Part 8 - Minta PJ

11.3K 285 10
                                    

Begitu sampai di kelas aku segera duduk dan meletakkan tas serta beberapa map yang berisi laporan presentasi, tugas-tugas dan dua laporan praktek kerja berbentuk hard cover yang akan kuserahkan pada dosen pembimbing dan petugas ruang baca.

"Hannn..." aku menoleh kearah Citra yang baru saja datang.

"Cit jangan teriak-teriak. Gak lihat yang lain pada belajar? Bentar lagi kuis." Kataku sambil mengeluarkan modul dari tasku.

"Gak peduli sama kuis. Gue mau tanya barusan lo dianterin siapa? Lo turun dari mobil siapa Han? Jawab gue." Tanyanya penasran.

"Kenapa sih?" kataku tak menanggapi pertanyaannya.

"Lo gila Han... bisa-bisanya lo keluar dari mobil keren itu. Land Rover Range Lover Supercharge 5.0L V8. Itu siapa?" selidiknya. "Oh gue tau, jangan-jangan lo sekarang jadi simpenan om-om ya Han? Astaga Han plis jangan bilang iya? Karena gak mungkin anak kuliahan bisa punya mobil sekeren dan semahal itu? Ran jawab gue jangan diem aja?" cerocos Citra panjang lebar.

"Emang usia dua puluh enam tahun itu termasuk om-om ya?"

"Dua puluh enam? Ya enggak sih, itu sih usia pas seorang cowok buat nikah." Katanya acuh.

Aku melebarkan mataku terkejut. Serius? Jadi usia Davin udah pas buat nikah? Aku menggigit bibirku resah.

"Kenapa lo?" tanya Citra heran melihat keresahanku.

Aku hanya menggelengkan kepalaku pelan.

"Lo belum jawab pertanyaan gue Han, tadi lo sama siapa ke kampus?"

"Sama Davin." Jawabku pendek.

"Davin? Davin siapa?" tanyanya semakin bingung. Well emang sih aku gak pernah cerita perkara Davin ini baik pada Citra ataupun Kikan.

"Pacar gue."

"Whattttt?" pekik Citra dan satu orang lagi yang aku sadari Kikan baru masuk kedalam kelas.

"Pacar? Lo serius Han?" tanya Kikan menyerbu.

"Iya, deket sama cowok aja lo gak pernah kan setelah lo patah hati gara-gara Kak Dimas dulu. Jadi gimana bisa tiba-tiba lo bisa punya pacar?"

Citra masih heran dengan pengakuanku. Memang sih terakhir kali aku dekat dengan seorang pria dia adalah kak Dimas pada beberapa tahun lalu.

"Lo gak percaya banget gue punya pacar." Ujarku manyun.

"Lo kenal dimana? Berapa bulan kenal? Kuliah dimana? Jurusan apa?" kata Kikan beruntun.

"Namanya Davin, usianya 26 tahun, dan sebenernya dia udah kerja."

"Udah kerja? Dimana? Ganteng gak?"

"Udah berapa lama kalian pacaran?"

"Kalem dong bosskuhhh..." Ujarku sebal, "dia kerja di perusahaan papanya. Gue gak tau nama perusahaannya apa, belom nanya sih." Aku meringis menatap mereka berdua.

"Kalo ganteng atau enggak ya itu mah relatif, belum tentu kan menurut gue ya lumayan ganteng, tapi menurut lo berdua enggak. Gue sama dia pacaran baru aja kok, gak nyampe seminggu." Kikan dan Citra masih menatapku penuh tanya.

Belum sempat mereka melanjutkan introgasinya terhadapku, dosen kami telah lebih dulu mengambil suara di depan kelas. Aku terkikik geli melihat tatapan tidak puas Kikan dan Citra terhadapku.

***

Kulirik jam pada pergelangan tanganku. Jam setengah dua belas siang. Setelah melalui beberapa jam mata kuliah, sekarang aku terdampar di kantin fakultasku bersama kedua temanku ini. Kikan dan Citra terlihat sibuk memesan makanannya.

Kisah Romantis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang