waktu kemarin sore nyiramin bunga di halaman depan."

Eh? Aduh Mama lihat?

Papa langsung mengalihkan pandangannya dari teve ke arah aku dan Mama.

"Bener kata Mama kak?" Aku menggigit bibir bawahku resah.

Kemudian Papa mengambil nafas pelan sebelum berbicara lagi padaku.

"Kak, gak boleh bersikap seperti itu. Justru ketika ada teman kakak yang ingin bersilaturahmi ke rumah, seharusnya kakak sambut dengan baik. Dan lebih baik lagi kalau yang menawarkannya adalah kakak sendiri. Memangnya kenapa kok teman kakak tidak diijinkan mampir?"

Aku menggaruk rambutku. Bingung.

"Gak papa kok Pa. Cuma Davin itu anaknya kekanak-kanakan banget, Hana takutnya Mama sama Papa gak suka sama dia." Jelasku pada Mama dan Papa.

Sedangkan di sofa samping Papa kulihat Alvin serius berkutat dengan Tab milikku yang dipinjamnya untuk bermain game.

"Jadi namanya Davin kak?" tanya Mama.

Ah kenapa aku menyebutkan namanya.

"Pacar kakak ya? Namanya mirip aku. Davin, Alvin." Sahut Al tanpa mengalihkan matanya pada game dihadapannya.

Kisah Romantis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang