EPILOGUE

156 2 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Dear past, thank you for all the lessons. Dear future, now I'm ready.

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Terlihat seorang pria tengah duduk di depan toko. Ia tengah menyesap rokok di sore hari yang mendung dan dingin itu.

Asap roko keluar dari mulutnya kala pria tampan itu menghembuskan napasnya. Ia melihat awan-awan gelap di langit.

Mengetahui hujan akan turun sebentar lagi, pria itu pun masuk ke dalam toko untuk membeli payung. Saat melakukan pembayaran, hujan deras pun turun mengguyur kota.

Pria itu pun keluar dari dalam toko sambil membuka payungnya. Ia memadamkan rokonya yang masih panjang itu dengan cara ditekankan ujungnya ke pagar besi yang basah karena air hujan. Setelah yakin api rokoknya sudah padam, pria itu membuangnya ke wadah sampah.

Pria itu pun mengeluarkan ponselnya sekedar memainkan game untuk menghilangkan kebosanan.

Pandangan pria itu teralihkan pada sebuah bus berhenti di halte seberang jalan. Beberapa penumpang turun dari bus tersebut. Salah satunya adalah seorang gadis cantik berambut curly sebahu. Gadis itu memakai jas hujan berwarna merah muda.

Pria itu terpana dengan kecantikan gadis itu.

Sambil memakai kupluk jas hujannya, gadis itu pun duduk di bangku halte. Si gadis pun mengeluarkan ponselnya dan sepertinya ia hendak menghubungi seseorang.

Tatapan pria itu tidak lepas dari si gadis. Bahkan tanpa sadar, ia tersenyum melihat ekspresi bingung di wajah imut gadis itu.

Ketika gadis itu mengangkat kepalanya, si pria segera mengalihkan pandangannya ke ponselnya untuk menghindari kontak mata. Pria itu hanya menggeser-geser layar ponselnya yang bahkan tidak menyala alias dalam mode terkunci dan layar off.

Tanpa diduga, gadis itu menyeberang jalan dan menghampiri si pria. Sementara pria itu tetap pura-pura sibuk dengan ponselnya.

"Permisi?" Gadis itu bersuara.

Pria itu menoleh. "Iya?"

Gadis itu menjelaskan situasinya, "Baterai ponselku habis. Maaf, bolehkah aku meminjam ponselmu untuk menghubungi temanku."

Pria itu pun menyodorkan ponselnya.

Si gadis terlihat menelepon seseorang menggunakan ponsel pria itu.

Saat serius menelepon, pria itu memperhatikan si gadis.

Setelah selesai menelepon, gadis itu mengembalikan ponsel tersebut pada si pria dan mengucapkan terima kasih.

Pria itu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Gadis itu memberikan beberapa lembar uang sebagai ganti pulsa yang ia gunakan barusan untuk menelepon.

Tapi, laki-laki itu menolak, "Tidak apa-apa."

"Kalau begitu terima kasih." Gadis itu pun mengangguk santun kemudian berlalu.

Pria itu menatap punggung si gadis yang kian menjauh.

"Tunggu." Pria itu memutuskan untuk menyusulnya.

Si gadis menghentikan langkahnya dan menoleh. Pria itu menghampirinya dan memayunginya juga.

"Aku akan mengantarmu pulang. Di mana rumahmu?" tanya pria itu dengan lembut.

Kedua pipi si gadis memerah. "Oh? Rumahku... tidak jauh, kok."

Pria itu tersenyum kecil melihat semburat merah yang muncul di kedua pipi si gadis 

Mereka pun berjalan bersebelahan di bawah payung tersebut.

"Namaku Arfarenza."

"Neissya."

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

A M O R E V O L O U S

By

Ucu Irna Marhamah

T H E    E N D

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Terima kasih sudah berkunjung ke novel karya Ucu Irna Marhamah ini.

Selanjutnya akan ada prequel yang menjelaskan tentang siapakah Neissya alias Athena di masa lalu? Dan siapakah Farenza alias Predator di masa lalu?

Pertama, aku akan membahas tentang Neissya a.k.a Athena dulu di cerita yang berjudul ATHENA.

Selamat membaca dan sampai jumpa di cerita-cerita lainnya.

       

AMOREVOLOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang