Part 9 - Missing You

10.9K 301 10
                                    

Sudah lebih dari seminggu ini aku tidak memiliki semangat hidup. Makan tidak enak, tidur tidak nyenyak, niat belajar tetapi otak sedang blank, sehingga tidak ada satu pun pelajaran yang masuk. Ini semua hanya karena satu orang yang selalu aku pikirkan, ya siapa lagi kalau bukan Davin tersangkanya.

Setelah malam sebelum berangkat ke Singapura dia pamit lewat telepon. Keesokannya dia hanya mengabari melalui whatsapp kalau dia sudah sampai di negara tetangga itu.

Tetapi setelah chat terakhirnya itu dia tidak menghubungiku sama sekali. Saat aku mencoba meneleponnya, nomornya tidak aktif.

Rese banget kan jadi pacar? Uh.

Beginilah yang aku lakukan lebih dari seminggu ini. Bangun pagi, mengecek handphone 'mungkin aja ada kabar dari dia' lalu mandi, sarapan roti hanya satu gigitan, lalu berangkat ke kampus.

Pulang kuliah guling-guling di kasur, memeriksa handphone, kemudian tidur. Berhubung sedang mens, jadilah seminggu ini aku full guling-guling dikasur, karena absen sholat.

'Tok tok tok'

'Tok tok tok tok'

Aku menatap pintu malas, ku hembuskan napas lelah, pasti mama pikirku.

"Ma Hana gak laper, mama papa makan aja. Hana cuma mau tidur aja." Teriakku pada mama.

Pintu kamar masih saja diketuk meskipun aku sudah memberitahu mama. Akhirnya dengan kesal aku turun dari ranjang dan membuka pintu.

"Masih gak mau makan?" aku terkejut mendapati Davin berada di depan kamarku. Namun langsung kukuasai ekspresi terkejutku dan kuganti dengan ekspresi acuh.

"Mau apa kesini?" kusilangkan tanganku didepan dada. Berlagak malas bertemu dengannya.

"Maaf sayang. Seminggu ini aku gak bisa hubungin kamu. Handphone aku ilang, dan aku gak nyimpen nomor kamu lagi selain di handphone aku. Maaf ya." Jelasnya dengan muka memelas.

Tidak kuhiraukan permintaannya. Kubalikkan badanku kemudian melangkah menuju tempat tidurku.

Ku dengar langkah kakinya memasuki kamarku. Aku posisikan tubuhku tengkurap dan menutup wajahku dengan bantal. Aku menunjukkan padanya kalau aku benar-benar marah. Salah siapa seminggu tidak memberi kabar? Tidak peduli apapun alasannya.

Kedengerannya aku pacar yang egois ya? Biarlah.

"Maaf sayang." Kali ini dia duduk diselahku sambil mengelus rambut panjang sepunggungku. "Aku gak bohong sama kamu. Waktu aku sampai bandra aku kan chat kamu, lalu aku taruh ponsel aku di kantong celana. Tapi gak tau gimana, yang pasti pas sampai hotel ponsel aku udah gak ada. Aku pikir mungkin ponsel aku jatuh saat perjalanan ke hotel." Jelasnya panjang. Namun aku masih betah mendiamkannya.

"Kamu gak mau ngomong sama aku?" dia menghembuskan nafas lelah.

"Oke, aku tinggalin kamu sendiri dulu. Mungkin kamu masih ingin tenangin pikiran kamu." Kurasakan dia mengecup kepalaku lalu berjalan kearah pintu keluar.

Egoku memang masih marah padanya. Tapi aku juga tidak rela harus ditinggal lagi olehnya setelah seminggu. Kuangkat kepalaku, ketika dia sampai pada ambang pintu aku tidak tahan lagi untuk tidak memanggilnya.

"Dav..." suaraku tercekat serak. Aku pastikan sebentar lagi air mataku akan mengalir. Davin membalikkan tubuhnya.

"Jangan pulang..." kataku sesenggukan. Air mataku mengalir dengan deras.

Dia melangkah kearahku kembali. Setelah berada didepanku Davin langsung memelukku sambil membisikkan kata agar aku berhenti menangis. Kupeluk erat pinggangnya.

Aku yakin dia baru sampai Jakarta. Penampilannya sudah tidak rapi lagi, wajahnya pun terlihat amat lelah. Namun aroma Davin masih tetap melekat. Kuendus bau tubuhnya. Tidak kusangka, lelaki ini mampu membuatku seperti ini.

***

Kukerjapkan mataku beberapa kali. Ternyata aku tertidur setelah menangis dipelukan Davin. Ketika kugerakkan tubuhku, kurasakan ada sebuah tangan yang melingkari pinggangku.

Saat kudongakan kepalaku, aku melihat Davin terlelap sambil memelukku. Aku tersenyum melihat wajahnya saat tertidur. Bahkan Davin masih saja terlihat tampan meski aku yakin dia tidak sempat mandi, dan dalam keadaan tidur pulasnya ia masih terlihat mengagumkan.

Kuelus pipinya, entah kenapa tiba-tiba aku merasakan kepemilikan yang amat besar terhadap Davin. Kukecup pipinya singkat, kemudian kucium bibirnya yang agak terbuka. Beberapa detik sampai akhirnya kulepaskan bibirku darinya.

Aku mengambil ponselku yang terletak di meja samping kasur. Lalu dengan iseng ku potret wajah damai Davin saat tertidur. Lucu, pikirku. Kujadikan foto Davin sebagai wallpaper ponselku. Sebelum kulepas pelukannya dan turun dari tempat tidur, kucium sekali lagi bibirnya yang begitu menggemaskan.

Aku keluar kamar mandi menggunakan kaos longgar berwarna putih dan celana pendek berbahan jeans selutut. Setelah melakukan ritual kecil didepan meja rias kudengar suara erangan dari pria yang tertidur di ranjangku.

"Mau kemana?" tanya Davin dengan suara serak khas bangun tidur. Kulihat ia heran melihatku telah rapi.

"Gak kemana-mana Dav, ini udah sore masa aku gak mandi?" kataku mencibir.

"Ah aku harus pulang." Davin bangkit dari tempat tidur.

"Kenapa pulang?" tanyaku melihatnya buru-buru.

"Mau mandi yang, terakhir aku mandi dua hari yang lalu." Akunya sambil memasang sepatu hitam miliknya.

"Aku ikut kamu ya Dav."

"Mau ngapain?" tanyanya heran.

"Ya mau ikut aja. Mungkin kamu butuh bantuan aku di apartemen kamu."

"Yaudah, ayo." ajaknya sambil mengulurkan tangannya padaku.

Aku menyengir lebar. Asikkk.

***

Gimana sama part ini?
Vote + komen ya 😊

Baca ceritaku yang judulnya BODY WEAK juga ya gais. Thank you ❤

02-04-2017

Kisah Romantis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang