Part 19

45 4 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Setelah insiden di pantai, Farenza dan Neissya memilih untuk pindah dan tinggal di luar negeri. Mereka juga mengeluarkan alat pelacak dari tubuh mereka yang biasa dimiliki oleh assassin ketika masih dalam camp pelatihan.

Rasa sakitnya benar-benar tak terhingga saat benda itu dikeluarkan. Bagaimana tidak, benda tersebut sudah belasan tahun berada dalam tubuh mereka pasti sudah seperti menempel dan menjadi bagian dalam tubuh mereka karena terlilit daging atau tersangkut di tulang.

Alat pelacak milik Neissya berada di punggung, sementara Farenza di pahanya.

Di luar negeri, mereka membeli sebuah apartemen mewah di pusat kota untuk tempat tinggal mereka.

Farenza tengah duduk di ruang kerjanya di apartemen tersebut. Penampilannya sedikit berbeda. Kini rambutnya sudah dipangkas dengan gaya undercut/the side blow.

Ia terlihat sibuk mengotak-atik komputernya. Ternyata Farenza sedang membuka web assassin. Ia melihat daftar nama yang diincar sudah kosong semua.

Farenza tersenyum kecil. "Si kepala persegi itu benar-benar melakukan apa yang dia katakan. Tidak salah Neissya mempercayainya."

Terdengar suara pintu yang dibuka. Farenza menoleh, ternyata Neissya yang masuk. Wanita itu mengenakan gaun tidur yang seksi padahal matahari belum terbenam.

Farenza segera me-minimize web assassin yang ia buka.

"Kau sepertinya sibuk sekali." Neissya duduk di pangkuan suaminya.

"Iya, lumayan," jawab Farenza asal.

Neissya cemberut. "Aku tidak punya kesibukan setelah kantorku yang susah payah aku bangun dari nol malah diledakkan oleh para assassin menyebalkan itu. Setelah pindah ke sini, aku juga tidak melakukan apa pun."

"Kau hanya perlu duduk manis, Sayang," sahut Farenza.

"Seharian diam di rumah benar-benar membosankan. Aku hanya bisa mengganggumu. Memangnya kau tidak merasa risih saat diganggu olehku?" Neissya mengusap rambut suaminya.

"Aku selalu senang memdapatkan gangguan darimu." Farenza mengecup bibir Neissya sekilas.

Telepon di meja berdering. Farenza mengangkatnya.

Neissya cemberut dan beranjak dari pangkuan suaminya. "Aku ke kamar, ya."

Farenza hanya mengangguk merespon ucapan istrinya. Ia pun berbicara dengan orang di telepon.

Neissya memasuki kamar. Ia melihat pemandangan dari jendela yang lebar.

Tiba-tiba sepasang tangan kekar mengangkat tubuhnya. Neissya terkejut, ternyata Farenza. Neissya memeluk leher suaminya itu.

"Kenapa kau berdiri di depan jendela dengan pakaian seperti ini? Hanya aku yang boleh melihatnya," gerutu Farenza.

Neissya membela diri, "Tapi, kaca jendela rumah kita, kan, gelap. Orang di luar rumah tidak akan bisa melihat ke dalam ruangan."

Farenza menghempaskan tubuh Neissya ke ranjang lalu menindihnya.

Neissya menahan tangan Farenza yang ingin melucuti pakaiannya. "Sayang, ini masih petang. Tetangga apartemen bisa mendengar kita."

"Mereka tidak akan mendengarnya, dinding rumah kita kedap suara." Farenza menarik tali gaun tidur Neissya hingga membuat tubuh istrinya itu polos.

"Tapi, tutup dulu gorden jendelanya," gerutu Neissya.

AMOREVOLOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang