Part 04

104 5 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Perlahan Farenza membuka matanya. Ia mendapati Neissya yang terlelap di atas tubuhnya. Kepalanya tersandar di dalam ceruk leher Farenza. Semalaman mereka tidur dalam posisi seperti itu tanpa merasa pegal.

Farenza mengusap rambut Neissya. Ia mengecup lembut pipi istrinya itu. Farenza menidurkan Neissya dengan hati-hati di sampingnya. Tidur tengkurap tidak akan membuat sebagian orang nyaman, itu akan membuat dada terasa sesak meskipun Neissya tidur tengkurap di atas Farenza.

Neissya mendesis pelan tanpa terbangun. Farenza menyelimuti tubuh polos Neissya lalu memeluknya dan melelapkan wajah istrinya itu ke ceruk lehernya.

"Aku tidak bisa bernapas," ringis Neissya sambil membuka matanya.

Farenza melonggarkan pelukannya sedikit. "Kau sudah bangun, Sayang?"

Neissya tidak merespon. Tampaknya ia kembali tertidur. Biasanya Neissya selalu bangun lebih dulu dibandingkan dengan Farenza. Tapi, sepertinya semalam Farenza membuat Neissya harus 'lembur' lebih lama.

Farenza menatap wajah Neissya yang begitu tenang ketika tertidur. Ia tersenyum sendu. Farenza merasa beruntung dan sangat bersyukur dipertemukan dengan wanita yang sangat baik dan pengertian seperti Neissya.

Tidak tega membangunkan istrinya, Farenza memilih pergi ke dapur dan memasak untuk sarapan. Meski tidak selihai istrinya saat memasak, tapi masakan Farenza cukup lezat dan layak dimakan.

Ketika menggoreng telur ceplok, sepasang tangan memeluk perutnya, ternyata Neissya sudah bangun.

"Maaf, aku bangun terlambat hari ini." Neissya menempelkan pipinya di punggung Farenza.

"Tidak apa-apa, Sayang, duduklah," kata Farenza lembut.

Bukannya menuruti perkataan suaminya, Neissya tidak kunjung melepaskan pelukannya. Ia tetap memeluk suaminya dan mengikuti ke mana pun Farenza melangkah.

"Apa kau anak kecil?" tanya Farenza.

"Aku 5 tahun lebih muda darimu. Seharusnya kau memperlakukanku seperti bayi," rengek Neissya dengan manja.

Farenza menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil kala Neissya menunjukkan sikap manjanya yang menggemaskan. Setelah meletakkan telur ke piring, Farenza mematikan kompor.

"Bagaimana bisa aku memperlakukanmu seperti bayi? Kau wanita dewasa yang seksi." Farenza menyajikan masakannya ke meja.

"Aku bayi," rengek Neissya.

"Baiklah, kau bayi besar." Farenza berbalik dan menciumi wajah istrinya.

Neissya yang gelian pun melepaskan pelukannya dan menghindar dari suaminya yang 'brutal' itu.

"Bayi tidak pernah menolak saat dicium," gerutu Farenza yang kembali mendekatkan wajahnya dan mengeratkan pelukannya.

Neissya mengalihkan wajahnya sambil menahan dada suaminya. "Bayi mana pun akan menangis kalau kau menciumnya seperti ini."

Farenza tertawa sambil mengangkat tubuh Neissya seperti memikul karung beras. Ia menepuk bokong istrinya.

"Farenza!"

☽༓☾

Farenza bercermin sembari memakai jas abu-abu muda. Ia membenarkan dasinya lalu mengancingkan jasnya.

Neissya keluar dari kamar mandi sambil mengikatkan tali jubah mandinya. Ia melihat ke arah Farenza. "Apakah tidak ada jas lain? Kenapa kau memakai yang itu? Aku sudah menyiapkan 11 jas yang lebih bagus."

AMOREVOLOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang